TENNESSEE, Pena Katolik – Saat melihat ke belakang, Pastor Danny Herman tidak pernah menyangka, ia akanmenjadi imam.
“Saya tidak pernah diminta untuk mempertimbangkan imamat selama tahun-tahun pembentukan diri saya,” katanya dalam sebuah wawancara dengan Aleteia.
Pastor Herman tumbuh di kota kecil di Appalachia di sebuah keuskupan yang dilayani para imam misionaris, yang memiliki sumber daya terbatas untuk mempromosikan panggilan.
Awalnya, ia memutuskan untuk menjadi penerbang angkatan laut dan berlatih di sekolah penerbangan Angkatan Laut selama tiga tahun. Ia hanya menyisakan beberapa bulan lagi pendidikan, sebelum lulus dan menjadi penerbang sepenuhnya. Namun, ia mendengar panggilan Tuhan dalam doa.
Begitulah ringkasan panggilan hidupnya. Saat ini, Pastor Herman melayani sebagai Pastor Pembantu di Paroki Katedral Hati Kudus Yesus di Knoxville, Tennessee.
Peran Ibu
Meski begitu, Pastor Herman menyadari, ibunya, Lucia Herman, memainkan peran penting dalam panggilannya. Selama ini, Lucia membantu membangun Gereja Katolik di daerah pedesaan tempat tinggalnya di Tennessee.
Lucia memohon kepada Tuhan untuk mengirimkan para imam, untuk melayani komunitas mereka, dan Tuhan nyatanya malah memanggil putranya.
“Tuhan punya selera humor,” katanya dalam wawancara Catholic Extension Society. Selama ini, organisasi tersebut mendukung pendidikan seminari Romo Herman dan juga perjalanan iman keluarganya.
Keputusan untuk meninggalkan dunia militer dan masuk seminari muncul setelah proses pertimbangan yang berlangsung hampir delapan tahun. Ini berarti, saat Pastor Herman masuk ke pendidikan militer, sudah ada keinginan untuk masuk juga ke seminari.
“Awalnya saya merasa terpanggil untuk masuk seminari saat berusia 17 tahun, tetapi secara aktif menolak panggilan tersebut karena ambisi yang egois.”
Titik balik terakhir terjadi suatu malam saat Pastor Herman sedang belajar di Angkatan Laut. Ia merasa sangat sulit untuk fokus pada materi pelajaran. Ia merasakan panggilan batin yang mendalam, yang mengarahkannya ke tempat lain.
“Saya mendengar ungkapan-ungkapan seperti, ‘Kamu tidak diciptakan untuk ini’, dan ‘Aku menciptakan-Mu untuk sesuatu yang lain’. Kata-kata itu bergema di dalam hati saya,” kenang Pastor Herman.
Pengalaman itu memaksanya untuk merenungkan hidup secara mendalam. Ia menyadari, bahwa mengejar kesenangan materi tidak mendatangkan sukacita yang kekal baginya. Di saat yang penuh rahmat itu, ia teringat pengalaman yang menggembirakan dari program musim panas di Universitas Notre Dame. Ia menyebut pengalaman ini sebagai sebuah “penglihatan”.
Pengalaman Masa Lalu
Saat itu saya berusia 17 tahun, dan diperkenalkan pada pertunjukan Tradisi Katolik yang menakjubkan yang berfokus pada cinta untuk Ekaristi, sakramen-sakramen lainnya, dan kehidupan para santo.” “
Namun, yang benar-benar menyentuhnya adalah “cinta pastoral” yang ditunjukkan seorang imam dalam pengakuan dosa. Saat itu, ia yang hancur berhadapan dengan seorang imam yang bertindak sebagaimana seharusnya seorang imam.
“Saya ingat saat meninggalkan momen itu sambil berpikir, ‘jika saya bisa menjadi alat rahmat seperti pendeta ini bagi saya, maka hidup saya akan berarti sesuatu,” kata Pastor Herman.
Pembinaan dan pengalaman masa dapat menjadi alat yang berharga untuk pelayanan dan membantu dalam hubungan dengan orang lain, dan menginspirasi hubungan mereka sendiri dengan Tuhan. Pastor Herman mengatakan, Tuhan memiliki cara untuk menggunakan kembali setiap bagian dari kisah kehidupan setiap orang untuk kepentingan-Nya.
Pastor Herman mengakui peran ibu dan ayahnya, yang berusaha keras untuk membinanya dan saudara-saudaranya di rumah untuk melakukan yang terbaik untuk membantu membangun paroki mereka di Mountain City, Tennessee. Ia menceritakan, ia melihat teladan dari mereka yang menginspirasi setiap hari.
Meskipun demikian, Pastor Herman menyarai, kasih karunia Tuhan lah yang menemukan hidupnya dan ia menemukan kebahagiaan sejati, hanya dengan bekerja sama dengan panggilan-Nya. Saat ini, ia menemukan sukacita dan kepuasan yang luar biasa dalam pelayanan imamat. Ia melayani paroki besar yang beranggotakan hampir 10.000 umat dan 509 siswa di sekolah paroki .
“Saya sangat bersyukur dan kagum pada bagaimana kasih karunia Tuhan telah mengubah hidup saya menjadi kehidupan yang benar-benar dikejutkan oleh sukacita. (AES)