Ada dua sudut pandang yang dapat kita gunakan dalam merefleksikan bacaan Injil 5 Agustus 2020 (Matius 15: 21-28), yaitu dari sisi manusia (wanita Kanaan) dan dari sisi Allah.
Pertama, dari sisi manusia (wanita Kanaan). Dalam sejarah manusia, ada begitu banyak kisah nyata tentang kasih sayang dan pengorbanan seorang ibu kepada anak-anaknya, dan kita juga pastinya memiliki pengalaman pribadi dengan ibu kita.
Demikian pula dengan apa yang dialami oleh Ibu atau wanita Kanaan tersebut 2000 tahun silam. Kala itu, ia datang kepada Yesus untuk meminta kesembuhan bagi putrinya yang sedang sakit. Sekalipun Yesus sempat menolaknya, namun terdorong oleh rasa sayang pada putrinya, ia tetap memohon, dan berkata, “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.”
Melalui yang dikatakan oleh wanita Kanaan ini, ada sebuah pengakuan bahwa ia adalah seorang kafir (anjing yang identik dengan kenajisan atau kafir). Dan, ia datang kepada Yesus, karena ia percaya bahwa Yesus adalah sang sumber kehidupan (pemberi roti yang disediakan bagi anak-anak). Dengan kata lain, ibu itu rela melakukan apapun karena ia tahu jika ia telah datang dan memohon kepada orang yang tepat.
Kedua, dari sisi Allah (Tuhan Yesus). Kata Yesus kepada wanita Kanaan itu, “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Dan seketika itu juga anaknya sembuh. Melalui sabda-Nya ini, ada sebuah kebenaran yang ingin Tuhan Yesus sampaikan, yaitu, terlepas dari apapun masa lalu seseorang, apakah dia ini orang berdosa atau orang kafir sekalipun, asalkan mereka mau mengakuinya di hadapan Allah dan lalu berbalik (beriman) kepada-Nya, maka Allah pasti dapat melihat ketulusan iman mereka.
Sahabat terkasih, melalui kedua sudut pandang tersebut, kita pun dapat menarik benang merah atau kesimpulan bahwa kasih yang dimiliki oleh manusia itu sifatnya terbatas atau masih didasari oleh suatu hubungan tertentu, seperti hubungan antara orang tua dan anak, antara sepasang kekasih maupun antarsahabat.
Namun syukur kepada Allah, karena kasih Allah kepada manusia itu tidak terbatas oleh apa pun juga. Dalam kitab Perjanjian Lama telah dinubuatkan oleh para nabi bahwa Sang Mesiah akan menyelamatkan bangsa Israel (bangsa pilihan Allah), akan tetapi melalui apa yang disampaikan dalam bacaan Injil hari ini, Tuhan Yesus menegaskan bahwa Ia datang ke dunia dengan membawa misi untuk menyelamatkan semua umat manusia tanpa terkecuali, asalkan kita mau percaya atau beriman kepada-Nya.
Semoga semua ini dapat menginspirasi agar kita dapat semakin bertumbuh menjadi pribadi yang penuh kasih dan juga rendah hati. Sebagaimana yang telah diteladankan oleh wanita Kanaan yang dengan rendah hati memohon kepada Yesus dan akhirnya anaknya kembali sembuh. Dan, seperti Tuhan Yesus sendiri yang dengan rendah hati menerima salib hingga wafat dan berbuah keselamatan bagi semua umat manusia. Dalam hal ini, mereka dapat melakukannya karena ada kasih yang besar di dalam hati mereka. Sehingga, kabar gembira bagi kita hari ini adalah bahwa permohonan yang disertai dengan hati yang penuh kasih dan merendah itulah yang akan didengar oleh Allah.
Frater Agustinus Hermawan OP