VATIKAN, Pena Katolik – Kardinal dari seluruh dunia akan berkumpul di Vatikan akhir pekan ini, 27 Agustus 2022. Pertemuan ini untuk pelantikan sebanyak 20 uskup ke dalam kolegium Kardinal. Konsistori ini bisa jadi menjadi “gladi resik” untuk konklaf akhirnya, yaitu pemilihan Paus untuk menggantikan Paus Fransiskus, setelah dia meninggal atau mengundurkan diri.
Kardinal adalah kumpulan eksklusif yang anggotanya bekerja sebagai penasihat dan administrator utama Paus di Vatikan dan di seluruh dunia. Dari 20 uskup itu, 16 kardinal baru adalah mereka yang berusia di bawah 80 tahun, dengan demikian bergabung di tempat suci batin yang lebih eksklusif yang dikenal sebagai kardinal electoral. Mereka akan ikut serta dalam konklaf rahasia untuk memilih paus berikutnya dari antara mereka sendiri.
Konsistori ini adalah yang kedelapan kalinya Paus Fransiskus mengangkat kardinal baru. Sekali lagi, ia menempatkan pengaruhnya pada masa depan Gereja dengan memilih orang-orang yang sebagian besar sepakat dengan visinya tentang Gereja yang lebih inklusif.
“Kemungkinannya sekarang adalah untuk memiliki paus lain yang akan melanjutkan kebijakan Fransiskus, tetapi Anda tidak pernah tahu bagaimana para kardinal akan memilih, begitu mereka memasuki konklaf,” tulis Pastor Tom Reese, seorang sejarawan Gereja.
Salah satu penunjukan penting di negara kaya adalah pengangkatan Uskup Agung Robert McElroy dari San Diego, California, yang dipandang progresif. Pemilihan ini memberikan Keuskupan Agung San Diego seorang kardinal pertamanya.
Mgr. McElroy, yang pada hari Sabtu akan menjadi Kardinal, telah menjadi sekutu yang blak-blakan atas pendekatan pastoral Fransiskus terhadap isu-isu sosial, seperti perlindungan lingkungan dan pendekatan yang lebih ramah terhadap umat Katolik gay. Mgr McElroy juga menentang imam konservatif AS yang ingin melarang politisi Katolik, termasuk Presiden Joe Biden dan Ketua DPR Nancy Pelosi, menerima komuni karena dukungan mereka terhadap hak aborsi.
Paus Fransiskus, terpilih sebagai paus pada 2013, kini telah memilih 83 dari 132 kardinal elektoral, atau sekitar 63%. Hukum Gereja menetapkan maksimal 120 pemilih tetapi paus secara teratur mengabaikannya. Hal ini bisa dimaklumi sebab setiap tahun jumlah cardinal electoral turun ketika berusia 80 dan kehilangan hak suara mereka.
Paus berusia 85 tahun itu mengatakan dalam sebuah wawancara bulan lalu, meski ia tidak berencana mengundurkan diri di masa depan, meskipun ia selalu mengatakan bahwa rencana ini tidak akan dilakukan dalam waktu waktu dekat. Ini berarti, Paus Fransiskus bisa saja menunjuk lebih banyak kardinal tahun depan.
Pertemuan Rahasia
Mungkin yang lebih penting daripada konsistori itu sendiri adalah dua hari pertemuan tertutup para kardinal pada hari Senin dan Selasa 29-30 Agustus 2022. Pertemuan-pertemuan itu, yang secara resmi membahas konstitusi baru Vatikan, akan memberi para kardinal kesempatan langka untuk menilai satu sama lain secara pribadi tanpa berada di bawah tekanan untuk berkumpul untuk memilih seorang paus baru.
“Bagi sebagian besar kardinal, ini akan menjadi pertama kalinya mereka dapat saling mengenal secara pribadi. Ini akan menjadi ‘latihan untuk konklaf’,” tulis Luis Badilla kepala situs web Il Sismografo yang mengkhususkan diri dalam isu-isu Gereja.
Sejak pemilihannya sebagai paus Amerika Latin pertama, Paus Fransiskus sebagian besar telah mematahkan pola yang digunakan oleh para pendahulunya dalam memilih kardinal. Seringkali dia lebih memilih uskup dari tempat-tempat yang jauh atau kota-kota kecil, daripada dari ibu kota besar negara maju di mana memiliki seorang kardinal dianggap otomatis.
Uskup Agung Manaus, Brasil, Mgr. Leonardo Steiner menjadi kardinal pertama dari wilayah Amazon yang menggarisbawahi kepedulian Fransiskus terhadap masyarakat adat dan lingkungan. Kardinal pemilih baru lainnya yang tak terduga adalah Uskup Agung Mongolia, Mgr.Giorgio Marengo, seorang Italia yang menjadi Administrator Apostolik Mongolia. Ia terpilih menjadi kardinal pada usia 48, ia adalah yang termuda dari kardinal pemilih baru.
Mongolia memiliki kurang dari 1.500 umat Katolik tetapi secara strategis signifikan karena berbatasan dengan tiongkok, di mana Vatikan berusaha memperbaiki situasi bagi umat Katolik. Dalam setiap konsistori, Paus Fransiskus melanjutkan apa yang disebut seorang diplomat sebagai “kemiringan ke arah Asia,”. Ia meningkatkan kemungkinan bahwa paus berikutnya bisa berasal dari kawasan yang merupakan kekuatan ekonomi dan politik yang sedang berkembang. Hal ini tyerlihat dari beberapa Kardinal yang berasal dari Singapura, India, dan Timor Leste.