Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo mengajak seluruh umat Katolik di wilayah keuskupan agungnya untuk menjauhi keserakahan, karena keserakahan berdampak pada hilangnya persaudaraan serta pupusnya rasa persatuan dan kesatuan antarkelompok masyarakat.
“Dalam Katolik dikenal ada Tritunggal Mahakudus, tapi kali ini ada tritunggal maha tidak kudus yakni keserakahan yang meliputi tiga hal pokok, kekuasaan, uang dan gengsi. Keserakahan itu sama dengan penyembahan berhala yang sangat nyata. Objek penyembahan berhala bukan hanya pohon dan batu melainkan tiga hal tadi,” kata Mgr Suharyo dalam Misa Pontifikal Paskah di Katedral Jakarta, 1 April 2018.
Dalam Misa yang dihadiri sekitar 4000 umat dari berbagai paroki di KAJ itu, Mgr Ignatius Suharyo didampingi oleh Vikjen KAJ Pastor Samuel Pangestu Pr, Vikep KAJ Pastor Alexius Andang Binawan SJ, Sekretaris Uskup Pastor Vincentius Adi Prasojo Pr dan Kepala Paroki Katedral Jakarta Pastor Albertus Hani Rudi Hartoko SJ.
Selain banyak orang menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan kekuasaan dan uang kemudian mempertahankan kekuasaan itu dengan banyak uang demi gengsinya, Mgr Suharyo juga mengatakan bahwa karena keserakahan manusia menggunakan segala macam cara misalnya menipu dan menyuap hingga kekerasan fisik dan ujaran kebencian demi mencapai orientasi politik tertentu yakni kekuasaan.
Dalam acara konferensi pers sesudah Misa, Mgr Suharyo menegaskan kembali bahwa tahun 2018 merupakan Tahun Persatuan bagi KAJ dengan semboyan, “Amalkan Pancasila: Kita Bhinneka Kita Indonesia.” Dalam Paskah 2018 itu Uskup Agung Jakarta itu mengajak umat untuk “melakukan upaya nyata, menerjemahkan gagasan untuk mengelola dan merawat persatuan dengan sebaik-baiknya.”
Berkaitan dengan Pilkada serentak dan Pilpres tahun 2019, Mgr Suharyo mengatakan bahwa Gereja Katolik akan mengeluarkan edaran, berhubungan dengan kedua peristiwa itu, yang berisi ajakan agar “pemilih Katolik menggunakan hak pilih dan Gereja tidak mengajak untuk memilih figur tertentu.”
Dalam waktu dekat edaran itu akan disampaikan kepada seluruh umat dengan harapan “sebelum umat Katolik memilih, mereka sudah mencermati dan mendapatkan informasi siapa dan bagaimana figur yang akan mereka pilih.” Uskup menerima siapa pun pemimpin yang terpilih asalkan membawa kebaikan bersama.
Dikatakan bahwa orang Katolik juga terlibat dalam arena partai politik yang berbeda-beda, dan yang penting tegas uskup, semua orang Katolik yang terjun dalam politik harus tetap menjunjung tinggi moral Katolik. (Konradus R. Mangu)