Paus Fransiskus telah menyelesaikan perjalanan tiga harinya ke Tanah Suci dan tiba kembali di Roma tak lama sebelum tengah malam di hari Senin, 26 Mei 2014, demikian Deborah Castellano Lubov dari Zenit.org melaporkan dari Kota Vatikan tanggal 27 Mei 2014.
Perjalanan Paus ke Yordania, Palestina, dan Israel, diisi dengan pertemuan-pertemuan dengan para pemimpin agama dan politik, tiga Misa, dan pertemuan doa. Perjalanan itu cepat berubah, bahkan pada hari terakhir, Paus Argentina itu masih berhasil menyisipkan kejutan ketiga. Tanda pemberitahuan sebelumnya, Paus mengadakan kunjungan resmi ke monumen “Peringatan Para Korban Teror.”
Kunjungan itu berlangsung setelah kunjungannya ke Western Wall (Dinding Barat). Pada hari Minggu tanggal 25 Mei 2014, tidak seperti yang direncanakan sebelumnya Paus berdoa di dinding yang memisahkan Israel dan Palestina itu.
Gunung Moriah (Temple Mount)
Setelah mengatakan di pagi hari tanggal 26 Mei 2014 bahwa perjalanannya tak akan lengkap tanpa menemui ‘umat beriman Muslim yang terkasih,’ Paus berkunjung ke Esplanade of the Mosques atau Temple Mount. Di sana, Paus mengatakan kepada Mufti Agung Yerusalem, Muhammad Hussein, bahwa dialog persaudaraan dan pertukaran di antara umat Kristen dan Muslim “memberikan kekuatan baru untuk menghadapi tantangan-tantangan bersama di depan kita.”
Temple Mount dianggap suci bagi tiga agama monoteistik. Orang Yahudi melihatnya sebagai tempat Abraham akan mengorbankan Ishak, serta situs Kuil Sulaiman. Umat Islam melihatnya sebagai tujuan ketiga untuk jamaah setelah Mekkah dan Madinah. Orang Kristen melihatnya sebagai tempat nubuat Kristus tentang kehancuran Bait Allah di Yerusalem. Di daerah ada dua yang tempat yang penting dan suci bagi umat Muslim, Masjid Al-Aqsa dan Kubah Batu.
Dalam kunjungan ke Temple Mount, Paus Fransiskus yang dihormati oleh ketiga agama monoteisme mengatakan kepada umat Muslim, Kristen dan Yahudi, “lihatlah dalam Abraham, meskipun dengan cara berbeda, seorang bapa dalam iman dan teladan besar untuk ditiru.” Paus mengatakan, “Kita harus seperti dia. Senantiasa siap untuk keluar dari diri kita sendiri, taat kepada panggilan Allah dan terbuka untuk masa depan yang Dia ingin ciptakan bagi kita.”
Paus mengimbau setiap orang untuk mengupayakan keadilan dan perdamaian dan tidak menyalahgunakan nama Allah melalui kekerasan.
Dinding Barat
Dari Temple Mount, Paus Fransiskus pergi mengunjungi dan berdoa dalam keheningan di depan Dinding Barat, atau “Tembok Ratapan,” tempat ibadah bagi orang Yahudi. Ada banyak tradisi yang berhubungan dengan tembok itu, salah satunya adalah meninggalkan doa-doa yang ditulis pada potongan-potongan kertas kecil di antara blok-blok dinding itu. Paus Fransiskus mengikuti tradisi itu, seraya menulis Doa Bapa Kami pada selembar kertas, dan menambahkan, “Saya menulis dalam bahasa Spanyol, karena itulah bahasa yang saya pelajari dari ibu saya.”
Dibantu oleh anak-anak Kristen, Paus melanjutkan perjalanan ke Gunung Herzl (Har HaZikaron atau Gunung Kenangan) yang merupakan pemakaman nasional Israel di Yerusalem. Di sana Paus meninggalkan karangan bunga di pemakaman nasional Israel pada makam Theodore Herzl, pendiri gerakan Zionis.
Peringatan Holocaust Yad Vashem
Paus Fransiskus menghormati orang-orang Yahudi korban Holocaust dalam kunjungannya ke Peringatan Yad Vashem, monumen yang dibangun untuk memperingati 6 juta orang Yahudi korban Holocaust. Paus berdoa di depan ruang bawa tanah yang mengandung abu kremasi para korban, dan meletakkan karangan bunga di dalam Hall of Remembrance.
Setelah bertemu orang-orang yang selamat dari Holocaust dan mendengar cerita pribadi tentang orang-orang yang dicintai yang dibunuh oleh Nazi dalam Perang Dunia II, Fransiskus menulis dalam Buku Kenangan Yad Vashem: “Jangan pernah lagi, Tuhan, jangan pernah lagi!” Paus juga menulis bahwa kita malu karena manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah itu mampu melakukan hal itu.
Pertemuan dengan para rabi Yahudi
Pendalaman persahabatan antara orang Yahudi dan orang Kristen adalah sebuah hasil utama Konsili Vatikan II, kata Paus Fransiskus, dalam kunjungannya kepada Pimpinan Kerabian Israel di Heichal Shlomo. Di sana, Paus bertemu dengan dua rabi kepala yakni David Lau sebagai Rabi Kepala Ashkenazi dan Yitzhak Yosef sebagai Rabi Kepala Sephardi.
Paus mengatakan kepada mereka bahwa orang Kristen dan orang Yahudi bersama-sama “dapat memberikan sumbangan besar untuk mendatangkan perdamaian dan tegas menentang setiap bentuk anti-Semitisme dan semua diskriminasi lainnya.”
Pertemuan dengan Peres dan Netanyahu
Dalam pertemuan di istana presiden, Paus Fransiskus menghargai upaya-upaya Presiden Negara Israel Shimon Peres untuk menjaga perdamaian. Paus mengomentari bahwa dia ingin menciptakan sebuah Sabda Bahagia yang baru, “yang dapat saya terapkan dalam diri sendiri hari ini: ‘Berbahagialah orang yang memasuki rumah orang bijaksana dan baik.’”
Sebagai simbol perdamaian, dan sesuai tradisi, Paus dan Presiden itu bersama-sama menanam pohon zaitun di taman istana.
Di hadapan sekitar seratus anak-anak dari berbagai agama, terjadi pertemuan umum, dengan senyuman dan lagu.
Paus menggunakan forum itu untuk menyampaikan pesan yang kuat, seraya menyatakan “perlunya penolakan yang tegas atas semua yang bertentangan dengan budidaya perdamaian dan hubungan saling menghormati antara orang-orang Yahudi, Kristen dan Muslim.” Paus mengimbau menolak kekerasan, terorisme, dan segala bentuk diskriminasi dan intoleransi.
Paus selanjutnya menerima dalam audiensi pribadi perdana menteri Israel, Benjamin Netanyahu, di Institut Kepausan Notre Dame Centre of Jesusalem.
Pertemuan dengan Biarawan-Biarawati di Gereja Getsemani
Di sore hari tanggal 26 Mei 2014, Paus Fransiskus bertemu para imam, para suster dan bruder, serta frater calon imam dari Tanah Suci. Pertemuan itu berlangsung di gereja Getsemani di kaki Bukit Zaitun, situs yang diyakini sebagai tempat Tuhan berlutut dan berdoa di taman sebelum ditangkap.
Di tempat itu, Paus Fransiskus minta kepada orang-orang yang menjalani hidup bhakti untuk tetap setia kepada cinta Kristus meskipun mereka menghadapi kesulitan pribadi. “Kehadiran kalian di sini sangatlah penting,” tegas Paus. “Seluruh Gereja berterima kasih kepada kalian dan menopang kalian melalui doa-doanya.”
Paus Fransiskus selanjut mengutip kata-kata Yesus dalam Injil Yohanes: “Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku berada.”
Misa di Senakel Mass dengan Pimpinan Gereja Tanah Suci
Kehadiran Bapa Suci Yerusalem ditutup dengan Misa bersama dengan para pimpinan Gereja di Senakel, yang juga dikenal dengan Ruang Atas.
Homili Paus Fransiskus difokuskan pada pentingnya Ruang Atas itu, terutama sebagai tempat di mana Roh Kudus turun ke atas Rasul-Rasul Yesus.
Rasanya seperti “karunia besar” bahwa Tuhan mengumpulkan mereka untuk merayakan Ekaristi di Ruang Atas, kata Paus. Tempat suci itu “adalah tempat Yesus merayakan Perjamuan Terakhir bersama-sama para rasul,” cerita Paus. Di tempat itu, lanjut Paus, “setelah Kebangkitan-Nya, Ia muncul di tengah-tengah mereka; di tempat itu Roh Kudus turun kepada Maria dan para murid. Di sini, Gereja lahir, dan lahir untuk keluar.”
Di hari itu juga, Paus menerima ucapan selamat jalan dari negara Israel di Bandara Internasional Ben Gurion di Tel Aviv, sebelum berangkat ke Bandara Ciampino, Roma. (pcp)