Jumat, November 22, 2024
33.6 C
Jakarta

Bacaan dan Renungan, Rabu 13 Oktober 2021; Pekan Biasa XXVIII; Santo Eduardus, Raja Inggris dan Pengaku Iman, Santa Eustokia OSB, Pengaku Iman

Bacaan I: Rom 2:1-11

Allah membalas setiap orang menurut perbuatannya.

KARENA itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama.

Tetapi kita tahu, bahwa hukuman Allah berlangsung secara jujur atas mereka yang berbuat demikian. Dan engkau, hai manusia, engkau yang menghakimi mereka yang berbuat demikian, sedangkan engkau sendiri melakukannya juga, adakah engkau sangka, bahwa engkau akan luput dari hukuman Allah?

Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?

Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan. Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman.

Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat, pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani, tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani. Sebab Allah tidak memandang bulu.

Mazmur Tanggapan: Mzm 62:2-3,6-7,9

Refren: Tuhan, Engkau membalas setiap orang menurut perbuatannya.

Bait Pengantar Injil: Yoh 10:27

Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku, sabda Tuhan;Aku mengenal mereka, dan mereka mengenal Aku.

Bacaan Injil: Luk 11:42-46

Celakalah kalian, hai orang-orang Farisi! Celakahlah kalian, hai ahli-ahli kitab!

TETAPI celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.

Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar. Celakalah kamu, sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya.”

Seorang dari antara ahli-ahli Taurat itu menjawab dan berkata kepada-Nya: “Guru, dengan berkata demikian, Engkau menghina kami juga.” Tetapi Ia menjawab: “Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada orang, tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jaripun.

Mari Mawas Diri

KEDUA Bacaan Suci hari ini mengajak kita masing-masing untuk berani mawas diri, dan tidak mudah main tuding orang lain. Dengan menuding sebenarnya secara tidak sadar tiga jari diarahkan kepada diri sendiri, sementara satu jari kepada orang lain.

Kecaman keras yang dilontarkan TUHAN YESUS kepada orang-orang Farisi dan ahli Taurat diawali dengan kata yang semakin pedas: “Celakalah kamu….”

Mereka yang dikecam itu sungguh “celaka..” karena mereka mengalami “surga” yang palsu, yaitu hati yang dibutakan oleh materi, kekayaan dan kehormatan. Mereka berpuas diri dan tidak ada rasa penyesalan sama sekali; mereka tidak peduli nasib orang kecil. Mereka juga “celaka…” karena hidup dalam kemunafikan yang berkelanjutan.

 Secara terang-terangan YESUS membongkar kebobrokan praktik kehidupan agama mereka yang bermotivasi agar dilihat dan dihormati orang. Mereka juga membuat hukum dan peraturan yang mereka sendiri tidak melaksanakannya. Mereka bukan saja penuh dengan kebusukan dan kebobrokan, tetapi justru menyesatkan orang lain dengan ajaran mereka. Mereka ibarat kuburan yang tidak ada tandanya.

Dalam adat Yahudi, orang yang menginjak kuburan akan najis selama tujuh hari. Banyak yang menginjak kuburan karena kuburan itu tidak mempunyai tanda. Orang Farisi ibarat kuburan yang tidak punya tanda dan orang bisa terkontaminasi dengan ajaran sesat mereka.

Marilah kita dengan rendah hati di hadapan TUHAN YESUS Yang Tersalib berani melihat diri sendiri dan jangan menengok orang lain! Bercerminlah sendiri: apakah kata-kata keras TUHAN YESUS itu juga ditujukan kepada diri kita? Cobalah jawab secara jujur di dalam hati.

TUHAN YESUS juga mengingatkan bahwa inti dari Perintah ALLAH adalah kasih dan keadilan. ALLAH sendiri adalah kasih dan segala yang DIA lakukan mengalir dari Kasih-NYA. Kasih adalah pengorbanan yang selalu merangkul dan meringankan beban orang lain. Tetapi yang dikerjakan para ahli Taurat justru sebaliknya. Maka DIA mengecam keras: “Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada orang, tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jaripun”. (Luk. 11: 46).

Khususnya selama masa sulit pandemi saat ini, seberapa jauh kita sudah melaksanakan kasih dan keadilan itu pada keluarga atau komunitas, pada lingkungan kerja atau para tetangga kita? Dan pada masyarakat umum?

Sementara itu dalam Bacaan Pertama, Rasul Paulus mengingatkan kita agar tidak mudah menghakimi orang lain dengan ukuran kita sendiri. Memang banyak orang merasa dirinya jauh lebih baik daripada orang lain. Itulah sebabnya orang suka untuk ngrumpi atau nge-gossip yang biasanya membicarakan dan membesar-besarkan kesalahan atau kekurangan orang lain. Rasul Paulus mengingatkan: “ALLAH tidak memandang bulu.” (Rm. 2: 11). TUHAN tidak membedakan perlakuan-NYA terhadap manusia, atas dasar suku, bangsa, agama atau status sosial. Semua orang di hadapan-NYA sama hak dan kewajibannya. DIA tidak diskriminatif seperti halnya sikap manusia.

Setiap orang harus bertanggungjawab atas perkataan atau perbuatan yang dilakukannya. Anugerah kehidupan yang masih kita miliki adalah bukti kemurahan ALLAH yang terus bekerja untuk membawa kita ke pertobatan. Masa hidup yang masih tersisa ini harus diipergunakan sebagai masa pertobatan sejati. Kita hdup ini juga untuk bertobat bukan untuk menikmatinya saja. Dengan bertobat sebenarnya kita laksanakan “revolusi mental”: mental yang semula angkuh dan serakah dirombak total menjadi rendah hati dan murah hati. Ini semua bisa terjadi hanya melalui jalan pertobatan dan kerendahan hati.

Ya YESUS, ajarilah aku untuk memlliki sikap mental “tahu diri” hingga aku bisa rendah hati mengakui kekurangan-kekuranganku, dan bantulah aku untuk bersikap jujur, adil dan berani bertanggungjawab atas segala tindakan maupun perkataanku. Amin.

Selamat pagi. Selamat beraktivitas sesuai Prokes. AMDG. Berkat TUHAN.

PK/hr.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini