Jumat, November 22, 2024
33.6 C
Jakarta

Polemik Penutupan Patung Maria, Berikut Klarifikasi Vikep Yogyakarta Barat

Patung Bunda Maria ditutupi terpal di Rumah Doa Sasana Adhi Rasa St Yacobus, Dusun Degolan, Bumirejo, Lendah, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. IST

YOGYAKARTA, Pena Katolik –Vikaris Episkopal Kevikepan Yogyakarta Barat, Keuskupan Agung Semarang, Romo Yudono Suwondo mengatakan pihak pengelola Rumah Doa Sasana Adhi Rasa St Yacobus belum mengajukan izin pembangunan fasilitas doa itu.

“Bukan tidak mendapat izin, tapi belum mengajukan, memang belum ada,” kata Romo Wondo, Minggu, 26 Maret 2023.

Sebelumnya dalam banyak media diberitakan, sekelompok orang dari organisasi masyarakat yang berafiliasi dengan partai politik Islam disebut mendatangi Rumah Doa Sasana Adhi Rasa Santo Yakobus, Kulon Progo, Yogyakarta. Perwakilan ormas ini bahkan menekan pengelola rumah doa yang kemudian menjadikan pengelola memutuskan menutup patung Bunda Maria yang ada di halaman tempat doa ini.

Pernyataan Romo Wondo ini menanggapi soal polemik penutupan patung Bunda Maria di rumah doa Sasana Adhi Rasa Santo Yakobus, Kulon Progo, Yogyakarta. Romo Wondo mengatakan, pengelola belum berbicara dengan romo paroki setempat. Ia juga merasa belum diajak bicara terkait pembangunan sarana doa ini.

“Mau memberi izin bagaimana, wong belum ada pembicaraan,” ujar Romo Wondo.

Izin dari Paroki

Romo Wondo lalu menjelaskan bagaimana seharusnya pembanguna rumah doa dilaksanakan. Menurutnya, umat Katolik perlu berkoordinasi dengan ordinasi wilayah (paroki atau keuskupan) setempat ketika ingin membuat tempat-tempat ibadah, terutama yang dibuat di ruang publik dan mencolok. Romo Wondo menjeaskan, Rumah Doa Sasana Adhi Rasa Santo Yakobus seharusnya berkoordinasi dengan Paroki St Perawan Maria Bunda Penasihat Baik Wates, Yogyakarta.

Untuk pembangunan rumah doa, umat perlu mengajukan izin kepada Gereja (paroki) untuk dipertimbangkan. Romo Wondo mengatakan, tempat doa tidak pernah bersifat privat. Karena menjadi tempat doa akan melibatkan dua sampai tiga orang. Pada tahap ini, tempat doa sudah menjadi tempat publik. Di sini perlu adanya izin, baik kepada pihak Gereja maupun kepada pemerintah setempat (IMB).

“Harus ada persetujuan dari ordinaris wilayah seperti romo paroki. Bila tingkatannya lebih luas baru ke kevikepan, lalu berjenjang sampai ke tingkat lebih luas lagi yang bisa melibatkan keuskupan. Di tingkat nasional yaitu konferensi wali gereja, dan internasional dari Paus sebagai pemimpin Gereja Katolik di dunia,” jelas Romo Wondo.

Pembangunan dapat dilakukan apabila izin internal Gereja sudah tuntas. Namun, Romo Wondo juga menegaskan bahwa perlu adanya izin dari wilayah setempat seperti RT/RW, lurah, dan seterusnya. Izin ini perlu karena tempat doa/ibadah yang dibangun di tengah masyarakat Indonesia yang beragam.

“Tahap perizinan ini perlu dilaksanakan, meskipun ini pun belum tentu akan disetujui,” kata Romo Wondo.

Dalam sebuah pemberitaan, Rumah Doa Sasana Adhi Rasa Santo Yakobus pernah berencana mengajukan izin pada 5 Februari 2023 lalu dan meminta diberkati oleh Uskup Agung Semarang. Niat ini belakangan urung dijalankan. Apa yang terjadi selanjutnya adalah kejadian patung ditutup terpal oleh pemiliknya sendiri pada 22 Maret 2023.

Terkait hal ini, Romo Wondo mengatakan, bahwa uskup dan para pelayan Gereja di level tertentu, entah paroki atau wakilnya, akan menanyakan ke pengelola terkait izin dan persyaratan baik sipil maupun Gereja. Apabila izin sipil dan Gereja telah didapat, tentu uskup akan bersedia memberkati. Romo Wondo memberi catatan bahwa uskup perlu diberikan informasi yang benar dan tepat. Hal ini untuk menghindari uskup salah langkah. Sekali lagi, Romo Wondo menegaskan bahwa belum ada permintaan izin dari rumah doa Sasana Adhi Rasa Santo Yakobus.

Romo Wondo sampai saat ini belum mengetahui perkembangan pengurusan izin ini. Ia mengatakan, romo paroki pasti akan berkoordinasi dengan kevikepan.

“Minimal saya belum tahu dari romo paroki bagaimana, tapi untuk saya, sampai saat ini belum ada pembicaraan,” ujarnya.

Tenang dan Penuh kasih

Saat ini, Romo Wondo mengajak masyarakat untuk menjaga keteduhan, apalagi di bulan Ramadan. Ia juga mengingatkan bahwa saat ini masih dalam masa pra-Paskah untuk Katolik.

Masyarakat juga perlu lebih cermat. Romo Wondo meminta setiap pihak untuk cermat menyimak berita yang ada, jangan sampai masyarakat hanya melihat teks tanpa tahu konteksnya apa. Terutama masa ini juga dekat dengan Pemilu 2024. Romo Wondo mengajak masyarakat menciptakan keteduhan dan persaudaraan. Romo Wondo ingin mengajak pemimpin dan tokoh-tokoh mulai berani menyuarakan persaudaraan, keteduhan, dan semangat saling menghargai.

“Kita jagalah apa yang sudah dipesankan pendahulu bangsa, persatuan dan kesatuan, itu hal yang sangat penting bagi saya, bagi gereja, bagi kita semua. Pasti bisa kalau kita mau,” kata Yudono.

Ketua pengelola rumah doa Sasana Adhi Rasa, Petrus Surjiyanta telah menjelaskan kronologi kejadian ini. Ia menyebutkan lima orang dari ormas tersebut mendatangi rumah doa pada 11 Maret 2023. Kedatangan ormas ini saat acara serah terima rumah doa kepada pembina Paguyuban Damarjati Marganingsih.

Seorang di antara yang datang meminta agar patung itu dibongkar atau dipindahkan karena menganggu kekhusyukan umat muslim menjalankan ibadah puasa Ramadan. Petrus mengatakan orang tersebut menyebut ada warga yang keberatan dengan patung itu meski kepada Petrus, orang itu menolak menyebutkan warga yang dia maksud.

“Mereka bilang patung sebaiknya dibongkar agar tidak kelihatan dari jalan karena dekat dengan masjid,” kata Petrus.

Tidak ada Penolakan Warga

Rumah Doa Sasana Adhi Rasa Santo Yakobus selesai dibangun pada Desember 2022. Pembangunan rumah doa ini berjarak enam meter dari Masjid Al-Barokah atau berhadap-hadapan.

Salah seorang warga Desa Degolan, Nurseto, mengatakan, warga tidak pernah protes atau menolak keberadaan patung Bunda Maria di lokasi rumah doa. Nurseto yang merupakan jemaah Masjid Al Barokah menyatakan, mengaku khawatir polemik patung Bunda Maria ditutup terpal itu diperkeruh oleh pernyataan pihak tertentu yang mengakibatkan terjadinya benturan di tengah warga. Ia menekankan, selama ini tidak ada persoalan apa pun di masyarakat desanya.

“Untuk menyikapi yang sudah terjadi untuk penutupan patung, kami, saya sendiri warga Dusun Denggolan khususnya jemaah masjid, umat Islam sama sekali tidak ada penolakan atau menghalang-halangi atau protes. Tidak ada.

Nurseto mengatakan, selama ini warga saling menghormati meski di desanya warganya memiliki keyakinan yang berbeda-beda.

“Kita saling menghormati,” kata Nurseto, Minggu 26 maret 2023.

Warga lain, Purwoko mengatakan, selama ini warga hidup rukun dan damai. Bahkan, ayah dari Sugiarto, pemilik rumah doa itu pernah menjabat sebagai kepala dukuh.

“Baru kali ini ada kejadian seperti ini. Saya hidup di sini sudah 35 tahun tidak ada benturan apa-apa, yang saya khawatirkan itu ada berita dari luar itu masuk sini terus diterima warga mentah-mentah terus jadi crash. Itu yang saya khawatirkan,” kata Purwoko.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini