QUEZON CITY, Pena Katolik – Kabar gembira datang dari Keluarga Besar Dominikan di Indonesia. Lima frater Dominikan asal Indonesia baru saja ditahbiskan menjadi diakon di Gereja St. Domingo, Quezon City, Metro Manila, Filipina (National Shrine of Our Lady of the Most Holy Rosary), 19 Maret 2024. Misa tahbisan ini dipimpin Uskup Kalookan, Mgr. Pablo Virgilio David, bertepatan dengan Hari Raya St. Yosef.
Lima diakon Dominika baru asal Indonesia ini adalah: Diakon Aloysius Luis Kung Op, Diakon Samuel Sony Gunawan OP, Romo Johnny Luntungan OP, Diakon Dominico Xaverio Budoyo Setiawan OP, dan Diakon Tommy Riezky Tiyanto OP. Kelima Diakon Dominikan Indonesia ini ditahbiskan bersama lima ima Dominika asal Filipina yaitu: Diakon Sandy C. Alerta OP, Diakon Siddharta B. Chiong OP, Diakon Ian Joeffrey G. Melendres OP, Diakon Wilhelm B. Bonon OP, dan Diakon Marc Adrian H. de la Pena OP.
Saat menyampaikan homili, Mgr. David menyampaikan bahwa diakonia dimaknai lebih tepat sebagai pengabdian dan bukan sebagai pelayan/pelayanan. Ini adalah sikap yang harus dimiliki oleh seorang murid Kristus, dan menjaga seorang pelayanan altar dari sikap menjadi “bos”
“Ingat apa yang Yesus sampaikan ketika Yakobus dan Yohanes meminta posisi dalam kumpulan para murid itu? Yesus mengatakan, ‘barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya,” ujar Mgr. David.
Di dunia ini, seorang hamba tidak seharusnya memimpin, demikian juga seorang pemimpin tidak diharapkan melayani. Namun, Mgr. David menyampaikan hal ini berbeda dalam kacamata Kristus, pelayanan dan kepemimpinan harus berjalan beriringan.
Mgr. David mengatakan, seorang ketika sudah ditahbiskan, mereka mendapat sebutan, bahkan status yang istimewa dalam kehidupan modern. Misalnya, ia seorang imam disebut sebagai reverend (yang terhormat-red) dan bahkan seorang uskup disebut sama seperti dalam pemerintahan misalnya dengan sebutan “yang mulia” (your excellency). Ia melanjutkan, kadang seorang imam bahkan menjadi biasa, dan menikmati sebutan dan status ini, sehingga ia menjadi terlena.
“Ini sepenuhnya tidak berarti dalam dunia Yesus, maksud saya semua sebutan ini,” ujarnya.
Mgr. David mengingatkan, ini yang menjadi dasar mengapa Paus, tidak pernah menuliskan Namanya sebagai “yang mulia”, atau “Paus”. Paus Fransiskus dalam semua dokumen dan surat, ia hanya menuliskan namanya sebagai “Fransiskus” (Franciscus) dengan tanda salib di sampingnya, Uskup Roma.
“Satu tanda salib setelah nama kita, sudah cukup,” ujar Mgr. David.
Di akhir Misa, Master of Student OP Philippines, Pastor Cecilio Vladimir E. Magboo, OP menyampaikan terima kasih. Pastor Cecilio juga menyampaikan beberapa kalimat dalam bahasa Indonesia untuk mengucapkan terima kasih dan selamat datang untuk para keluarga para imam baru yang berasal dari Indonesia.
“’Dengan hati penuh keyakinan kami mohon untuk membawa kami dalam perlindungan-Mu’, ini doa dari St Yosef yang kami doakan setiap hari sesudah Doa Rosario.” (AES)