Paus Fransiskus mendorong umat awam dan para pastor untuk merenungkan apa artinya menjadi orang Kristen, seraya meminta mereka agar “terbuka” terhadap kejutan-kejutan Tuhan, dan semakin dekat dengan mereka yang membutuhkan.
Ajakan menjadi “orang Kristen yang sungguh-sungguh,” orang Kristen yang “tidak takut tangan dan pakaian mereka kotor, kalau mereka mendekat,” orang Kristen yang “terbuka pada kejutan-kejutan” dan yang, seperti Yesus, “menderita untuk orang lain.” Itulah kata-kata Paus Fransiskus saat homili Misa pagi di Casa Santa Marta, Vatikan.
Dengan inspirasi Injil Lukas, 8 Oktober 2018, Lukas 10:25-37, Paus merenungkan “enam tokoh” dari perumpamaan yang diceritakan Yesus kepada para ahli Taurat yang, untuk mencobai-Nya, bertanya kepada-Nya, “Siapakah sesamamu manusia?” Kemudian Yesus menyebut tokoh-tokoh itu, para penyamun, orang terluka, imam, orang Lewi, orang Samaria, dan pemilik penginapan.
Para penyamun yang “memukul orang” meninggalkannya setengah mati. Imam yang melihat orang terluka itu “lewat” tanpa memperhitungkan misinya, hanya memikirkan “jam Misa” sebentar lagi. Demikian juga orang Lewi, “orang hukum yang berbudaya.”
Paus Fransiskus meminta kita memikirkan konsep “melewati” seperti yang dilakukan imam dan orang Lewi itu dengan mengatakan “bukanlah saya” yang harus membantu orang yang terluka. Sebaliknya, orang yang “tidak melewati” adalah orang Samaria, “yang adalah orang berdosa, orang yang dikucilkan oleh orang Israel.”
Pendosa besar, tegas Paus, memiliki belas kasihan. Mungkin juga dia “pedagang yang sedang melakukan perjalanan bisnis. Tanpa melihat jam, dan tanpa memikirkan perbedaan darah, “dia turun dari keledainya, mendekatinya, membalut luka-lukanya, menyiraminya dengan minyak dan anggur, kemudian menaikkannya ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Tangannya menjadi kotor, bajunya menjadi kotor.”
Paus menegaskan bahwa dia tidak mengatakan, “Tapi, aku akan meninggalkan dia di sini, mengontak para dokter untuk datang. Aku akan pergi, aku sudah melakukan bagianku.” Tidak. “Dia peduli” dan mengatakan, “Sekarang kau milikku, bukan untuk dimiliki, tetapi untuk dilayani.” Dia bukan pejabat, dia pria yang punya hati, pria dengan hati terbuka, kata Paus.
Paus kemudian berbicara tentang pemilik penginapan yang “tertegun” melihat “orang asing,” seorang “penyembah berhala, karena dia bukan orang Israel” yang berhenti untuk menyelamatkan pria itu, yang membayar “dua dinar” dan berjanji membayar semua biaya saat dia kembali. Pemilik penginapan itu tidak ragu bahwa dia akan mendapat sisa pembayaran itu, kata Paus Fransiskus. Itulah reaksi orang yang menjalankan kesaksian, orang terbuka terhadap kejutan-kejutan Allah, sama seperti orang Samaria.
Kedua orang itu bukan pejabat. “Apakah Anda orang Kristen? Apakah Anda Kristen?” “Ya ya ya, saya mengikuti Misa hari Minggu dan saya mencoba melakukan hal benar.” Apakah Anda terbuka? Apakah Anda terbuka terhadap kejutan Tuhan atau apakah Anda seorang pejabat Kristen, tertutup?
“Saya melakukan ini, saya hadiri Misa hari Minggu, menerima Komuni, melakukan Pengakuan Dosa sekali setahun, ini, ini … ” Inilah para pejabat Kristen, mereka yang tidak terbuka terhadap kejutan-kejutan Tuhan, mereka tahu banyak tentang Tuhan tetapi tidak bertemu dengan Tuhan. Mereka tidak pernah mengagumi kesaksian. Sebaliknya, mereka tidak mampu memberikan kesaksian.
Oleh karena itu, Paus mendesak semua orang, “awam dan para pastor,” untuk bertanya pada diri sendiri apakah kita orang Kristen terbuka terhadap apa yang Tuhan berikan kepada kita “setiap hari,” terbuka “kepada kejutan-kejutan Tuhan yang sering, seperti orang Samaria ini, menyulitkan kami,” atau apakah kami pejabat Kristen, yang melakukan apa yang harus kami kerjakan, merasa bahwa kami mematuhi “aturan” dan kemudian dibatasi oleh aturan yang sama. Beberapa teolog kuno, kata Paus Fransiskus, mengatakan bahwa “seluruh Injil” terkandung dalam kutipan ini.
Kita masing-masing adalah orang terluka, dan orang Samaria adalah Yesus. Dan Dia menyembuhkan luka kami. Dia mendekati kami. Dia merawat kita. Dia membayar kita. Dan dia berkata kepada Gereja-Nya: “Tetapi, kalau kalian perlu bayaran lebih banyak, kalian bayar dulu, saya akan kembali dan saya akan bayar.” Pikirkan ini: dalam kutipan ini ada seluruh Injil.(PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan Vatican News)