Kamis, Desember 19, 2024
26.4 C
Jakarta

Uskup Agung dari Keuskupan yang Terkenal Berbahaya Memiliki Lima Anjing dan Dikawal Pengawal Bersenjata

Uskup Agung Kaduna Mgr Matthew Ndagoso. Catholic Herald

NIGERIA, Pena Katolik – Uskup Agung Kaduna, Nigeria, Mgr. Matthew Ndagoso memiliki lima ekor anjing penjaga dan dikawal sekelompok orang bersenjata setiap kali ia bepergian. Keuskupan Agung Kaduna selama ini dikenal sebagai salah satu keuskupan paling berbahaya di dunia. Hal ini karena intensitas serangan bersenjata di daerah ini yang menyasar gereja. Penjagaan untuk Mgr. Ndagoso sangat ketat untuk melindunginya dalam menjalankan karya pastoralnya

Mgr. Ndagoso menjelaskan situasinya ini, di mana ia berkarya di keuskupan yang terletak di Nigeria utara. Ia mengatakan bahwa delapan imam dari keuskupannya telah diculik hanya dalam tiga tahun. Di antara mereka tiga imam telah gugur dan satu masih hilang sementara yang lainnya dibebaskan. Ia menambahkan bahwa salah satu imam yang terbunuh, secara khusus telah menunjukkan keberanian yang luar biasa.

“Sementara mereka menodongkan AK-47 ke imam itu, dia memberi tahu para penyerangnya bahwa mereka harus bertobat dari kejahatan mereka, lalu penjahat itu membunuhnya.”

Hidup semakin berbahaya bagi orang Kristen dan Katolik di banyak bagian Nigeria sebelah utara ini. Hal ini seperti yang disorot dalam edisi ACN tahun 2022. Antara Januari 2021 dan Juni 2022, ekstremis Islam memicu pembunuhan lebih dari 7.600 orang Kristen di Nigeria dan menculik 5.200 orang.

Mgr. Ndagoso mengatakan bahwa para imam di banyak daerah di Nigeria harus mempertimbangkan risikonya dengan hati-hati sebelum melakukan perjalanan.  Setiap kali perjalanan, para imam selalu bersiap dengan resiko berpapasan dengan kendaraan di jalan yang telah diserang, dan ini mengingatkan bahwa hal itu dapat terjadi pada mereka selama perjalanan.

“Kami tahu bahwa kami menghadapi risiko setiap kali kami mengirim seseorang ke suatu tempat.”

Mgr. Ndagoso mengatakan kaum Islamis dan lainnya yang berusaha menghasut perpecahan dan konflik di negara itu terus-menerus berusaha mengadu domba umat Kristen dan Muslim. Namun dia menambahkan, agama harus mempersatukan kita, bukan memecah belah.

Menggambarkan kisah hidupnya sendiri, uskup agung itu menyoroti potensi hubungan antar-agama yang baik, dengan mengatakan ia lahir dari seorang pemimpin agama tradisional tetapi diminta untuk dibaptis pada usia 10 tahun saat bersekolah di sekolah Katolik.

“Ayah saya tidak pernah mencela saya atas keputusan saya. Dia senang saya pindah agama… meskipun dia lebih suka saya menikah.”

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini