Kamis, Oktober 31, 2024
34.9 C
Jakarta

Ketika Sekretaris Jenderal Caritas Internationalis, Alistair Dutton Mengunjungi Indonesia

JAKARTA, Pena Katolik – Ketua Badan Pengurus Yayasan Karina (Caritas Indonesia) Mgr. Aloysius Sudarso SCJ menyambut kedatangan Sekretaris Jenderal Caritas Internationalis, Alistair Dutton di Kantor Caritas Indonesia, Jakarta Timur, 23 Oktober 2024. Pada kesempatan ini, Mgr. Sudarso menyampaikan, selamat datang di Indonesia.

Sekretaris Jenderal Caritas Internationalis, Alistair Dutton mengunjungi Indonesia pada 23-25 Oktober 2024. Utamanya, kehadiran Alistair ke Indonesia adalah mengunjungi Caritas Indonesia. Dalam kunjungan ini, ia akan melihat dari dekat karya kemanusiaan yang selama ini dijalankan Caritas Indonesia.

Caritas Indonesia adalah lembaga kemanusiaan milik Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan bagian dari Konfederasi Caritas Internationalis yang berpusat di Roma, Italia. Caritas Internationalis adalah lembaga kemanusiaan resmi Gereja Katolik di dunia yang kini jaringannya mencakup 162 negara.

Sekretaris Jenderal Caritas Internationalis, Alistair Dutton Bersama Mgr. Aloysius Sudarso SCJ, Romo Edi Mulyono SJ, Romo Fredy Rante Taruk, Rina Bambang, Aloysius Setyo Handoyo, Sr. Stefani Rengkuan. Caritas Indonesia

Caritas Internationalis dalam Gereja Katolik

Pada kesempatan ini, Alistair menyampaikan terima kasih atas sambutan kekeluargaan dari Caritas Indonesia.

“Saya sangat terkesan dengan semua yang anda kerjakan di Indonesia yang begitu besar ini,” katanya.

Indonesia adalah negara yang sangat besar, dengan ribuan pulau dan beragam budaya. Alistair mengatakan, ini lebih besar dari Eropa. Dengan demikian, Indonesia memiliki tantangan yang begitu kompleks dalam menjalankan karya kemanusiaan.

Dengan keragaman ini, Alistair berharap Caritas Indonesia semakin dapat menyuarakan terkait pandangan dan kisah-kisah karya di tengah masyarakat adat di Indonesia. Hal ini akan dapat menjadi pembelajaran bagi negara lain, menjadi masukan bagaimana melakukan pendampingan kepada masyarakat adat.

“Suara dari Indonesia penting untuk bisa didengar dalam konferensi bersama dengan negara lain, terutama untuk tema indigenous people ini,” ujar Alistair.

Saat ini, Caritas Internationalis terbagi dalam tujuh regio (Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan, Amerika Tengah, Asia, Oceania, dan Afrika). Pembagian ini tentu untuk mendukung dalam kerja sama antar anggota Konfederasi Caritas di 162 negara di dunia.

Pertemuan Caritas di level tertinggi adalah General Assembly, member caritas internationalis. Terakhir, Caritas Internationalis mengadakan General Assembly pada Mei 2023. “Setiap anggota (Caritas Nasional) memiliki suara yang sama dalam General Assembly,” ujar Alistair.

Alistair pada kesempatan ini juga menceritakan perihal kedekatan Paus Fransiskus kepada karya kemanusiaan Gereja Katolik ini. Ia mengungkapkan, di banyak kesempatan, Caritas Internationalis dapat meminta untuk beraudiensi dengan Paus, untuk menyampaikan perkembangan karya Caritas di seluruh dunia.

“Kita dapat beraudiensi dan menyampaikan sesuatu kepada paus Fransiskus. Biasanya dapat berjalan dengan baik,” ujarnya.

Caritas Internationalis adalah lembaga kemanusiaan terbesar milik Gereja Katolik. Alistair menjelaskan bahwa ada lima lingkup kerja yang digariskan dalam Strategic Framework and Strategic Orientation Caritas Internationalis: Caritas berada pada jantung Gereja, Tanggap Darurat dan Pelayanan Kemanusiaan, Pembangunan Manusia yang Integral, Pembangunan Organisasi Caritas seluruh dunia, dan Komunikasi kepada seluruh jaringannya di seluruh dunia.

Alistair kemudian menekankan pada semangat dasar Karya Caritas Internationalis yaitu “fraternal cooperation”, ‘kerja sama dalam persaudaraan’. Semangat dasar ini menunjukkan bahwa kerja sama yang dibangun dalam Caritas Internationalis adalah kerja sama antar saudara.

“Kita menjalankan kerja sama ini sebagai saudara,” ujarnya.

Panorama Karya Caritas di Indonesia

Direktur Caritas Indonesia, Romo Fredy Rante Taruk menyampaikan panorama karya Caritas Indonesia di seluruh jaringannya. Di antaranya, ia menyampaikan karya Caritas Indonesia dalam pengentasan gizi buruk dan stunting di Keuskupan Weetebula. Sejak tahun lalu, Caritas Indonesia menginisiasi program pemberian makanan bergizi untuk ibu dan anak di Sumba Barat Daya. Program ini menyasar anak-anak gizi buruk.

Romo Fredy menyampaikan, program di Weetebula ini berjalan dengan dukungan dari pelbagai pihak dan sumbangan dari umat yang bermurah hati dari seluruh Indonesia. Selain itu, ia menekankan kerja sama dan kolaborasi dengan pemerintah dan fasilitas-fasilitas kesehatan di Sumba Barat Daya.

Selain itu, Romo Fredy memberi penjelasan tentang program Penemanan Keuskupan yang sudah dijalankan Caritas Indonesia sejak tahun 2022. Pada bagian ini, Romo Fredy menyampaikan bahwa tujuan program ini untuk semakin menguatkan Caritas Keuskupan yang ada di 38 keuskupan di Indonesia.

Penyampaian ini diperkuat dengan penjelasan program-program Caritas Indonesia yang disampaikan para manajer dan koordinator divisi Caritas Indonesia. Manajer Program Penemanan Keuskupan Caritas Indonesia, Yohanes Baskoro menyampaikan gambaran berjalannya program penemanan di keuskupan. Ia mengatakan, tujuan utama program ini adalah untuk meningkatkan kapasitas dari setiap Caritas Keuskupan di seluruh Indonesia.

Berjalan sejak dua tahun lalu, Program Penemanan Keuskupan berhasil meningkatkan kemampuan manajerial Caritas Keuskupan yang terlibat. Baskoro mencontohkan, sejak dimulainya program ini, Caritas Sibolga berjalan semakin terarah. Salah satu yang menjadi fokus dalam program ini adalah penyusunan strategic plan yang semakin memberi arah dalam berjalannya Caritas.

Untuk bidang emergency Response, Rudi Raka membagikan keberhasilan Caritas Indonesia dalam membangun SOP Tanggap Darurat di 17 keuskupan di Indonesia. Dengan adanya SOP ini, maka keuskupan memiliki kesiapsiagaan ketika berhadapan dengan potensi kebencanaan di wilayah pastoral keuskupan.

SOP merupakan rangkaian kesiapsiagaan, termasuk di dalamnya pembagian tugas yang melibatkan setiap pemangku kepentingan di keuskupan, yang disiapkan untuk menghadapi potensi bencana. Dengan adanya SOP ini, ketika bencana terjadi, maka setiap pemangku kepentingan ini bisa langsung diaktivasi sesuai dengan pembagian tugasnya, dengan demikian, respon kebencanaan akan dapat berjalan dengan baik.

Untuk bidang Integral Ekologi, Ozagma Lorenzo membagikan karya Caritas Indonesia pada bidang pendampingan masyarakat suku asli bagi masyarakat Dayak Meratus di Kalimantan Selatan. Karya ini menunjukkan perhatian Caritas Indonesia pada suku-suku asli selaras dengan pesan Paus dalam Laudato Si’.

Manajer Program Caritas Indonesia Donatus Akur membagikan karya Caritas Indonesia untuk bidang Nutrisi dan Kesehatan. Dalam program di Keuskupan Weetebula, Caritas Indonesia membantu dalam penanganan stunting dangizi buruk di wilayah Sumba Barat Daya. Saat ini ada 373 anak, 373 ibu, dan 6 ibu hamil yang dilayani Caritas Indonesia melalui pemberian makanan bergizi. Usaha ini dijalankan Caritas Indonesia dengan dukungan dari sumbangan dari umat dan masyarakat dari seluruh Indonesia. Program ini juga dijalankan dalam kolaborasi dan kerja sama dengan pemerintah dan lembaga kesehatan sekitar. Untuk mendukung program ini, Doni juga menyampaikan program pembangunan sumber air bersih di wilayah Sumba Barat Daya.

Caritas Indonesia juga menjalankan program pendampingan pekerja migran dan korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). Doni menyampaikan, dalam program ini Caritas Indonesia bekerja sama dengan pelbagai pihak, termasuk dengan Kementerian Hukum dan HAM, dalam upaya keras melakukan pendampingan dan advokasi, utamanya untuk para korban TPPO.

Terkait bidang Safeguarding, Caritas Indonesia tahun ini juga memulai program ini yang melibatkan seluruh jaringan Caritas Indonesia. Program ini dijalankan dengan tujuan memastikan penerapan safeguarding di seluruh jaringan Caritas Indonesia.

Alistair sangat mengapresiasi kesiapan Caritas Indonesia dalam menyiapkan keuskupan dalam kesiapsiagaan bencana. Ini adalah langkah sangat maju dalam membangun ketangguhan di level keuskupan.

Dalam perjumpaan dengan staf Caritas Indonesia, Alistair menyampaikan, migrasi merupakan isu yang menjadi perhatian besar di dunia. Ia mengingatkan, kaitan antara perubahan iklim dengan arus migrasi, yang harus mulai menjadi perhatian dalam karya Caritas.

“Caritas bekerja lebih banyak dalam tema perubahan iklim, hal ini termasuk di dalamnya yang perlu diperhatikan,” ujarnya.

Alistair menutup apresiasinya kepada Caritas Indonesia dengan mengingat awal perjalanan Yesus yang dimulai dengan masa di padang gurun. Setelah dari masa di padang gurun ini, Yesus datang membawa Kabar Gembira bagi masyarakat.  Ini adalah ajakan bahwa Caritas Indonesia hendaknya menjadi Kabar Gembira bagi orang miskin.

“Saya telah melihat setiap karya Caritas Indonesia, inilah yang dibutuhkan masyarakat. Karya ini berusaha membangun ketangguhan di tengah masyarakat. Karya ini juga telah berhasil melihat mereka yang miskin, dan Caritas Indonesia telah berusaha membantu mereka, berpihak dan mendampingi mereka untuk memperoleh hidup yang lebih stabil. Karya Caritas Indonesia juga sudah berusaha ada untuk mendampingi para korban trafficking (TPPO), mendampingi mereka dan memastikan bahwa mereka memperoleh kehidupan yang lebih bermartabat,” ujar Alistair.

Arti Penting Kunjungan

Selama di Indonesia, Alistair akan bertemu dengan manajemen Caritas Indonesia, para uskup di Kepengurusan KARINA KWI, para imam yang selama ini berkecimpung dalam karya kemanusiaan Gereja Katolik di Indonesia, dan mitra Caritas Indonesa. Dengan demikian, ia akan melihat dari dekat gambaran karya kemanusiaan di seluruh Gereja Indonesia.

Pada perjumpaan ini hadir juga beberapa Anggota Badan Pengurus Yayasan Karina: Romo Edi Mulyono SJ, Rina Bambang, Devie Kusuma, Brigitta Hadianto Imam Rahayoe, Setya Handojo Singgih, dan Romo Aegidius Eka Aldianta OCarm. Selain itu, hadir juga Sr. Stefani Rengkuan SJMJ sebagai perwakilan dari Sekretariat Gender dan Pemberdayaan Perempuan KWI.

Arti penting kunjungan ini adalah Caritas Indonesia sebagai Lembaga resmi KWI dapat menunjukkan seperti apa karya kemanusiaan menjadi bagian dari kehadiran nyata Gereja di tengah masyarakat. Bagaimana karya kemanusiaan ini hadir di tengah masyarakat sebagai bagian dari karya Gereja di dunia.

Dalam hal ini, penting untuk mencermati sejauh mana, karya kemanusiaan Gereja Indonesia selaras dengan arah belarasa Paus Fransiskus yang tercermin dari ajaran-ajarannya (Ajaran Sosial Gereja).

Alistair selama di Indonesia memberikan gambaran isu global dan gambaran dunia kemanusiaan kepada para peserta pertemuan di Wisma Kemiri KWI, Jakarta Pusat, 24 Oktober 2024. Dalam penjelasan ini termasuk juga menyangkut “Kerjasama dalam Persaudaraan” dan “Modus Operandi di tingkat Nasional dan Internasional”. Dua hal ini menjadi patokan dasar dalam kerja sama seluruh jaringan Caritas Internationalis.

Dalam interaksi dengan para uskup dan para imam ini, Gereja Indonesia dapat memperoleh masukan terkait panorama kerjasama dan karya kemanusiaan global. Alistair menjelaskan apa saja peluang dalam karya kemanusiaan dan tantangan ke depan.

Alistair juga akan berjumpa dengan Kardinal Ignatius Suharyo di Katedral Jakarta, 25 Oktober 2024. Kunjungan ini memiliki arti penting sebagai bentuk kesatuan antara Gereja dengan setiap bentuk karya kemanusiaannya di tengah masyarakat. Perjumpaan Alistair dengan Kardinal suharyo akan memperkuat kesatuan ini. Ini menunjukkan dukungan karya Caritas Indonesia dalam gerak pastoral Gereja Katolik di Indonesia.

Alistair juga mengunjungi salah satu karya kemanusiaan yang dijalankan Lembaga Daya Dharma (LDD), sebagai lembaga kemanusiaan yang menjadi bagian dari jaringan Caritas Indonesia di wilayah pastoral Keuskupan Agung Jakarta. Alistair mengunjungi masyarakat dampingan LDD di Kawasan Muara Angke, Jakarta Barat, 25 Oktober 2024. Di tempat ini, LDD mendampingi masyarakat untuk mengembangkan kehidupan sosial ekonomi mereka.

Alistair juga berkesempatan mengunjungi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 24 Oktober 2024. Kunjungan ini penting karena Caritas Indonesia memiliki MoU kerjasama dan selama ini berkoordinasi dengan BNPB dalam setiap kejadian bencana di Indonesia. Kunjungan ini memperkuat kerja sama dalam penanganan kebencanaan di Indonesia. Sebagai bagian dari gerakan kemanusiaan global Caritas Internationalis adalah lembaga yang sudah memiliki reputasi global. Untuk itu, kedatangan Alistair akan semakin memperkuat kerja sama dan kesepahaman bahwa dalam karya kemanusiaan perlu membangun kerjasama global dan nasional sehingga terbangun solidaritas dan soliditas antar lembaga kemanusiaan. (Caritas Indonesia)

Foto 1  – Sekretaris Jenderal Caritas Internationalis, Alistair Dutton Bersama Mgr. Aloysius Sudarso SCJ, Romo Edi Mulyono SJ, Romo Fredy Rante Taruk, Rina Bambang, Setyo Handojo, Sr. Stefani Rengkuan.

Foto 2  – Mgr. Aloysius Sudarso SCJ menyambut kedatangan Sekretaris Jenderal Caritas Internationalis, Alistair Dutton.

Foto 3  – Mgr. Aloysius Sudarso SCJ menyambut kedatangan Sekretaris Jenderal Caritas Internationalis, Alistair Dutton dengan memakaikan songkok sengke dari Manggarai dan mengalungkan kain tenun asal Sintang.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini