Paus Fransiskus meyakinkan Patriark Gereja Katolik Suriah Ignatius Youssef III Younan bahwa berita dari Irak tetap diikutinya dengan penuh perhatian, khususnya tentang situasi dramatis umat Katolik di Mosul yang diancam akan dibunuh serta penyitaan rumah mereka oleh kelompok militan Islam yang menuntut mereka meninggalkan Mosul atau pindah ke bentuk agama Islam mereka.
Umat Katolik sudah tinggal di kota terbesar kedua di Irak itu selama hampir dua ribu tahun. Saat ini, untuk pertama kali kota Mosul tanpa memiliki orang Katolik atau hanya tersisa beberapa saja, kalau ada, demikian Radio Vatikan tanggal 22 Juli 2014.
Patriark itu mengatakan kepada kantor berita Katolik Italia SIR (Religious Information Service), bahwa Paus Fransiskus meneleponnya di hari Minggu tanggal 20 Juli 2014 untuk mengungkapkan solidaritas dengan umat Katolik Irak.
Dalam telepon selama sembilan menit itu, Patriark itu mengucapkan terima kasih kepada Paus dan memintanya untuk mengintensifkan upaya-upayanya untuk membuat para pemimpin dunia melihat kenyataan di lapangan.
“Di provinsi Nineveh, sedang berlangsung kampanye besar ‘pembersihan’ agama untuk membersihkan wilayah itu dari orang-orang yang tidak berkeyakinan sama dengan penduduk baru,” katanya.
Di akhir telepon itu, Paus Fransiskus memberikan Berkat Apostolik kepada semua umat Katolik (ritus) Timur dengan jaminan bahwa ia “akan selalu mendoakan mereka untuk perdamaian dan keamanan.”
Juga pada berkat Angelus tradisionalnya di hari Minggu, Paus berdoa bagi umat Katolik Irak yang telah memberikan sumbangan besar bagi kebaikan masyarakat tapi sekarang mereka “dianiaya, diusir, dipaksa meninggalkan rumah mereka tanpa kemungkinan membawa apa-apa.” Paus menyerukan dialog untuk menyelesaikan konflik bersenjata.
Baru-baru ini, Patriark Younan mengecam pembakaran rumah yang dilakukan milisi Negara Islam Irak dan Levant (ISIS) di pusat kantor pusat para uskup Gereja Katolik Suriah di Mosul.
Menurut laporan Zenit.org, dari Roma, 21 Juli 2014, “Pembersihan agama” Kristiani dan minoritas agama lain dari kota Mosul membawa kecaman luas, namun sejauh ini sebagian besar pemimpin politik Barat masih diam.
Radio Vatikan melaporkan, para penganut agama lain, termasuk Syiah, Yazidi dan Shabaks, juga melarikan diri dari militan ISIS yang telah menghancurkan gereja, masjid dan kuil-kuil serta menyita berbagai properti guna “membersihkan’ kota itu dari dari agama-agama minoritas.
Ketika memimpin ibadah solidaritas di Baghdad, Patriark Khaldea Louis Raphaël I Sako mengatakan bahwa “kejahatan keji Negara Islam dilakukan bukan hanya terhadap umat Kristiani, tetapi terhadap kemanusiaan.”
Uskup pembantu Baghdad, Shlemon Warduni, menyerukan tanggapan internasional dan meminta pemimpin asing untuk berbicara dan bertindak. Perdana Menteri Irak, Nouri al-Maliki, dan pemerintah Amerika Serikat mengutuk tindakan ISIS, dan dari New York, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-Moon mengeluarkan pernyataan mengutuk serangan ISIS terhadap semua agama sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan. “Yang bertanggung jawab akan hal itu harus bertanggung jawab,” kata Ban Ki-Moon.(pcp)
All Catholic people in Mosul will always in our daily praying…May God Give Peace on Irak…God Bless You All there