Manusia harus tetap belajar terus menerus sepanjang hidup

3
4283

56PSE NUSRA

Penemuan-penemuan Djuriono, guru SMKN 1 Trucuk, Klaten, Jawa Tengah, hanyalah sederhana bahkan dikritik dangkal oleh beberapa orang. Namun, tulis Kompas, 28 Juni 2013, Djuriono tak berhenti menawarkan penemuan sederhana yang aplikatif untuk mendorong siswa dan masyarakat mandiri.

Di tangan Djuriono, beternak ayam tidak harus di tempat yang jauh dari pemukiman demi menghindari bau dan limbah. Dengan ketekunan dan kejelian dia belajar soal peternakan ayam, idenya seakan tidak pernah berhenti untuk mengembangkan peternakan ayam tanpa limbah. Djuriono memanfaatkan serbuk gergaji dari limbah kayu yang sering terbuang menjadi produk pengusir bau yang diberi merek ‘Bau-Go’.

Media yang sama, tanggal 2 Juli 2013 juga menulis tentang sekitar dua juta hektar lahan yang kekeringan di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan berdampak pada gagal panen. Upaya petani dengan membeli pupuk kimia dan memperluas lahan pun sulit mendapatkan hasil maksimal.

Tantangan alam, tulis media itu, mendorong Mesak Keluanan berusaha menemukan jalan keluar dengan pupuk organik yang dia beri nama ‘Bio-Pem’. Pupuk itu telah beredar di 21 kabupaten atau kota di wilayah NTT. Sekitar 2.750 dari total 8.700 kelompok tani yang ada di NTT sudah memanfaatkannya.

“Mesak Kaulanan dan Djuriono adalah contoh dua sosok yang selalu mau belajar dari pengalaman untuk mengembangkan hidupnya yang berdampak dan berdaya guna bagi orang lain. Mau belajar terus menerus membutuhkan kehendak kuat, terbuka pada realitas sosial yang dijumpainya dan kerendahan hati untuk mau mengakui akan keterbatasan diri,” tulis Gerakan Aksi Puasa Pembangunan (APP) Nasional tahun 2014 bertema “Belajar Sepanjang Hidup” yang dikeluarkan oleh Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).

Dalam hal belajar, lanjut fokus gerakan yang sudah dikeluarkan Juli 2013, Pastor Mangunwidjaya Pr, tokoh gerakan ‘Kali Code’ pernah menyatakan, “di mana hatimu ditaruh, di situlah proses belajar yang sesungguhnya mulai terjadi”.

Maksud dan tujuan fokus Gerakan APP Nasional 2014 itu digambarkan dalam dua kalimat, yakni “Manusia semakin menemukan jati diri dan martabatnya sebagai Gambar dan Rupa Allah dengan belajar sepanjang hidup melalui kerja yang dilakukannya,” dan “Menemukan cara-cara baru dan inovatif kerja yang berdampak dan berdaya guna bagi perkembangan hidup manusia.”

Makna dan nilai kerja manusia sebagai penyingkapan dan pengungkapan nilai-nilai hidup, tulis gerakan itu, membawa kita pada penghormatan dan penghargaan akan kerja, apa pun wujud dan bentuknya. Setiap pekerja, demikian Santo Ambrosius, adalah tangan Kristus yang terus menciptakan dan berbuat baik (Kompendium ASG art. 265). Panggilan sebagai co-creator (mitra kerja) dari Yang Ilahi, dengan demikian menempatkan daya kreativitas dan inovasi manusia sebagai prasyarat bagi hasil dan proses kerja yang semakin berdampak, berdaya guna sekaligus memberdayakan (empowering) bagi orang lain.

Oleh karena itu, tulis gerakan itu, “manusia harus tetap belajar terus menerus sepanjang hidupnya … dan …  Fokus pastoral Gerakan APP tahun 2014 adalah ‘Belajar Sepanjang Hidup’.”

Nilai luhur pekerjaan manusia, lanjut gerakan itu, tertumpu pada manusia sendiri yang dipanggil untuk menjadi sempurna seperti Allah Bapa sempurna adanya (bdk. Mat 5,48). “Untuk mewujudkan kesempurnaan itu, manusia butuh belajar terus menerus melalui kerja yang dilakukannya,” tegasnya.

Melibatkan (menjumpai, hadir dan mengajak orang lain giat bersama membangun kehidupan baru), Mengembangkan (meningkatkan kualitas hidup secara utuh dengan bertumpu pada nilai-nilai dan kearifan masyarakat setempat), dan Mencerdaskan (memberdayakan diri, secara pribadi dan bersama-sama sehingga mampu memilih dan menentukan arah kehidupan yang sesuai, bermakna dalam penghayatan personal dan bernilai dalam perwujudannya) atau Pola 3M jadi dasar manusia untuk belajar sepanjang hidup, mengembangkan bakat kemampuan, beranjak keluar dan melampaui dirinya sebagai upaya pengembangan diri secara menyeluruh dalam segala dimensinya (bdk. Caritas in Veritate 11).

PSE KWI memberikan beberapa contoh realitas sosial tempat manusia dapat mengembangkan diri dengan belajar dari peristiwa hidup yang dijumpainya, yakni keluarga, lingkungan hidup, lembaga pendidikan dan lembaga keuangan mikro.

Manusia dipanggil untuk memuliakan dan mengabdi Allah. “Bentuk panggilan dan pengabdian kepada Allah terungkap dan terwujud dalam kerja manusia. Untuk semakin menemukan kerja sebagai cara dan sarana mengabdi Allah, manusia butuh belajar terus menerus sepanjang hidupnya,” tegasnya.

Belajar, kata PSE KWI, akan semakin memungkinkan manusia untuk berbagi nilai kehidupan dan mengarahkan hidup untuk lebih penuh dan lebih lancar mencapai kesempurnaan sebagai makhluk bermartabat, yang menekankan sikap kasih, hormat, adil kepada sesama, sehingga setiap orang dalam ikatan sosialnya wajib memandang sesamanya, tak seorang pun terkecualikan, sebagai “dirinya yang lain” (bdk. Gaudium et Spes art. 26).(paul c pati)

3 KOMENTAR

  1. Selamat pagi communistas Katholik ,
    Aalleluyya salaam Yesus , kita bersaudara.
    Apa kabar nya para Imam, Sister, Uskup, semuanya, baik selalu tentunya.
    Daniel ingin mendapatkan Renungan pagi, dari pembimbing , boleh kirim ke email Daniel.
    Terima kasih.

Leave a Reply to Daniel Suriaputra Batal

Please enter your comment!
Please enter your name here