Rabu, November 6, 2024
25.8 C
Jakarta

Perry Rumengan: Festival paduan suara tahunan berdampak luar biasa pada peribadatan

festival-paduan-suara-k-surabaya

Seorang profesor analisa musik yang aktif sebagai juri dalam berbagai lomba paduan suara tingkat nasional serta workshop musik Gereja, Perry Rumengan, memuji Festival Paduan Suara Keuskupan Surabaya yang baru berlangsung di Paroki Redemptor Mundi Surabaya sebagai “lomba yang sangat luar biasa.”

Dalam pembicaraan dengan PEN@ Katolik, 30 November 2016, Perry Rumengan melihat, apabila event seperti ini dibuat annual event, maka dampak pada peribadatan sangat luar biasa. “Dalam workshop pertama saya juga menekankan bahwa musik dalam peribadatan adalah sarana evangelisasi dan pemusik, baik penyanyi pun instrumentalisnya, adalah evangelisator,” katanya.

Festival yang diikuti 17 paroki se-Keuskupan Surabaya itu diadakan tanggal 27 November 2016 di Gedung Universitas Widya Mandala, Surabaya, dalam rangka Ulang Tahun ke-20 Paroki Redemptor Mundi, Yubileum Tahun Kerahiman Ilahi dan Yubileum 800 Tahun Ordo Dominikan atau Ordo Pewarta, yang menjalankan Paroki Redemptor Mundi.

Keuskupan Surabaya sendiri memberi apresiasi atas festival yang dilakukan paroki itu dan menetapkan akan membuat Festival Paduan Suara antarparoki sekali setiap tahun dimulai tahun 2017 untuk anak-anak, 2018 untuk remaja, 2019 untuk OMK dan 2020 untuk umum, dan kembali lagi tahun berikutnya untuk anak-anak dan seterusnya.

Perry, penulis buku “Musik Gerjawi Kontekstual Etnik,” juga mengamati banyak musik dalam Gereja hanya seperti entertainment. “Ada juga pendapat bahwa musik dalam Gereja dapat lebih menghidupkan ibadat, walaupun saya lebih mengatakan bahwa musik adalah sarana yang sangat kuat untuk membantu menyatukan hati umat dengan penciptanya atau manunggal ing kawula Gusti,” kata Perry seraya percaya bahwa dengan menyatu dengan pencipta maka memungkinkan umat menjadi segala-galanya.

Dan dalam festival paduan suara itu, “yang sangat luar biasa adalah Gregorian, malah suara mereka lebih bagus dari pastor-pastor. Saya tidak tahu mengapa, cuma ada teori yang saya pegang bahwa suara manusia cermin atmosfir hatinya.”

Lebih dari itu Perry dari Manado, yang ditemani dua anggota tim juri lainnya Budi Susanto Yohanes dari Jakarta, dan Andreas Sugeng Budirahardjo dari Bali, memberi pujian untuk orang Surabaya “yang super sibuk tapi dapat menyempatkan waktu untuk latihan.”

Meski demikian, Perry merasa kelompok-kelompok koor itu perlu melatih vokal dan konduktornya perlu pengetahuan analisa. “Ini penting karena fungsi evangelisasi yang saya maksudkan tadi. Untuk Gregorian perlu ada pengetahuan teori Gregorian mulai dari ictus, neuma, style of recitative khasnya, emosi dan sebagainya.”

Menurut Ketua Panitia Festival Paduan Suara Keuskupan Surabaya itu, Yohanes Teddy Purwanto, semua paroki sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Paroki Redemptor Mundi yang telah memulai mengadakan event itu, “dan menghimbau acara seperti ini tidak berhenti setelah ini.”

Pihak Keuskupan Surabaya, lanjutnya, telah meminta kepada Paroki Redemptor Mundi untuk digunakan oleh keuskupan dalam mendampingi program pengembangan Musik Liturgi Gereja lewat festival seperti itu.

Sebagai ketua panitia, Teddy terkesan karena Paroki Redemptor Mundi “begitu tepat mengambil momen ini dalam menyampaikan Belas Kasih Allah dan dengan tulus dan peduli membantu program Keuskupan Surabaya yang tidak melakukan lagi kegiatan Musik Liturgi Gereja. Vikjen sendiri Pastor Agustinus Tri Budi Utomo Pr mengatakan pihak keuskupan merasa bersalah dan berdosa karena kevakuman itu, dan mengatakan akan memprogramkan kegiatan itu lewat pembentukan Steering Committee khusus untuk Musik Liturgi Gereja.”

Umat Paroki Redemptor Mundi sendiri, lanjut Teddy, bersukacita mewujudkan kepedulian pada Musik Liturgi Gereja yang sudah mati suri di keuskupan itu, dan berharap festival itu “memberikan motivasi bagi perkembangan dan peningkatan kualitas paduan suara dalam menjunjung tinggi dan melestarikan keagungan Musik Liturgi Gereja.”

Festival itu dibagi dalam tiga kategori Gregorian, Polifoni Suci dan Inkultursi. Paduan Suara Pemenang Kategori Gregorian adalah Juara 1 Crux Salve dari Paroki Salib Suci Tropodo, Juara 2 Spiritus Sanctus  dari Paroki Roh Kudus, Juara 3 La Voz De Santiago dari Paroki Santo Yakobus, Juara Harapan 1 Diorpem dari Paroki Yohanes Pemandi, Juara Harapan 2 RedMun dari Paroki Redemptor Mundi, Juara Harapan 3 Algonz dari Paroki Algonz

Sedangkan pemenang kategori Polifoni Suci adalah Juara 1 Crux Salve dari Paroki Salib Suci Tropodo, Juara 2 Spiritus Sanctus dari Paroki Roh Kudus, Juara 3 Cantamos Adios dari Paroki Gembala yang Baik, Juara Harapan 1 Christus Rex dari Paroki Kristus Raja, Juara Harapan 2 La Voz De Santiago dari Paroki Santo Yakobus, dan Juara Harapan 3 Soli Deo Gloria dari Paroki Santo Paulus Juanda.

Untuk Kategori Inkulturasi pemenangnya adalah Juara 1 Crux Salve dari Paroki Salib Suci Tropodo, Juara 2 Christus Rex dari Paroki Kristus Raja, Juara 3 Spiritus Sanctus dari Paroki Roh Kudus, Juara Harapan 1 Ecclesia canta dari Paroki Santo Meteus, Juara Harapan 2 RedMun dari Paroki Redemptor Mundi, Juara Harapan 3 Saint Vincent dari Paroki Widodaren. (pcp)

koor-rm1

koor-rm2

koor-rm4

koor-rm5

 

 

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini