“Refleksi hari pertama kunjungan Dominikan Awam Indonesia ke Vietnam”
Setelah perjalanan penuh kekaguman akan gedung-gedung di Filipina, yang sarat dengan ke-artistikan dan ke-historikal-annya, pejalanan selanjutnya kami melawat ke Vietnam, negeri yang begitu istimewa bagi Ordo Pewarta (Ordo Praedicatorum/OP).
Ada kebanggaan sebagai anggota Dominikan Indonesia yang kini mempunyai lima orang tambahan Diakon baru. Perjalanan ini diadakan setelah kami saksikan juga tahbisan mereka pada tanggal 19 Maret yang lalu. Ada 10 orang yang sebelumnya mengunjungi Filipina ikut serta dalam kunjungan ke Ho Chi Minh City.
Tibalah di bandara Ho Chi Minh City, rombongan kami disambut oleh Joko dan Bunga sebagai kapten tur kami. Mereka berdua orang Vietnam, yang sudah sangat fasih berbahasa Indonesia. Kami langsung diantar menuju suatu restoran Pho, sejenis Mie Vietnam (kalau di Indonesia mirip Mie ayam, tetapi yang di Vietnam ini pakai daging sapi ya). Soal rasa, saya pribadi memberi nilai 9,5 karena masakan Vietnam ini juga kaya akan bumbu seperti di negara kita.
Setelah perut kenyang semua, kami lanjut menuju ke Hotel Ramana untuk rehat sebentar. Maklum, kemarin malam kami sudah harus siap berangkat dari Manila pk.02.00 pagi.
Karya Pendidikan
Pukul 10.00 pagi waktu Vietnam (sama dengan WIB), Bunga membawa kami lanjut ke Gereja Tan Hoa di kota Ho chi Minh. Di Biara para Suster St. Katarina Siena Tam Hiep yang di Ho Chi Minh ini, kami disambut dengan keramahan para saudara Suster-suster OP.
Namun dalam hati saya bertanya, ada suatu keanehan yang terasakan, ini Suster atau volunteer saja ya? Karena mereka semua tidak ada yang memakai jubah suster. Baru kemudian kami dijelaskan bahwa untuk para peligius (romo dan suster) di sini, pemerintah Vietnam tidak memperkenankan mereka memakai jubah dan atribut kebiaraan lainnya, saat di luar biara.
Untuk pelayanan di bidang pendidikan pun, mereka hanya boleh mengelola TK saja. Di-satu sisi, kami melihatnya dengan hati sedih, tapi di-sisi lain, kami juga berbangga karena mereka tetap saja sumringah dan sukacita dalam melayani Tuhan dengan karya-karya mereka yang beraneka ragam.
Syukur Ketibaan
Di ruang tamu biara, yang bersebelahan dengan TK mereka, kami disambut oleh Sr. Maria Bich Le, OP dan Sr. Anna Ngo Trang, OP dengan berbagai suguhan yang baru pertama kali itu kami coba. Setelah bersilaturahmi sejenak, kami diajak Romo Andreas Kurniawan, OP ke kapel di lantai atas, untuk merayakan Misa Syukur atas ketibaan kami di Vietnam. Sempat juga kami melirik ke bilik-bilik penampungan anak-anak kecil (balita) yang waktu itu adalah saat istirahat mereka.
Salah satu karya pelayanan para Suster OP disini adalah menampung, menyekolahkan dan mengasihi para anak tersebut, seperti anak mereka sendiri, anak-anak tersebut datang dari berbagai kasus, misalnya seperti, ditinggalkan orang tua kandung, dan karena berbagai sebab.
Setelah menyaksikan pelayanan Doa Arwah yang dilaksanakan oleh para Awam Dominikan sepanjang hari, mulai dari pukul tujuh pagi, sampai dengan pukul lim sore, Romo Andrei, OP sempat berkata: “Sungguh dahsyat pelayanan mereka. Kita harus mempunyai pelayanan seperti ini,” demikian kata Romo Andrei.
Secara rutin mereka bersama dengan komunitas lain, seperti Legio Maria, bergantian berbagi waktu, saling mengisi Doa Arwah tersebut di kapel Gereja Tan Hoa. Lokasi ini hanya bersebelahan dengan columbarium itu.
Dari sana kami melanjutkan perjalanan menuju tempat belanja yang terkenal murah di Kota Saigon, di Ben-Than Market. Inilah tempat yang di idam-idamkan para ibu. Mereka pun langsung berebut belanja, terutama mencari oleh-oleh. Bukan hanya para ibu, tak terkecuali saya juga serta bapak-bapak ikut belanja. Guyub rukun penuh tawa dan Sukacita telah menjadikan kelelahan kami tak terasakan, malah menjadi kebahagiaan. (Dicky)