Jumat, November 22, 2024
27.8 C
Jakarta

Pertemuan Bulanan Yayasan MDP Bertemakan Pelatihan Kewirausahaan

Pertemuan bulanan Yayasan Santo Martinus de Porres (Yayasan MDP). Yayasan MDP

JAKARTA, Pena Katolik – Yayasan Santo Martinus de Porres (Yayasan MDP) kembali melaksanakan pertemuan bulanan dimana pada pertemuan kali ini mengambil tema “Pelatihan Kewirausahaan” dengan Rudy Suparman (President & CEO Star Energy) sebagai narasumber.

Pertemuan pada hari Minggu (30/10) pukul 19.00 – 21.00 WIB itu dilaksanakan melalui zoom meeting, dihadiri oleh 35 orang peserta yang terdiri dari penerima beasiswa, Ketua Yayasan MDP, pendamping anak asuh, dan alumni penerima beasiswa.

Rudy menyampaikan, hal penting yang harus dimiliki setiap orang ketika hendak mengerjakan segala sesuatu adalah ‘Tujuan’. Tanpa tujuan, maka langkah seseorang tidak akan terarah. “Coba adik-adik keluar rumah, baik itu dengan kendaraan atau jalan kaki, keluarlah tanpa tujuan, lihat seberapa lama kamu mampu bertahan, pasti akan cepat bosan.”

Setelah memiliki tujuan, tambahnya, hal yang perlu dilakukan adalah memecah tujuan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil agar bisa direview sudah sejauh mana tujuan tersebut berjalan. “Hal penting yang harus dimemiliki selanjutnya yaitu wawasan. Kamu harus tahu hal apa yang kamu tidak tahu. Caranya bisa dengan memanfaatkan peluang yang ada. Ketika ada orang yang mobilnya rusak, bantu perbaiki, maka kamu memiliki pengetahuan baru tentang memperbaiki mobil.” 

Hal mutlak yang wajib dimiliki untuk mencapai tujuan yaitu disiplin. Disiplin adalah latihan pembentukan diri. Disiplin artinya tekun mengerjakan sesuatu yang berulang-ulang tapi harus dikerjakan dengan baik. “Sikat gigi tiap jam 7 pagi, itu salah satu aktifitas yang menuntut disiplin. Yang paling utama untuk mencapai tujuan, kamu harus mengerjakan segala sesuatu dengan hati, ‘Put your heart into the work’.”

Ia mengatakan, pekerjaan yang dilakukan dengan hati akan sangat berbeda hasilnya dibandingkan bekerja tidak dengan hati. Ia mengambil contoh, “Di negara Jepang, Ketika kita berbelanja maka belanjaan kita akan dibungkus sedemikian rupa sehingga terlihat seperti kado, seperti hadiah istimewa yang akan dipersembahkan. Di Indonesia juga demikian. Kita beli gorengan juga dibungkus, tapi bedanya pengemasannya hampir seperti di remas-remas, itu seperti pekerjaan yang tidak pakai hati, seperti pekerjaan murahan yang sering dikeluhkan. Dari cara membungkus barang yang dijual ini contoh yang sangat simple, contoh yang memperlihatkan bekerja dengan hati atau tidak.”

Selain dengan hati, hal lainnya yang perlu diaplikasikan dalam berwirausaha yaitu kedisiplinan. Ia mengatakan kebiasaan sederhana yang dapat melatih kedisiplinan salah satunya membuat barisan sebelum masuk kelas, “Mungkin di SD masih diterapkan, tapi ketika sudah SMP dan SMA sudah tidak diterapkan lagi, mau masuk kelas sudah sesukanya saja.”

Rudy mengatakan, Baris mengajarkan banyak hal, mengajarkan tentang urutan, disiplin, kesabaran, dan mengajarkan tentang hak orang lain. “Bagian itu sudah tidak pernah diajakarkan di sekolah kita sekarang, namanya belajar budi pekerti, bagaimana memberi salam kepada orang yang lebih tua. Jaman sekarang masih ada gak yang mengucapkan ‘Selamat pagi’ kepada ayahnya?” tanyanya sembari mengatakan “Kayaknya hal tersebut karna udah gak diajarin seakan-akan bukan merupakan budaya kita, padahal itu adalah budayanya orang Asia, apalagi orang Indonesia.”

Ia melanjutkan, budaya di Indonesia sebenarnya sudah cukup tinggi, “Di daerah manapun, ketika kita bertamu, pertanyaan utama yang sering ditanyakan pasti ‘Sudah makan belum?’, budaya Indonesia setinggi itu. Tapi kalau mengantri, di kita dianggap remeh, padahal itu adalah akar dari disiplin.”

Ketika acara berlangsung, terdapat beberapa peserta yang bertanya kepada CEO Star Enery itu, salah satunya tentang alasan usaha bisa gagal. Rudy lalu mengambil contoh di kehidupan sehari-hari, tentang prinsip akuntansi yang disebut pencatatan terpisah antara harta dari si pemilik dengan harta dari tokonya. “Ada seorang wirausaha buka toko, terus anaknya minta uang untuk beli gado-gado, Ibu itu buka laci lalu kasi uang ke anaknya. Ini kejadian sehari-hari kalau di Indonesia, sudah tidak ada lagi disiplin pencatatan, yang mana duit pemilik, yang mana duit usaha. Masalahnya cuma 1, disiplin dan itu harus dibenahi.”

Di akhir acara, Rudy Suparman diberikan sertifikat sebagai bentuk apresiasi karena telah menjadi narasumber dalam pertemuan yang dilaksanakan malam itu.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini