Minggu, Juni 29, 2025

Serikat awam Confreria Reinha Rosari di Indonesia

LARANTUKA, Pena Katolik – Kidung rohani mulai menyelimuti Larantuka pagi di hari Kamis Putih. Satu per satu beberapa orang pilihan memasuki ruang tertutup di Kapel Tuan Ma dan memandikan serta merias patung Tuan Ma. Patung Bunda Maria yang menjadi pusat perayaan Semana Santa. Yang lain memasuki Kapel Tuan Ana (Tuhan Yesus) dan melakukan hal yang sama. Patung Tuan Ma dan Patung Tuan Ana hanya diperlihatkan setahun sekali pada Kamis Putih. Hanya orang-orang pilihan yang mengenakan opa atau jubah putih perlambang kesucian itu yang mendapat anugerah untuk memandikan Tuan Ma dan Tuan Ana. Sudah ratusan tahun hal itu hanya dilaksanakan oleh mereka dalam suasana tertutup.

Mereka adalah anggota atau pengurus Confreria Reinha Rosari yang telah bersaksi di bawah sumpah untuk merahasiakan pengalaman yang dialami sepanjang ritual itu. Di dalam Tri Hari Suci, bukan hanya imam yang sibuk di Keuskupan Larantuka, tetapi juga sekelompok orang yang menjadi anggota Confreria Renha Rosari, yang dibentuk sejak abad ke-16 di keuskupan itu, mengawal tradisi keimanan Kristus di sana.

Confreria Reinha Rosari di wilayah Keuskupan Larantuka sudah mendapat pengakuan dari Paus Innocentius VII. Menurut Sejarah Gereja Katolik di Indonesia, serikat awam Katolik yang tertua di Indonesia itu masih aktif sampai sekarang dalam pelbagai kegiatan devosi.

Ensiklopedia Gereja Jilid I halaman 209 dari PA Heuken SJ menulis bahwa Confreria Reinha Rosari Larantuka didirikan oleh Paderi-Paderi Ordo Dominikan pada tahun 1564. Confreria adalah kelompok pendoa yang merupakan “warisan“ dari Pastor Lukas da Crux OP dalam misi pewartaannya di Indonesia. Bahkan dijelaskan, Confreria Reinha Rosari sebagai Ordo Ketiga Dominikan telah terdaftar untuk selamanya pada archiconfreria di Vatikan sebagai salah satu serikat awam dalam Kongregasi Propaganda Fide yang dibentuk Paus Gregorius XV tahun 1562.

Pastor Lukas da Crux OP adalah seorang imam Portugis yang mengungsi dari Malaka ketika pusat kekuatan Portugis dikalahkan kompeni Belanda tahun 1641. Imam itu tiba di Larantuka tahun 1642.

Raja yang Dibaptis

Serikat Confreria Reinha Rosari berdiri saat Ola Adobala, raja Kerajaan Larantuka, dibaptis Katolik pada tahun 1645 dan diberi nama Don Fransiskus Dias Viera da Godinho. Mengingat perkembangan agama waktu itu yang tidak dapat dipisahkan dari pengaruh kekuasaan dan adat istiadat setempat, maka Raja Larantuka ditetapkan sebagai pimpinan tertinggi Serikat Confreria Reinha Rosari dengan jabatan presidenti. Serikat itu didirikan karena banyaknya tugas pastoral serta perkembangan umat Katolik yang tidak bisa ditangani sendiri oleh para imam yang jumlahnya sedikit. Hukum Kanonik yang diperbaharui tahun 1983 menyebut serikat itu sebagai Serikat Kaum Beriman Kristiani.

Setelah Ordo Dominikan meninggalkan Larantuka, Confreria Reinha Rosari diserahkan sepenuhnya kepada Uskup Larantuka. Ketika Larantuka mengalami kekurangan bahkan ketiadaan imam di masa lalu, Confreria Reinha Rosari bertugas dan bertanggung jawab dalam pembinaan iman dan pengetahuan agama. Selain itu, Confreria bertugas memelihara dan melaksanakan semua peribadatan devosional terutama Devosi Jumat Agung (Semana Santa) yang telah berakar dan membudaya di Larantuka.

Tujuan pendirian Confreria Reinha Rosari adalah agar para anggotanya dapat menguduskan diri atau mengutamakan kehidupan rohani dan memperkaya iman, meningkatkan pengetahuan agama, membaca Kitab Suci dan buku-buku rohani, mengikuti kebaktian-kebaktian terutama Ekaristi, meditasi, bersama para anggota yang lain mengusahakan hidup sempurna untuk menerangi dan menggarami dunia dengan semangat Kristiani, memantapkan adat istiadat Katolik dalam kehidupan keluarga dan masyarakat atau menguduskan sesama, melaksanakan kerasulan dengan kebijakan-kebijakan antara lain menolong orang yang kesusahan, merawat orang sakit, menguburkan orang meninggal, membantu menyelesaikan persoalan-persoalan keluarga, mendamaikan orang yang bermusuhan, dan mendampingi orang-orang menuju pertobatan.

Sayangnya peraturan serta karya dan kegiatan Confreria Reinha Rosari Larantuka sejak didirikan tidak diketahui secara jelas, karena tidak ada dokumen-dokumen yang ditinggalkan ketika pusat kekuasaan Portugis dipindahkan ke Dili, Timor Timur, tahun 1769. Bahkan kemudian diberitakan bahwa di tahun 1818 semua arsip Portugis di Dili habis terbakar. Meskipun tidak ada data dan peraturan tertulis, namun secara turun-temurun dari generasi ke generasi, serikat ini hidup dan bertahan hingga ada misionaris Belanda di pertengahan abad XIX.

Tahun 1903, Pastor Yos Hoeberechts SJ dan Pastor Van de Velden SJ, berdasarkan pengalaman bersama Confreria Reinha Rosari, menyusun aturan Confreria Reinha Rosari di Larantuka, Wureh dan Konga. Aturan itu disetujui Uskup Batavia Mgr E Luypen 10 Juli 1903. Sesuai peraturan itu, yang dapat menjadi anggota Confreria Reinha Rosari adalah semua umat yang tinggal di wilayah Larantuka (untuk Cabang Larantuka), Wureh dan Tanah Merah (untuk Cabang Wureh), Konga, Waitiu dan Lewolaga (untuk Cabang Konga). Anggota Confreria adalah bapak-bapak keluarga yang hidup imannya baik.

Statuta dan Anggaran Rumah Tangga Serikat Confreria Reinha Rosari dalam Kerajaan Larantuka disahkan oleh Sri Paduka Tuan Hendrikus Levis SVD, Uskup Kepulauan Sunda Kecil, tanggal 25 Juni 1947. Sejak saat itu di paroki atau stasi di luar kota Larantuka, Wureh dan Konga, didirikan cabang-cabang baru. Peraturan untuk Confreria Reinha Rosari juga disahkan oleh Uskup Larantuka Mgr Darius Ngawa SVD tanggal 12 Juli 1997. 

Berkat Confreria Reinha Rosari, pertumbuhan Gereja Katolik di Flores, khususnya bagian Timur menjadi amat pesat, bahkan mayoritas penduduknya tetap beragama Katolik hingga saat ini. – Confreria Reinha Rosari memiliki empat tingkat kepengurusan yakni, pengurus agung di tingkat keuskupan, pengurus pusat di Kota Larantuka, pengurus cabang di setiap paroki, dan prefektur di setiap desa atau stasi atau lingkungan.

Uskup Larantuka memegang teguh segala adat istiadat Katolik dalam kehidupan pribadi, dalam rumah tangga, dan dalam masyarakat. Tujuannya agar mereka menguduskan diri, memperkaya iman dan meningkatkan pengetahuan agama, berdoa Rosario setiap hari, menghadiri Misa, mengikuti upacara-upacara kebaktian umat dan peribadatan lain, menguduskan orang lain, serta dengan cinta kasih berbuat kebajikan, antara lain, menghibur yang berkesusahan, melayat orang mati, menguburkan orang mati, mendamaikan perselisihan, dan menobatkan orang yang tersesat.

Kisah yang Tertinggal

Dengan pengaruhnya yang luar biasa, Confreria Reinha Rosari berperan besar dalam memelihara dan mempertahankan agama Katolik di wilayah itu, juga ketika ditinggalkan oleh misionaris Portugis dalam waktu sangat lama, yakni perpindahan kekuasaan Portugis dari Larantuka ke Lifao, Timor, tahun 1702.

Sejak 1800, kunjungan imam ke Larantuka sangat jarang terjadi. Paling cepat dalam kurun waktu 6 bulan sekali. Pada saat kekosongan imam seperti inilah Confreria Reinha Rosari melaksanakan semua kegiatan kerasulan demi melestarikan kehidupan agama Katolik. Mereka mengajar agama atau katekismus, membina umat, menyelenggarakan pembaptisan, memimpin ibadat, memelihara tradisi-tradisi iman dan warisan Misionaris Portugis, menjaga dan memelihara gereja-gereja dan kapel-kapel beserta seluruh isinya, memimpin upacara devosi, teristimewa kepada Bunda Maria, dan berdoa Rosario setiap hari.

Yang menarik adalah bahwa semua pelayanan itu dilaksanakan dalam semangat cinta kasih, dengan contoh dan keteladanan hidup sesuai ajaran Kristiani. Peran Confreria Reinha Rosari yang sangat menonjol dan berkesan adalah Semana Santa, suasana kudus selama masa puasa (Prapaskah), saat semua umat bersama-sama menghayati sengsara dan wafat Kristus. Pusat perhatian umat mengenang penderitaan Yesus adalah Bunda-Nya yang berdukacita (Tuan Ma Mater Dolorosa) pada perarakan memperingati sengsara Yesus hari Jumat Agung.

Sebagai organisasi Gerejani, kini Confreria Reinha Rosari selalu berada di baris depan dalam melaksanakan tugas-tugas kerasulan, sesuai program keuskupan atau paroki, terutama Doa dan Pewartaan, dengan tetap memperhatikan tradisi yang diwariskan para pendahulu, sejak jaman Portugis. Pegangan hidup Confreria Reinha Rosari adalah rajin berdoa, mencintai liturgi, bijaksana dan rela berkorban demi tercapainya kesempurnaan Kristiani.

Menurut Ketua Dominikan Awam Jakarta Theo Atmadi OP, belum ada hubungan antara Dominikan Awam dan Confreria Reinha Rosari. “Namun setahu saya, Suster M Assumpta OP memiliki hubungan dekat dan membina Confreria di Larantuka, bahkan ada Kelompok Doa Santo Dominikus yang beranggotakan ibu-ibu di Waiklibang, ada sekitar 25 anggota hadir ketika saya berkunjung bersama Promotor Jendral Fr. David Kammler OP dan Sr. M. Elisabeth OP di tahun 2008 itu,” ujar Theo.

Di seluruh Keuskupan Larantuka ada lebih dari 1600 anggota Confreria Reinha Rosari. Namun, jelas Theo Atmadi OP, Confreria Reinha Rosari lain dari Persaudaraan Dominikan Awam. Hal itu dia tegaskan dengan mengutip keterangan Promotor Jendral Dominikan Awam di Roma, Pastor David M Kammler OP yang pernah berkunjung ke Larantuka. Menurut Pastor David Kammler OP, ada tiga golongan awam yang memakai spiritualitas Dominikan, yakni yang ter-integrasi, yangter-agregasi, danyangber-assosiasi. Yang terintegrasi adalah yang mengikuti jenjang pembinaan hingga mengucapkan kaul, serta menerima Anggaran Dasar (AD) Persaudaraan Dominikan Awam, sehingga menjadi satu kesatuan dengan Ordo Praedicatorum. Yang teragregasi adalah yang tergerak oleh spiritualitas Dominikan, tetapi belum mau menerima AD Persaudaraan Dominikan Awam, sedangkan yang berasosisi yaitu mereka yang dibentuk oleh beberapa kongregasi suster-suster, atau imam Dominikan dengan misi khusus, misalnya untuk proses beatifikasi pendiri atau anggota mereka, atau untuk kerasulan khusus mereka.

   Meski di tahun 1769 misi Dominikan pindah ke Timor dan imam-imam Dominikan di Nusa Tenggara habis, komunitas awam Confreria Reinha Rosari masih hidup hingga saat ini dengan dinamika hidup doa dan tugas pewartaan iman yang mendapat percikan semangat awal dari imam Dominikan. – Confreria Reinha Rosari adalah Perserikatan Persaudaraan Katolik yang merupakan salah satu peninggalan misionaris Dominikan Portugis di Larantuka. Serikat itu telah mengambil bagian dalam karya-karya kerasulan, di bawah pimpinan hirarki Gereja Kudus. Mereka berperan besar bagi kehidupan keluarga dan masyarakat, demi mempertahankan dan mengembangkan Agama Katolik. Berkat kehadiran serikat itu, eksistensi agama Katolik di wilayah Larantuka bertahan, meski mengarungi rentang waktu amat panjang dan menghadapi berbagai rintangan dan ancaman. Ketika didirikan, anggota Confreria Reinha Rosari diambil atau dipilih dari golongan elit kerajaan Larantuka, berdasarkan adat dan perannya di masyarakat di sekitar Larantuka, Wureh dan Konga. Di dalam kehidupan masyarakat, mereka dianggap sebagai orang-orang yang sangat berpengaruh.

Dalam kunjungannya ke Larantuka tahun 1880, Uskup Batavia Mgr AC Claescent mengisyaratkan bahwa yang dapat diterima menjadi anggota Confreria Reinha Rosari hanyalah orang-orang yang menguasai pengetahuan agama dengan baik. Pelajaran agama mendapat perhatian sangat besar, terutama bagi para pemuka masyarakat di Kerajaan Larantuka. Berdasarkan aturan tahun 1903, keanggotaan Confreria Reinha Rosari diperluas. Syarat bisa diterima sebagai anggota adalah pria Katolik yang sudah menikah secara Katolik, beriman, berkelakuan dan dikenal baik oleh masyarakat, serta berniat dan berjanji akan sungguh-sungguh menaati peraturan Confreria Reinha Rosari.

Untuk menjadi anggota Confreria Reinha Rosari, seseorang harus mengajukan lamaran kepada Badan Pengurus setempat. Calon berkewajiban menjalani masa percobaan (kandidate) sekurang-kurangnya selama satu tahun. Selama masa percobaan, seorang calon mengenakan bernika (medali), yang diterimakan dalam upacara liturgi. Keanggotaan penuh diperoleh setelah menjalani masa percobaan dan berdasarkan keputusan Badan Pengurus yang disetujui oleh direktur (pastor paroki). Penerimaan resmi menjadi anggota penuh dilaksanakan dengan pengucapan janji setia dalam Misa Penerimaan Opa (mantel)  yang dipimpin oleh direktur atau wakilnya. Anggota penuh Confreria Reinha Rosari disebut Irmao, sedangkan istrinya disebut Irma.

Pengurus Confreria Reinha Rosari Larantuka terdiri dari Pengurus Agung (tingkat keuskupan) dan Pengurus Cabang (tingkat paroki). Uskup Larantuka adalah pimpinan rohani tertinggi dan pelindung di tingkat Pengurus Agung, dekan wilayah Larantuka sebagai Direktur Agung, Presidenti selaku Ketua Umum berdasarkan keturunan Raja Kerajaan Larantuka, Pro Cardo Cabang Larantuka sebagai Wakil Ketua Umum, Sariban Cabang Larantuka sebagai Sekretaris, Thesourero Cabang Larantuka sebagai Bendahara, Mestri Cabang Larantuka sebagai Pemimpin Ibadat atau Nyanyian pada perayaan-perayaan. Direktur atau pastor paroki adalah Penasehat Rohani untuk Pengurus Cabang. Pengurusnya terdiri dari Presidenti selaku Ketua Umum berdasarkan keturunan Raja Kerajaan Larantuka, Procardo (Ketua), Sariban (Sekretaris), Thesourero (Bendahara), dan Mestri (Pemimpin Ibadat / Nyanyian). Jabatan Pengurus Cabang dipegang selama tiga tahun dan boleh dipilih ulang sekali lagi. – Setelah dua periode, wajib diganti dan boleh dipilih kembali setelahnya. Pengurus Cabang dipilih oleh semua anggota dan diangkat lewat surat keputusan Direktur. Pengurus Cabang mulai bertugas setelah dilantik oleh Direktur atau wakilnya, pada perayaan Ekaristi.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini