Suatu sore ibu-ibu dari sebuah desa di Lembah Gunung Slamet berbondong-bondong meninggalkan rumahnya dan berjalan menuju pelataran kantor desa. Ada yang berjalan sendiri, ada yang ditemani suami, anak, atau saudaranya. Mereka berjalan kaki bahkan ada yang harus berjalan sepanjang lima kilometer.
Di depan balai desa itu sudah menanti pastor, frater, suster dan awam dari sebuah kelompok pengikut Santo Dominikus dari beberapa daerah dan kota di Indonesia. Mereka datang membawa kantong-kantong paket sembako untuk dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan di Desa Limpakuwus, Kecamatan Sumbang, Banyumas.
Suster M Teresa OP dari Yogyakarta mengatakan dalam sambutannya bahwa Keluarga Dominikan Indonesia datang ke desa itu untuk berbagi kasih dalam rangka 800 tahun berdirinya perkumpulan dari para pengikut Santo Dominikus, yakni Ordo Dominikan atau Ordo Pewarta (OP).
“Sudah 800 tahun, namun semangat Santo Dominikus masih kita hidupi sampai saat ini. Semangatnya antara lain semangat berbagi, berbelarasa, atau ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Maka di sini, kami juga ingin belajar berbagi untuk mencerminkan betapa Tuhan mengasihi kita semua sehingga kami boleh merayakan 800 tahun, kami boleh disertai terus sampai sekarang,” kata Suster Teresa.
Acara Puncak Yubileum 800 Tahun Ordo Pewarta dirayakan tanggal 28 Agustus 2016 di Paroki Katedral Purwokerto dan Paschalis Hall di sampingnya. Namun acara itu diawali dengan bakti sosial di Desa Limpakuwus tanggal 26 Agustus 2016 dan Hari Studi di Hening Griya, Baturaden, 27 Agustus 2016.
Dijelaskan bahwa yang dirayakan oleh para pastor, suster dan awam Dominikan adalah belas kasih Tuhan. “Karena Allah begitu baik kepada kita, maka kita selayaknya juga baik kepada sesama, siapa pun dia, tak usah milih-milih, karena semua adalah manusia ciptaan Tuhan, semua dikaruniai kebaikan yang sama.”
Suster Teresa berharap perayaan 800 tahun Ordo Dominikan itu menjadi juga perayaan bersama warga desa itu. “Kita semua merasa bergembira karena dipertemukan untuk belajar berbagi tanpa milih-milih seperti Tuhan yang berbagi kepada kita,” kata suster yang juga memperkenalkan karya para suster OP di Purwokerto yakni Rumah Sakit Elisabeth dan Klinik Adi Dharma serta berbagai sekolah dan Rumah Retret Hening Griya, Baturaden.
Sebelum pembagian sembako, Suster M Angela OP memberi tip hidup sehat kepada semua yang hadir termasuk keluarga Dominikan Awam Indonesia yakni “banyak senyum” dan “olah raga”. Maka, setelah semua tersenyum, dia mengajak semua peserta untuk bersenam dan bergoyang Gemu Fa Mi Re Maumere. Panggung dan halaman desa lalu bergoyang dipimpin oleh para suster Dominikan.
Setelah senam itu, satu persatu warga naik panggung membawa kartu yang telah dibagikan sebelumnya untuk warga yang berhak menerima sembako. Sebanyak 250 paket sembako dengan harga di atas 200 ribu rupiah itu berisi beras 2 kilogram, minyak goreng 1 liter, gula 1 kilogram, mie 4 bungkus, teh’ 1 bungkus, susu jahe 5 buah, agar-agar 3 bungkus, pudding 1 bungkus, dan minyak kayu putih 1 botol. Semua itu adalah sumbangan Dominikan Awam Surabaya dan bantuan dari orang-orang di Purwokerto.
Bantuan itu menurut isteri kepala desa yang juga ketua PKK serta staf desa yang mewakili kepala desa saat itu “sangat-sangat berguna bagi warga penerima, karena sebagian besar dari mereka tidak punya suami atau suami mereka tidak bisa bekerja.” Umumnya ibu-ibu itu atau suaminya bekerja sebagai buruh tani.
Tidak semua yang membutuhkan bantuan itu bisa datang, dengan berbagai alasan, misalnya faktor usia dan sakit, maka beberapa orang suster dan awam Dominikan membawa sendiri paket sembako itu langsung ke rumah-rumah mereka.
Mewakili kepala desa, Sri mengatakan bahwa kepala desa berterima kasih atas penyelenggaraan acara itu dan mohon maaf karena dia sedang menghadiri pertemuan kepala-kepala desa se-Kecamatan Sumbang. “Dia berpesan, terima kasih tak terhingga atas acara bakti sosial di desa ini. Limpakuwus mendapat penghargaan luar biasa. Mudah-mudahan apa pun yang diterima bermanfaat untuk desa ini,” kata ibu itu.
Sri dan isteri dari kepala desa lalu menerima secara simbolis ungkapan kasih yang diberikan masing-masing oleh Sulasri mewakili Koordinator Dominikan Awam Surabaya, dan Pastor Joseto Bernadas OP dari Rumah Formasi Dominikan Surabaya.
Satu per satu para ibu pulang sambil berjalan kaki membawa paket sembako. Keluarga Dominikan pun pulang ke Rumah Retret Hening Griya untuk melanjutkan acara mereka. Mereka semua pulang dengan mobil, namun beberapa suster dan awam Dominikan rela menaiki mobil bak terbuka “sebagai tanda solidaritas.” (paul c pati)