Sabtu, Juni 28, 2025

Bacaan dan Renungan Jumat 4 Juli 2025; Pekan Biasa ke-XIII (Hijau)

Bacaan I – Kejadian 23:1-4.19;24:1-8.62-67

“Ishak mencintai Ribka, sehingga ia terhibur atas kematian ibunya.”

Sara, isteri Abraham, hidup seratus dua puluh tujuh tahun lamanya. Kemudian Sara meninggal di Kiryat-Arba, yaitu Hebron, di tanah Kanaan. Lalu Abraham datang meratapi dan menangisinya. Sesudah itu Abraham bangkit dan meninggalkan jenazah isterinya, lalu berkata-kata kepada orang-orang Het, “Aku ini orang asing dan pendatang di antaramu. Berikanlah kiranya kepadaku sebuah kuburan di tanahmu ini, supaya aku dapat mengantarkan dan menguburkan isteriku yang telah meninggal.”

Sesudah itu Abraham menguburkan Sara, isterinya, di dalam gua di ladang Makhpela, di sebelah timur Mamre, yaitu Hebron di tanah Kanaan. Adapun Abraham telah tua dan lanjut umurnya, serta diberkati Tuhan dalam segala hal.

Berkatalah Abraham kepada hambanya yang paling tua, yang diberi kuasa atas segala miliknya, katanya, “Baiklah letakkan tanganmu di bawah pangkal pahaku, supaya aku mengambil sumpahmu.

Demi Tuhan, Allah yang empunya langit maupun bumi, janganlah engkau mengambil seorang isteri bagi anakku dari antara wanita negeri Kanaan tempat aku tinggal ini. Tetapi engkau harus pergi ke negeriku, kepada sanak saudaraku, untuk mengambil seorang isteri bagi Ishak, anakku.”

Lalu berkatalah hamba itu kepadanya, “Mungkin wanita itu tidak suka mengikuti aku ke negeri ini? Haruskah aku membawa anakmu ke negeri asal Tuanku itu? Abraham lalu berkata, “Awas, jangan kaubawa anakku itu kembali ke sana! Tuhan, Allah yang empunya langit, telah memanggil aku dari rumah ayahku dan dari negeri sanak saudaraku.

Ia telah bersabda dan bersumpah kepadaku, ‘Negeri ini akan Kuberikan kepada keturunanmu.’ Dialah yang akan mengutus malaikat-Nya berjalan di depanmu, sehingga engkau dapat mengambil seorang isteri dari sana untuk anakku.

Tetapi jika wanita itu tidak mau mengikuti engkau, maka bebaslah engkau dari sumpahmu kepadaku ini. Hanya saja, janganlah anakku kaubawa kembali ke sana.” Beberapa waktu kemudian Ishak datang dari arah sumur Lakhai-Roi; ia tinggal di tanah Negeb.

Menjelang senja Ishak keluar untuk berjalan-jalan di padang. Ia melayangkan pandangannya dan melihat ada unta-unta datang mendekat. Itulah hamba Abraham yang kembali dari negeri tuannya dan membawa serta Ribka, calon isteri Ishak.

Ribka juga melayangkan pandangannya dan melihat Ishak. Segera Ribka turun dari untanya dan bertanya kepada hamba Abraham, “Siapakah orang yang berjalan di padang menuju kita itu?” Jawab hamba itu, “Dialah tuanku.”

Lalu Ribka mengenakan telekungnya dan menyelubungi diri. Kemudian hamba itu menceriterakan kepada Ishak segala yang dilakukannya. Maka Ishak mengantar Ribka ke dalam kemah Sara, ibunya, dan mengambil dia menjadi isterinya. Ishak mencintai Ribka, sehingga ia terhibur atas kematian ibunya.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan Mzm. 106:1-2.3-4a.4b-5

Ref. Bersyukurlah kepada Tuhan, karna baiklah Dia!

  • Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Kekal abadi kasih setia-Nya. Siapakah yang dapat memberitahukan keperkasaan Tuhan, dan memperdengarkan segala pujian kepada-Nya?
  • Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum, yang melakukan keadilan di setiap saat! Ingatlah akan daku, ya Tuhan, demi kemurahan-Mu terhadap umat.
  • Perhatikanlah aku, demi keselamatan yang datang dari pada-Mu, supaya aku melihat kebahagiaan orang-orang pilihan-Mu, supaya aku bersukacita dalam sukacita umat-Mu, dan supaya aku bermegah bersama milik pusaka-Mu.

Bait Pengantar Injil PS 953

Ref. Alleluya, alleluya.

Datanglah pada-Ku, kalian yang letih dan berbeban berat, maka Aku akan membuat kalian lega.

Bacaan Injil – Matius 9:9-13

“Bukan orang sehat yang memerlukan dokter; Aku menginginkan kasih sayang, bukan persembahan.”

Pada suatu hari, Yesus melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya, “Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Matius, lalu mengikuti Dia. Kemudian, ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa, makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya.

Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada murid-murid Yesus, “Mengapa gurumu makan bersama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Yesus mendengarnya dan berkata, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, melainkan orang sakit.

Maka pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

***

Memanggil Orang Berdosa

Dalam perikop ini, Yesus memanggil Matius, seorang pemungut cukai, untuk menjadi murid-Nya. Pemungut cukai pada zaman itu dikenal sebagai orang yang dianggap berdosa dan pengkhianat bangsa, karena mereka bekerja untuk penjajah Romawi dan sering berlaku tidak adil. Namun Yesus, justru memilih Matius—bukan orang yang saleh atau terpandang, melainkan seseorang yang dipandang hina oleh masyarakat.

Reaksi Matius sungguh luar biasa. Ia langsung bangkit dan mengikuti Yesus. Tanpa syarat, tanpa tunda. Panggilan itu mengubah hidupnya selamanya. Di kemudian hari, Matius bukan hanya menjadi murid, tetapi juga menjadi penulis Injil yang menuntun banyak orang kepada Kristus.

Peristiwa ini menegaskan bahwa Tuhan tidak memanggil orang yang sempurna, tetapi Ia menyempurnakan orang yang dipanggil-Nya. Kita semua dipanggil, meskipun kita memiliki masa lalu yang berdosa, kelemahan, dan kekurangan. Tuhan melihat potensi dalam diri kita, bukan kegagalan kita.

Ketika Yesus makan bersama para pemungut cukai dan orang berdosa, para ahli Taurat mengkritik-Nya. Tapi Yesus menjawab dengan tegas: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit… Aku menghendaki belas kasihan dan bukan persembahan.” Ini adalah pengingat bahwa kasih dan belas kasihan lebih penting daripada penampilan religius yang kosong.

Kita sering kali mudah menghakimi orang lain atau merasa diri lebih baik. Tetapi Injil hari ini mengingatkan kita: Kita semua berdosa dan membutuhkan belas kasihan Tuhan. Kita semua adalah “Matius” yang dipanggil untuk bangkit dan mengikuti Dia, meninggalkan kehidupan lama, dan menjadi saksi kasih-Nya.

Jangan tunggu sampai kita merasa “layak” untuk datang kepada Tuhan. Dia memanggil kita hari ini, sebagaimana adanya kita. Mari kita menjawab dengan hati yang terbuka.

Doa Penutup

Tuhan Yesus yang penuh belas kasih, terima kasih karena Engkau memanggil kami bukan karena kami layak, tetapi karena Engkau mengasihi kami. Seperti Matius, kami pun berdosa dan lemah, namun Engkau melihat nilai dalam diri kami. Tolonglah kami untuk bangkit dari kehidupan lama dan mengikuti-Mu dengan setia. Bentuklah hati kami agar penuh belas kasih, tidak menghakimi, dan mampu mencintai seperti Engkau mencintai. Jadikan hidup kami kesaksian nyata akan karya kasih dan pengampunan-Mu. Kami serahkan hidup kami dalam panggilan-Mu, Tuhan. Jadilah kehendak-Mu atas kami. Amin.

***

Santa Elisabeth dari Portugal, Pengaku Iman

Puteri Raja Pedro III dari Aragon dan cucu Santa Elisabeth dari Hungaria ini lahir pada tahun 1271 dan meninggal dunia di Estremoz pada tanggal 4 Juli 1336. Ia dijuluki “Pembawa Damai” karena keberaniannya menghentikan pertikaian antara raja-raja Castile, Aragon dan Portugal pada abad ke-14. Teladan hidupnya di kemudian hari menjadi contoh bagi para ibu rumah tangga, terlebih-lebih bagi mereka yang mengalami penderitaan batin karena ulah suaminya.

Pada usia 12 tahun ia dinikahkan dengan Raja Dionisius I dari Portugal, seorang raja yang rajin dan adil tetapi bejat dalam pribadinya. Ia lekas cemburu dan tidak mempercayai kesetiaan isterinya, padahal ia sendiri tidak setia dan sering berbuat serong. Meskipun diliputi kebejatan moral suaminya, Elisabeth tetap teguh memegang prinsip-prinsip imannya. Setiap hari ia secara tetap berdoa memohon peneguhan Tuhan.

Ia terkenal sebagai seorang permaisuri yang sederhana dalam hal makan-minum dan berpakaian. Kegiatan-kegiatan amalnya luar biasa. Ia membantu wanita-wanita yang tidak kawin, menyiapkan penginapan kepada para peziarah dan mendirikan sejumlah lembaga amal, seperti rumah sakit Coimbra, sebuah tempat penampungan bagi anak-anak yang terlantar, dan sebuah rumah bagi wanita-wanita pendosa yang bertobat. Di samping anak-anak kandungnya sendiri, ia juga merawat dan mendidik anak-anak suaminya yang lahir dari perkawinan gelapnya dengan wanita-wanita lain.

Kesucian hidup Elisabeth dan doa-doanya berhasil meluluhkan kekerasan Dionisius dan menghantarnya kepada pertobatan. Setelah bertobat, Dionisius meninggal dunia pada tahun 1325. Sepeninggal Dionisius, Elisabeth menjadi seorang biarawati dalam Ordo Fransiskan di Coimbra. Sambil terus mengusahakan perdamaian di antara raja-raja Castile, Aragon dan Portugal, Elisabeth akhirnya menghembuskan nafas terakhir ketika sedang dalam suatu perjalanan misi untuk menghentikan suatu konflik yang melibatkan juga puteranya Raja Alfonso IV. Ia dimakamkan di kota Coimbra. Pada tahun 1625, ia digelari ‘Kudus’ oleh Gereja.

Santo Ulrich atau Ulrikus, Uskup

Uskup dan sahabat Kaisar Jerman ini lahir pada tahun 890. Ia berusaha membangun sebuah tembok batu alam untuk melindungi kota Augsburg, Jerman dari serangan bangsa Hun yang kemudian berhasil dipatahkan oleh tentaranya.

Sebagai uskup, Ulrich mengadakan perjalanan keliling keuskupannya untuk berkhotbah dan meneguhkan iman umatnya, serta menegakkan keadilan. Ia mendirikan sebuah Katedral dan membuka seminari serta mendukung pendirian biara-biara. Di setiap pelosok keuskupannya, ia mendirikan banyak gereja dan kapel supaya umat dapat beribadat dengan baik.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini