PEKAN BIASA XXXIII (H)
Santo Mechtilidis,Santo Agnes dari Assisi,
Santo Rafael dari Yosef Kalinowski
Bacaan I: Why. 11:4-12
Mazmur: 144:1.2.9-10; R:1a
Bacaan Injil: Luk. 20:27-40
Pada suatu ketika, datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang tidak mengakui adanya kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya: ”Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara laki-laki, mati sedang isterinya masih ada, tetapi ia tidak meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu. Adalah tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan lalu mati dengan tidak meninggalkan anak. Lalu perempuan itu dikawini oleh yang kedua, dan oleh yang ketiga dan demikianlah berturut-turut oleh ketujuh saudara itu, mereka semuanya mati dengan tidak meninggalkan anak. Akhirnya perempuan itu pun mati. Bagaimana sekarang dengan perempuan itu, siapakah di antara orang-orang itu yang menjadi suaminya pada hari kebangkitan? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia.” Jawab Yesus kepada mereka: ”Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan. Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup.” Mendengar itu beberapa ahli Taurat berkata: ”Guru, jawab-Mu itu tepat sekali.” Sebab mereka tidak berani lagi menanyakan apa-apa kepada Yesus.
Renungan
Ke mana manusia setelah kematian? Apakah jasadnya hancur dan jiwanya habis begitu saja? Pertanyaan-pertanyaan ini terjawab dalam berbagai kebudayaan yang meyakini adanya ide kehidupan setelah kematian. Manusia Dayak meyakini, setelah kematian, arwah orang yang meninggal akan dihantar ke Subayant, yakni dunia keilahian.
Ide kebangkitan telah ditegaskan oleh Yesus kepada kaum Saduki dalam pewartaan-Nya tentang Kerajaan Allah. Yesus hendak mengajarkan bahwa apa pun risiko yang dialami karena percaya kepada-Nya, bahkan derita dan kematian sekalipun, tetap memberi makna dan pengharapan. Karenanya, segala upaya, ketekunan dan perjuangan hidup yang didasari oleh iman akan Yesus yang bangkit menjadi berarti dan takkan pernah sia-sia.
Yesus sendiri menjadi pokok kekuatan dan dasar pengharapan akan hidup baru. Ia telah mengalami derita dan kematian, namun Ia mengatasinya dengan kebangkitan mulia. Peristiwa Yesus inilah yang hendaknya meneguhkan hidup dan kesaksian kita akan kebangkitan, apa pun risiko yang akan dihadapi karena iman kepada-Nya. Kesetiaan iman ini akan membawa kehidupan baru dalam persekutuan dengan Allah yang membangkitkan kita juga (bdk. Why. 11:11-12).
Ya Tuhan Yesus, teguhkanlah imanku yang sering kali rapuh, agar aku sanggup memberi kesaksian tentang Engkau, Sumber hidup dan Jalan Kebenaran. Amin.