Jumat, Januari 31, 2025
27.1 C
Jakarta

Yubelium Tahun Rahmat, Kasih Allah Tercermin pada Sesama

SSC, Kuta Bali, Pena Katolik | Dokumen Homili 9 Januari 2025 oleh RD Antonius Gede Ekadana Putra, pada  9 Januari 2025, Misa Bulanan di Kapel Societas Sancta Clara Kuta Bali dilaksanakan dalam suasana yang cerah tanpa hujan, diiringi dengan semangat penuh kedamaian.

Misa ini dipimpin oleh RD Antonius Gede Ekadana Putra, yang lebih akrab disapa Romo Toni. Dalam homilinya, Romo Toni mengajak umat yang hadir untuk merenungkan makna dari Tahun Yubilium 2025, yang menurut tradisi Gereja Katolik disebut juga sebagai Tahun Rahmat.

Romo Toni memulai homilinya dengan mengingatkan umat tentang pentingnya perayaan Natal yang jatuh pada 25 Desember, yang menurut gereja diperingati setiap tahunnya. Ia juga menceritakan bahwa gereja menandai kelahiran Yesus dengan tahun liturgi yang dimulai pada bulan Desember.

“Yesus lahir tanggal 25 Desember, dan kita semua tahu bahwa gereja merayakan ini sebagai suatu peristiwa yang sangat penting dalam iman kita. Dalam proses ini, gereja juga mengajarkan kita bahwa kita harus menghormati semua peristiwa yang berkaitan dengan kehidupan Yesus,” katanya.

Romo Toni kemudian menjelaskan tentang beberapa peristiwa yang terjadi sekitar kelahiran Yesus, seperti Maria yang menerima kabar tentang kehamilannya, yang terjadi sembilan bulan sebelum Natal. Ia mengajak umat untuk menghitung waktu antara pengumuman tersebut dan kelahiran Yesus.

“Jika kita menghitung 9 bulan setelah 25 Desember, maka kita akan sampai pada bulan Maret. Pada bulan Maret, tepatnya pada tanggal 25, kita merayakan Hari Raya Kabar Gembira,” ujarnya.

Setelah mengulas perayaan-perayaan dalam kalender liturgi, Romo Toni melanjutkan homilinya dengan berbicara mengenai makna kasih dalam iman Kristiani.

Romo Toni (Kapel Societas Sancta Clara) 2025

Kasih Allah tercermin pada sesama

Ia mengingatkan umat bahwa kasih kepada Allah harus tercermin dalam kasih kepada sesama. “Kita diajarkan oleh Kitab Suci untuk mengasihi Allah karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Namun, jika kita mengaku mengasihi Allah tetapi membenci sesama kita, maka kita adalah pendusta,” tegasnya.

Romo Toni mengingatkan bahwa iman kita harus diwujudkan dalam tindakan kasih kepada sesama, terutama kepada mereka yang membutuhkan.

Ia juga memberi contoh nyata tentang bagaimana umat mengasihi para pastor. “Umat mengasihi Romo dengan cara berdoa untuk kami, memberikan dukungan dalam pelayanan, bahkan membantu kami dalam kebutuhan sehari-hari,” kata Romo Toni.

Ia melanjutkan dengan membahas bagaimana para pastor juga mengasihi umat mereka melalui doa dan pemberkatan, serta memberikan perhatian kepada mereka yang membutuhkan.

Menurut Romo Toni, saling mengasihi adalah inti dari ajaran Yesus dan menjadi landasan hidup dalam komunitas gereja.

Di tengah-tengah homili, ia mengajak oma dan opa untuk merefleksikan kata-kata Rasul Yohanes dalam Injil, yang mengingatkan kita bahwa tidak mungkin kita mengasihi Allah yang tidak kelihatan jika kita tidak bisa mengasihi sesama kita yang terlihat.

“Tuhan mengajarkan kita bahwa kita harus mengasihi sesama, karena itu adalah cara kita mengasihi Tuhan. Jika kita mengatakan ‘Aku mengasihi Tuhan’, tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita berkelahi dengan tetangga atau membenci orang lain, itu berarti kita belum benar-benar mengasihi Tuhan,” jelasnya.

Romo Toni kemudian mengalihkan pembicaraan kepada perayaan Tahun Yubilium 2025, yang menurutnya adalah tahun yang sangat istimewa dalam kehidupan gereja.

Societas Sancta Clara (2025)

Tahun Yubelium

Dia mengingatkan umat bahwa Tahun Yubilium adalah tahun rahmat yang disebut oleh orang-orang Yahudi sebagai “Tahun Yobel.” Tahun Yobel adalah tahun di mana segala hutang diampuni dan tanah yang disita dikembalikan kepada pemiliknya.

“Dalam tradisi orang Yahudi, setiap 50 tahun, pada Tahun Yobel, mereka merayakan pengampunan dan pembebasan dari hutang. Gereja Katolik juga mengadopsi konsep ini dan menyebutnya sebagai Tahun Yubilium,” ungkapnya.

Tahun Yubilium 2025 ini menjadi momen yang sangat penting bagi umat Katolik di seluruh dunia, karena merupakan kesempatan untuk memperoleh pengampunan atas dosa-dosa mereka. “Tahun Yubilium ini adalah kesempatan bagi kita semua untuk menerima pengampunan dari Tuhan. Sama seperti dalam doa Bapa Kami yang mengatakan, ‘Ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami,’ kita juga diminta untuk mengampuni dosa-dosa orang lain,” jelas Romo Toni.

Romo Toni juga menjelaskan bagaimana umat dapat memperoleh indulgensi dalam tahun Yubilium ini. “Salah satu cara untuk memperoleh indulgensi adalah dengan melakukan ziarah ke Roma, mengunjungi salah satu dari empat basilika suci di sana, dan mengikuti perayaan Misa setelah melakukan pengakuan dosa. Ini adalah kesempatan besar untuk mendapatkan pengampunan dan merayakan Tahun Yubilium,” katanya.

Namun, Romo Toni juga mengingatkan umat yang tidak dapat pergi ke Roma untuk tetap berdoa dengan sungguh-sungguh. “Bagi mereka yang tidak bisa melakukan ziarah ke Roma, berdoa dengan tulus, berdoa Rosario, dan berdoa untuk Paus serta untuk pelayanan gereja juga merupakan cara untuk memperoleh rahmat Tuhan,” ujarnya.

Di akhir homili, Romo Toni mengajak umat untuk tetap semangat dalam menghadapi segala tantangan hidup, termasuk rasa sakit dan kesedihan yang mungkin mereka alami.

“Meskipun kita mungkin merasa sakit atau lelah, kita harus selalu ingat bahwa Tuhan mengasihi kita, dan kita dipanggil untuk menjadi berkat bagi sesama. Jangan menyerah, terus berjuang, dan percayalah bahwa Tuhan selalu menyertai kita,” pesan Romo Toni.

Sebelum menutup homili, Romo Toni mengajak seluruh umat untuk saling mengasihi dan terus berdoa, terutama bagi orang-orang yang membutuhkan dan bagi gereja yang sedang berjuang dalam pelayanan.

“Mari kita terus berdoa untuk semua orang, termasuk para pastor dan anak-anak seminari yang sedang mempersiapkan diri untuk melayani gereja. Semoga kita semua tetap setia dalam doa dan selalu menjadi berkat di mana pun kita berada,” tutupnya dengan penuh harapan.

Perayaan Misa Bulanan  yang dipimpin oleh RD Antonius Gede Ekadana Putra, tampaknya bukan hanya menjadi kesempatan untuk berkumpul bersama Oma dan Opa Societas Sancta Clara, tetapi juga sebagai momen refleksi bagi mereka tentang makna Tahun Yubilium 2025 sebagai Tahun Rahmat.

Melalui homili yang Romo Toni sampaikan itu, jelas ia mengajak Oma dan Opa untuk mendalami kasih Tuhan dan bagaimana cara manusia sebagai umat untuk mengasihi sesama dengan tulus.

Semoga melalui Tahun Yubilium ini, setiap umat Katolik dapat merasakan rahmat Tuhan yang menyegarkan jiwa dan membawa kedamaian dalam hidup mereka. Semoga! (Sam).

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini