JAKARTA, Pena Katolik – Suster Laurentina SDP atau yang selama ini sering dijuluki “Suster Kargo” menjadi salah satu penerima penghargaan Hassan Wirajuda Perlindungan WNI Award (HWPA) 2023 dari Kementerian Luar Negeri di Jakarta, Jumat 26 April. Sudah 13 tahun, Sr. Laurentina bekerja melayani dan mengurusi pemulangan jenazah korban Tindak Pidana Perdagangan Orang atau TPPO di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Awalnya, Sr. Laurentina mendapat tugas dari pimpinan Kongregasi Suore della Divina Provvidenza (SDP) untuk menjalankan karya soal pendampingan dan pelayanan untuk pekerja migran Indonesia (PMI) yang bermasalah. Cakupan karyanya terutama di wilayah Indonesia Timur yakni NTT.
“Jadi di sana kami berkegiatan karena Nusa Tenggara Timur termasuk pengirim pekerja migran ke luar negeri banyak sekali terutama di negara Malaysia dan beberapa negara,” ujarnya.
Sejak saat itu, Sr. Laurentina melayani setiap kali ada persoalan dengan PMI. Sudah tak terhitung jumlah PMI yang menjadi korban meninggal yang dibantu pemulangannya ke Indonesia. Inilah mengapa, karena setiap kali jenazah ini dipulangkan melalui jalur kargo international, maka muncullan julukan Suster Kargo untuknya. Nama inilah yang saat ini melekat padanya.
Sr. Laurentina merasa prihatin terhadap WNI yang menjadi korban Human Trafficking. Banyak dari jenazah-jenazah PMI yang menjadi korban nyatanya tak dikenal identitasnya. Hal ini terutama PMI yang bekerja ke luar negeri lewat jalur non procedural/ilegal. Sr. Laurentina menceritakan, para jenazah PMI itu biasanya dipulangkan melalui Bandara El Tari Kupang, NTT.
Saat ini, Sr. Laurentina dibantu beberapa relawan yang membantu mengurusi jenazah agar sampai kepada keluarganya.
“Kami secara pribadi bahwa mereka meskipun sudah meninggal atau sudah menjadi jenazah, itu tetap martabat manusia yang harus dijunjung tinggi. Dan itu rasa kemanusiaan saya terhadap mereka-mereka yang tidak bisa bersuara lagi,” tuturnya.
Apa yang dilakukan Sr. laurentina berusaha memberikan kekuatan bagi para keluarga. Ia selalu menyampaikan pentingnya kekuatan doa dalam setiap kali berkegiatan membantu PMI. Bagi, Sr. Laurentina, julukan “Suster Kargi” mengandung makna bahwa tugas yang ia jalani dilakukan demi nilai kemanusiaan. Ia tak memungkiri sering menemui sejumlah kesulitan saat menolong PMI korban TPPO.
Ia menceritakan, kerja sama dengan pemerintah yang awalnya susah tapi sekarang ini sudah mulai semakin terbuka. Ia mengakui, saat ini masih ada yang perlu diperjuangkan karena setiap pihak memiliki kepentingan masing-masing.
Usaha memberantas perdagangan manusia ini tidak bisa sendiri, Sr. Laurentina mengharapkan kerja sama antar pemangku kepentingan agar kasus tersebut dapat dicegah. Ia berharap, pemerintah tegas dalam penerapan peraturan terkait pekerja migran. Ia mengakui, banyak PMI memerlukan pertolongan karena beragam kasus yang menimpa mereka di luar negeri.
“Jadi mereka tetap harus ditolong, tetap harus dilindungi terutama keluarga-keluarga mereka yang kehilangan tulang punggungnya untuk keluarga yang kehilangan begitu,” sambungnya.
Semangat dan kerja keras Laurentina ini lah yang membawanya diganjar penghargaan Hassan Wirajuda Perlindungan WNI Award (HWPA) 2023 dari Kementerian Luar Negeri.
Sr. Laurentina menegaskan kegiatan sosial kemanusiaan yang dilakukannya bersama-sama teman-teman yang lain tidak akan berhenti sampai di situ.
“Meskipun tidak dapat penghargaan juga tetap kami akan melaksanakan tugas ini sesuai dengan kemampuan kami dan terutama demi kemuliaan Tuhan yang kami layani,” tutupnya.
HWPA 2023 diberikan kepada 23 individu atau entitas dari berbagai kalangan. Saat menyerahkan penghargaan ini, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mentampaikan apresiasi atas kontribusi positif para penerima penghargaan. Menurutnya, mereka senantiasa turut menyokong prioritas diplomasi Indonesia selama satu dekade terakhir.
“Malam hari ini, kita kembali berkumpul untuk memberikan apresiasi kepada para insan pelindung warga negara Indonesia yang bergerak atas nama kemanusiaan, dan bekerja keras tanpa lelah, tanpa batas, beyond their call of duty,” kata Retno, di Gedung Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Jumat 26 April 2024. (AES)