Rabu, Oktober 16, 2024
32.2 C
Jakarta

Awas! Perdagangan Manusia dengan Modus “Lowongan Kerja”

MEDAN, Pena Katolik – Masyarakat utamanya para pencari kerja harus berhati-hati dan waspada terhadap tindak kejahatan perdagangan manusia dengan modus “Lowongan Kerja”.

Demikian diungkapkan Pastor Paul Halek SSCC dalam keterangannya di Medan, Senin (14/10/2024). “Mereka atau para pencari kerja itu terperangkap dalam jaringan perdagangan manusia,” tutur Wakil Rektor Sekolah Tinggi Pastoral (STP) Bonaventura Delitua, Medan, Sumatera Utara ini.

Pastor Polce, demikian ia akrab disapa, menjelaskan awal korban terjerat dalam tindak kejahatan perdagangan manusian tersebut biasanya ada orang yang menawarkan lowongan pekerjaan di Medan lewat media sosial Facebook.

Menurut dia, para penjahat tersebut sudah memiliki jaringan yang sangat teratur dan terstruktur dari tenaga di lapangan yang menjemput calon tenaga kerja dari rumahnya sampai mengantarnya ke rumah majikan,tempat kerja.

Maria, pencari kerja asal Kapan, Nusa Tenggara Timur (NTT), kepada Pastor Polce mengungkapkan awalnya dia mendapat informasi bahwa ada lowongan kerja di Medan.

“Dia pun ikut tergiur dengan tawaran ini. Akhirnya, bersama ketiga teman lain atau berempat mereka mendaftar dan diberangkatkan ke Medan lewat agen kerja yang mengaku ‘agen resmi’,” papar Pastor Polce.

Menurut Maria, terang Pastor Polce, ada seseorang yang menjemput mereka di kampung dan mengantar mereka sampai di Bandara Kupang. Pada 31 Agustus 2024 pagi, mereka berangkat dari Kupang dan mendarat di Bandara Kualanamu, Medan, pukul 14.00 siang.

Saat tiba di Medan, lanjut Pastor Polce, ada petugas yang sudah menunggu menjemput mereka berempat di pintu pesawat. Petugas itu membantu mereka mengambil barang di bagasi dan mengantar sampai ke tempat parkir. Di sana, sudah ada sopir yang menunggu dengan mobil. Dan, mereka pun langsung diantar ke rumah majikan masing-masing.

Begitu masuk rumah, di sinilah tindak kejahatan mulai terlihat. “Semua HP dan kartu identitas disita dan diserahkan ke yayasan. Bahkan dalam tas mereka pun dicek, mereka tak boleh membawa buku atau kertas apapun yang ada tulisan. Mereka harus bekerja 2 tahun dan selama kerja tidak boleh pulang kampung atau jumpa dengan orang lain. Tiap hari mereka perlu kerja di rumah tersebut. Gaji baru akan diambil setelah 2 tahun kerja,” jelas Pastor Polce, berdasarkan pengakuan Maria.

Maria, lanjut Pastor Polce. bekerja di rumah pasangan suami-istri dokter dengan 3 anak laki-laki. Setiap pagi, Maria harus bangun jam 4 pagi untuk menyiapkan sarapan dan bersih-bersih rumah. Dia baru boleh makan jam 11 siang, itupun bila diberi oleh majikannya. Dan dia baru bisa beristirahat jam 2 subuh.

Dengan pekerjaan berat seperti itu, belum genap sebulan berkerja di rumah dokter tersebut, Maria sudah merasa tidak tahan.

Akhirnya pada 9 Oktober 2024 sore, Maria melarikan diri dari rumah tersebut dan dibantu oleh seorang tukang becak mencari rumah yayasan. Namun, karena dirinya tidak hafal alamat yayasannya, ia tidak dapat menemukan lokasi yayasan tersebut. Beruntung, ada seorang ibu yang sedang berjualan di pinggir jalan mau menerima dan memberikan tumpangan karena hari sudah gelap.

“Keesokan harinya, Maria berjalan dan dibantu oleh seseorang yang kebetulan kenal dengan kami. Akhirnya, pada tanggal 10 Oktober sore, dia diantar ke Kampus STP dan berjumpa dengan kami. Dan semoga ada jalan keluar baginya untuk kembali ke NTT,” kata Pastor Polce.

Pastor Polce menegaskan bahwa pihaknya tengah menyelidiki tempat yayasan tersebut di Medan. “Saat ini HP dan kartu identitas Maria masih ditahan di yayasan, semoga Polda NTT mau menangkap para pelaku di NTT serta menumpas jaringan tersebut. Semoga orang muda NTT tidak lagi jadi korban penipuan seperti ini,” tutup Pastor Polce. 

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini