Rabu, Desember 18, 2024
27.4 C
Jakarta

Paus komentari dimensi budaya, ekologi, sosial, dan pastoral dari Dokumen Akhir Sinode Amazon

Seorang perempuan pribumi dari Amazon memberikan kepada  Paus Fransiskus sebuah tanaman dalam Misa Penutupan Sinode Amazon (Vatican Media)
Seorang perempuan pribumi dari Amazon memberikan kepada Paus Fransiskus sebuah tanaman dalam Misa Penutupan Sinode Amazon (Vatican Media)

Sinode Amazon sudah ditutup dengan Misa di Basilika Santo Petrus 27 Oktober 2019 yang dihadiri para Bapa Sinode beserta para peserta lain. Dalam homilinya Paus Fransiskus mengatakan sinode itu “memilki rahmat mendengarkan suara-suara orang miskin dan merenungkan kerawanan hidup mereka, yang terancam oleh model-model pembangunan yang ganas.”

Menurut Paus, dalam sinode itu juga terdengar kesaksian bahwa adalah mungkin memperlakukan dunia ciptaan “bukan sebagai sumber daya untuk dieksploitasi, tetapi sebagai rumah yang harus dilestarikan, dengan kepercayaan kepada Allah.”

Paus telah menutup pekerjaan Sinode Amazon di hari sebelumnya setelah Dokumen Akhir sinode itu disetujui. Paus mengatakan kepada peserta bahwa “Kita semua adalah pemenang kalau kita melakukan pekerjaan pastoral Gereja itu secara bersama-sama.”

Sambutan Paus, sesuai laporan Vatican News, dimulai dengan merangkum empat dimensi yang dibahas dalam Sinode yakni budaya, ekologi, sosial, dan pastoral.

Yang pertama tentang dimensi budaya. Paus mengatakan sangat senang dengan diskusi tentang inkulturasi karena mengevaluasi dan menghormati budaya. Inkulturasi adalah tradisi Gereja yang mengingatkan bahwa masalah itu telah disampaikan dalam Konferensi Puebla 40 tahun lalu, kata Paus.

Paus lalu merujuk dimensi ekologis dari pertimbangan sinode. Paus menghormati Patriark Ekumenis Bartholomeus dari Konstantinopel dan mengatakan dia adalah salah satu dari orang pertama yang merangsang kesadaran akan masalah ini. Inspirasi untuk menulis Ensiklik, Laudato Si’, menyusul, kata Paus, dan sekarang kesadaran ekologis ada kemajuan.

Paus melanjutkan dengan menekankan pentingnya Amazon, dan menyebutnya sebagai simbol. Masa depan dipertaruhkan di sana, kata Paus. “Kami melihat berapa banyak orang muda berdemonstrasi mendukung Amazon,” kata Paus. Orang muda sadar akan bahaya ekologis ke depan, tidak hanya di Amazon tetapi juga di Kongo dan di tempat-tempat lain, seperti rumahnya sendiri di Argentina.

Kemudian Paus membahas dimensi sosial yang dibicarakan dalam sinode. Paus mencatat betapa eksploitasi “tidak hanya membahayakan ciptaan, tetapi manusia.” Orang-orang Amazon harus menghadapi eksploitasi brutal di setiap tingkatan, serta “penghancuran identitas budaya mereka,” kata Paus. Ini termasuk perdagangan manusia. Ketika Paus berada di Puerto Maldonado, Peru, dia melihat sebuah tanda di bandara yang memperingatkan orang-orang terhadap perdagangan manusia, sebuah indikasi betapa tersebarnya kenyataan ini.

Beralih ke dimensi pastoral, Paus membenarkan bahwa pewartaan Injil perlu dan mendesak, dan mengatakan dimensi ini paling penting dari keempatnya. Injil, lanjut Paus, perlu “dipahami, diserap, dan diasimilasi oleh budaya-budaya ini.” Para imam, umat awam, rohaniwan dan rohaniwati, dan diakon permanen semua bisa berkontribusi dalam memperkuat pewartaan Injil, kata Paus. Kreativitas lebih besar perlu diterapkan terkait pelayanan-pelayanan baru, lanjut Paus. Ini termasuk mempelajari peran perempuan dan diakon permanen dalam Gereja perdana. Paus mengatakan, untuk tujuan itu, dia berupaya membentuk komisi baru bersama Kongregasi Evangelisasi Bangsa-Bangsa, Propaganda fide.

Paus lalu mencatat, selama sinode, muncul beberapa hal yang perlu direformasi. “Gereja selalu membutuhkan reformasi,” kata Paus. Dimulai dengan formasi imam, Paus menegaskan, itu tanggung jawab konferensi-konferensi waligereja dan menghimbau adanya semangat lebih besar di kalangan para religius muda. Panggilan mereka solid, tetapi mereka perlu dibentuk dengan semangat kerasulan sehingga mereka bisa pergi ke daerah-daerah pinggiran.

Paus mengatakan, ada ide bagus untuk para diplomat Vatikan yang sekarang masih dalam pelatihan untuk tinggal satu atau dua tahun di beberapa wilayah dunia yang menantang, untuk melayani uskup di wilayah misi. Reformasi bagus lainnya, kata Paus, adalah mengatur kembali pembagian imam di suatu negara.

Sering dikatakan ada banyak imam dari Amazon yang melayani di Amerika Serikat dan Eropa. Ada yang pergi belajar di suatu tempat dan akhirnya tinggal di sana. Seorang uskup dari Italia mengatakan kepada Paus, ada imam yang tidak mau pergi ke desa-desa pegunungan kecuali mereka dibayar. Paus menyebutnya sebuah skandal dan mengatakan kita harus bersemangat mewujudkan reformasi di negara-negara ini.

Paus kemudian berbicara tentang bagian dokumen yang berkaitan dengan peran perempuan. Paus mengatakan bagian itu agak pendek. “Saya hanya ingin menggarisbawahi ini: kita masih belum menyadari arti perempuan dalam Gereja.” Kita hanya memikirkannya dari sudut pandang fungsional, kata Paus. “Peran perempuan dalam Gereja jauh melampaui fungsi semata,” kata Paus.

Bagian terakhir dokumen itu menyentuh masalah reorganisasi. Di situ disebutkan struktur-struktur pelayanan seperti REPAM (jaringan Gereja katolik yang meningkatkan hak dan martabat orang-orang yang hidup di Amazon, Red.). Paus merujuk keberadaan konferensi-konferensi waligereja, konferensi-konferensi semi-waligereja, dan konferensi regional di bagian lain dunia, dan bertanya mengapa konsep konferensi-konferensi waligereja yang lebih kecil tidak bisa diterapkan di Amazon.

Paus mengatakan, sinode juga membahas ritus dan liturgi. “Ini berada di bawah tanggung jawab Kongregasi untuk Ibadah Ilahi,” kata Paus, yang akan memeriksa proposal yang bertujuan inkulturasi. Berbicara tentang Ritus yang ada dalam Gereja, Paus mencatat ritus itu dimulai dari yang kecil dan bertumbuh. Kita seharusnya tidak takut pada entitas-entitas yang memiliki sifat khusus dalam Gereja dari Bunda Kudus ini. Dialah “Ibu dari semua yang mendukung kita di jalan ini,” kata Paus.

Berkenaan dengan sebuah organisasi dalam Kuria Roma, Paus mengatakan ini perlu dilakukan, dan Paus akan berbicara dengan Kardinal Turkson untuk membuka “bagian Amazon” dalam Dikasteri untuk Meningkatkan Pengembangan Manusia Integral.

Kemudian Paus berterima kasih kepada semua “yang bekerja di luar ruangan ini,” termasuk para sekretaris, media, tim penyiaran, mereka yang menyiapkan pertemuan, semua yang berkontribusi pada apa yang terjadi “di belakang layar,” dan membuat semuanya berjalan lancar.

Setelah berterima kasih kepada para presiden, dan sekretariat jenderal sinode, Paus mengatakan ingin secara khusus berterima kasih kepada media komunikasi karena menyebarkan berita-berita sinode.

Paus meminta agar saat mengkomunikasikan Dokumen Akhir, media fokus pada diagnosis yang disajikan mengenai pembahasan dimensi budaya, sosial, pastoral, dan ekologis. Masyarakat perlu memilikinya, kata Paus. Ada bahaya mementingkan kelompok-kelompok tertentu, padahal dunia perlu memahami keempat bidang yang dianalisis. Selalu ada orang yang ingin fokus pada sebagian kecil dokumen, kata Paus: bidang disiplin atau lintas gerejawi. Mereka ingin melihat siapa yang menang dan siapa yang tidak. “Kita semua adalah pemenang” kalau kita melakukan pekerjaan pastoral kita bersama-sama, kata Paus.

Paus lalu merujuk apa yang disebutnya “kaum elit” Katolik atau Kristen yang fokus pada masalah teknis dan melupakan gambaran lebih luas. Paus mengucapkan sebuah baris dari “Joint Note on Descartes and Cartesian Philosophy” karya Charles Péguy (1914).

“Karena tidak berani melakukan urusan duniawi, mereka yakin mereka mengambil urusan Allah. Karena takut menjadi bagian umat manusia, mereka pikir mereka itu bagian dari Tuhan. Karena tidak mencintai siapa pun, mereka menipu diri sendiri dengan berpikir mereka mencintai Tuhan.”

Paus mengatakan kita tidak bisa jadi “tahanan dari kelompok terpilih ini” yang mengejar tujuan mereka sendiri di area sinode dan “melupakan bagian utama sinode serta diagnosis yang kita buat.”

Mengakhiri homilinya dalam Misa Penutupan Sinode Amazon, Paus memohon rahmat agar bisa “mendengarkan jeritan orang miskin: inilah jeritan harapan Gereja,” kata Paus. “Kalau kita membuat jeritan mereka menjadi jeritan kita, doa kita juga akan menembusi awan.”(PEN@ Katolik/paul c pati)

Misa Penutup Sinode Amazon 7
Suasana Misa Penutupan Sinode Amazon di Basilika Santo Petrus (Vatican Media)
Paus Fransiskus memberi sambutan pada sesi terakhir Sinode Amazon (Vatican Media)
Paus Fransiskus memberi sambutan pada sesi terakhir Sinode Amazon (Vatican Media)
Vatican Media
Vatican Media

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini