“Kematian kengerian bagi orang tak beriman, kematian pengharapan bagi orang kepercayaan.” Pernyataan yang diucapkan Mgr Anicetus Bongsu Antonius Sinaga OFMCap tanggal 10 Oktober dalam Misa Requiem RP Servasius Sihotang OFMCap di Sibolga itu kembali ditulisnya dalam grup WA Para Uskup Regio Sumatera, 13 Oktober.
Uskup Agung Palembang Mgr Aloysius Sudarso SCJ mengomentari, “Ya, Opung harus menunggu lama. Opung Pius pun masih gagah kog. Suara kalian berdua cukup keras. Tanda usia akan panjang.” Dan, jawab Mgr Anicetus, “Terima kasih Mgr Darso. Memang urusan kematian ada di tangan Allah. Untuk itu tidak usah kita membentuk panitia.”
Itu pesan WA terakhir Mgr Anicetus dan grup itu. “Kami harap di rumah sakit muncul WA-nya sebagai tanda hidup dan sehat, tetapi tidak muncul,” kata Uskup Agung Medan Mgr Kornelius Sipayung OFMCap dalam Misa Requiem Administrator Apostolik Sibolga dan Uskup Agung Emeritus Medan itu di Katedral Medan 8 November.
Menurut catatan Komsos Keuskupan Sibolga, walau sakit Mgr Anicetus menjalankan tugas tahbisan diakonat 15 Oktober di Gereja Katedral Sibolga. “Usai menahbiskan para diakon, beliau langsung dibawa ke Klinik Santa Melania Sarudik untuk dirawat. Keesokan harinya beliau dirujuk ke RS Elisabeth Medan.
Ordinariat Keuskupan Sibolga mengumumkan 19 Oktober bahwa Mgr Anicetus terpapar Covid. Dua minggu kemudian beliau di-SWAB dan dinyatakan negatif Covid-19. Sesudah dinyatakan sembuh, Uskup dipindah dari ruang isolasi ke ruang perawatan umum. Namun penyakit paru yang pernah diderita sebelumnya kembali kambuh dan membutuhkan perawatan intensif.
Atas permintaan Mgr Anicetus, Mgr Kornelius menerimakan Sakramen Minyak Suci pada Mgr Anicetus 5 November. Tanggal 7 November, Mgr Anicetus menghemburkan napas terakhir. Beliau meninggalkan keuskupan yang sangat dicintainya, Sibolga.”
Padahal, menurut Mgr Kornelius, tanggal 25 September saat merayakan HUT ke-79, uskup yang polos, terbuka, lugas, dan apa adanya itu masih tampil prima dan egergik. Bahkan ada imam berkesan, beliau adalah pribadi survive, tanggap, ceria, suka humor, suka melontarkan ungkapan bahkan ungkapan yang tidak terduga, teratur dan disiplin dalam doa dan meditasi, produktif mengeluarkan buku, artikel, akta diosesan dan surat edaran.
Uskup yang senantiasa menyelipkan Gurindam 12 dalam setiap khotbah dan pembicaraan itu, lanjut Mgr Kornelius adalah uskup yang peduli dengan budaya, khususnya Budaya Batak. “Dalam perjumpaan formal dan non-formal, beliau sering mengingatkan tentang pentingnya menggali nilai-nilai kekeristenan dalam budaya. Itu juga alasan mengapa beliau selalu ingatkan agar Museum Pusaka Batak Toba di Pangururan dikelola dengan baik, dirancang kurikulum studi Batakologi, dan mempersiapkan orang yang kompeten untuk mengelola museum itu,” kata Uskup Agung Medan itu.
Pelantun lagu Apanella itu, menurut Mgr Kornelius, adalah pribadi yang cepat mengambil kesimpulan, kendati kadang-kadang kesimpulannya tidak selalu benar. “Kecakapan untuk selalu menyimpulkan adalah rahmat yang perlu disyukuri, bila kesimpulan itu benar dan objektif, dan lebih banyak yang benar dan objektif,” jelas prelatus itu.
Mgr Anicetus yang dalam Misa requiem itu disebut sebagai pribadi yang bersahabat, ramah, rendah hati, memberi inspirasi dalam pelayanan, pewarta dan pembawa sukacita Injil yang handal, setia, pekerja keras, cerdas, pemikir keagamaan, kebudayaan dan kebangsaan, lahir di Nagadolok, Simalungun, 25 September 1941, mulai mempersiapkan panggilannya di SMA Seminari Menengah Pematangsiantar (1959-1963) kemudian Novisiat Kapusin di Parapat (1963-1964) dan Fakultas Filsafat di Seminari Agung Parapat (1964-1967) serta Fakultas Teologi di STFT Santo Yohanes Pematangsiantar (1967-1970).
Setelah Tahbisan Imam di Pematangsiantar (13 Desember 1969I, Mgr Anicetus mengikuti Studi Teologi Moral di Universitas Kepausan Alfonsiana, Roma, dan memperoleh Lisensiat (1970-1972). Studi Teologi Dogmatik di Leuven, Belgia (1972-1975) menjadikan dia doktor dengan disertasi “The High God of the Toba Batak: Trancendence and Immanence (1981).
Tanggal 28 Oktober 1978 dia diangkat menjadi Prefek Apostolik Keuskupan Sibolga dan dilantik menjadi Uskup Sibolga 25 Januari 1979. Kemudian dia diangkat menjadi Uskup Sibola, 24 Oktober 1980, dan Paus Yohanes Paulus II menahbiskan dia jadi Uskup Sibolga, 6 Januari 1981, dengan moto “Ad Pascuam et Aquas Conducit Me” (Ia membimbing aku ke padang yang hijau dan ke air yang tenang, Mazmur 23:2).
Tanggal 3 Januari 2004 dia diangkat menjadi Koajutor Uskup Agung Medan dan dilantik 12 Februari 2004. Februari 2009 diangkat sebagai Uskup Keuskupan Agung Medan dan secara resmi dilantik menjadi Uskup Agung Medan Minggu 22 Februari 2009. Keuskupan Agung Medan mencatat, saat itu Mgr Anicestus membuat revitalisasi komisi-komisi, memekarkan banyak paroki dan menambah banyak kongregasi dan serikat kerasulan di keuskupan itu. Mgr Anicetus berhenti sebagai Uskup Agung Medan 8 Desember 2018. Sejak 23 September 2018, dia diminta menjadi Administrator Apostolik Keuskupan Sibolga sampai wafat.
Dalam Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr Anicetus menjabat Ketua Komisi Liturgi (November 1979-November 1988), Utusan KWI ke Sinode Uskup di Roma (29 September-29 Oktober 1983), Ketua Komisi Hubungan Antar-Agama dan Kepercayaan (HAK) (1988-1997), Wakil Ketua Komisi HAK dari Federasi Konferensi-Konferensi Waligereja Asia (1989-1995), Ketua Komisi Teologi (1997-2003), Utusan ke Sinode Uskup Asia di Roma (Oktober 1998), Delegatus atau Ketua LBI KWI (2003-2009), Anggota Komisi Teologi KWI dan Ketua Seksi Ajaran Iman (November 2009-2018).
Setelah Misa Requiem di Katedral Medan, Minggu, 8 November 2020, pukul 5 sore, pada pukul 9 malam jenazah Mgr Anicetus dibawa menuju Sibolga dan singgah sejenak di Sinaksak. Jenazahnya disambut di Katedral Sibolga, Senin, 9 November pukul 10 pagi dan Misa requiem dilaksanakan pukul 6 sore.
Jenazah Mgr Anicetus dimakamkan di pemakaman Seminari Menengah Santo Petrus, Aek Tolang, Pandan, pada hari selasa 10 November setelah Misa requiem pukul 7 pagi dan Misa Pemakaman di Katedral Sibolga pukul 2 siang.
Beberapa hari lalu, kata Mgr Kornelius, saat menerimakan perminyakan orang sakit kepada Mgr Anicetus, “Nampak semangatnya merayakan kehadiran Kristus yang menyelamatkan dan menyembuhkan itu … Dari wajah dan sikapnya, itu diamininya, sehingga ketika diurapi dengan minyak, dengan sangat semangat ia membuat tanda salib,” kata uskup agung itu.
Barangkali, lanjut Mgr Kornelius, dalam dirinya sudah ada perasaan dan firasat untuk menghadap Bapa, “karena keyakinannya bahwa kematian adalah pengharapan bagi orang yang percaya dan itu adalah karya Allah, tak perlu panitia.”(PEN@ Katolik/paul c pati)
Terima kasih atas pengabdian kalian bagi umat di mana Tuhan tugaskan. Semoga Tuhan mengampuni bila maaih ada yangbkurang berkenan di hadapan Tuhan selam hidup.dan berharap Tuhan membuka puntu surga abadi berama para Kudus.
Sebagai petugas pastoral di salah satu paroki di nias keuskupan sibolga sangat merasakan kehilangan beberapa para gembala (imam) yang sangat di sayangi umat,melayani dan sederhana inilah yang sangat tertanam di dalam diri beberapa orang imam kita ini terlebih lagi dengan berpulangnya ortu kita Mgr A.B.Sinaga Ofm.Cap akhir akhir ini sangat meninggalkan duka yg mendalam di tatanan umat kristiani pada umumnya umat katholik pada khusus nya di keuskupan sibolga, hanyalah doa yg dapat kami panjatkan semoga tuhan menyediakan Tempat yang layak kepada mereka seturut kehendaknya pace e bene……