Jumlah imam Dominikan Provinsi Filipina yang bekerja di Indonesia sebanyak lima orang, tapi hanya dua di antaranya dari Indonesia. Salah satu imam Indonesia dari provinsi ini sedang studi di Roma. Ketika PEN@ Indonesia mengatakan hal itu, provinsialnya menegaskan bahwa, “kami merekrut panggilan bukan karena ingin memiliki pembantu untuk karya-karya kami.”
Pastor Gerard Francisco Timoner III OP ditemui di Jakarta baru-baru ini sehari sebelum pulang ke Filipina. Selama seminggu imam itu mengadakan kunjungan kanonik untuk mengunjungi rekan-rekan imamnya, melihat di mana mereka berada, mendengarkan mereka, dan mencari tahu keprihatinan mereka untuk dibawa ke dalam sidang dua tahunan provinsi di bulan April.
“Kami tidak merekrut panggilan untuk mencari pengganti, tapi percaya bahwa kami punya sesuatu yang baik untuk dibagikan,” kata Pastor Gerard seraya bertanya, kalau Anda menemukan rumah makan yang bagus, pasti Anda berpikir siapa yang akan diajak ke sana, anggota keluarga dan teman-teman.
“Anda akan bawa mereka ke rumah makan itu, karena Anda mau berbagi yang enak. Jika ada berita baik tentang diri Anda, misalnya promosi pekerjaan, pasti kabar baik itu akan Anda beritahukan kepada orang terdekat. Ketika mengunjungi Pontianak, Surabaya dan Jakarta, saya berpikir dalam kunjungan berikut akan membawa beberapa orang untuk melihat keindahan tempat dan orang-orang di sini,” jelas imam itu.
Jelasnya, imam itu berbagi cara promosi panggilan dalam Ordo Dominikan atau Ordo Pewarta itu, selain membutuhkan orang lain untuk bekerja sama merekrut panggilan, imam, suster bahkan awam Dominikan sendiri akan berupaya merekrut panggilan karena mereka sangat percaya akan karisma yang bagus dari Santo Dominikus, yang otomatis merupakan Firman Allah, yang perlu dibagikan kepada banyak orang.
“Yang akan membantu merekrut panggilan imam adalah bruder, suster dan awam Dominikan, kerena mereka juga ingin berbagi sesuatu untuk anak-anak muda. Dengan insting, mereka tahu orang ini baik menjadi imam Dominikan, orang ini tidak. Merekalah orang-orang terbaik yang bisa merekrut. Bisa saja kami buat iklan atau aksi panggilan, namun pertanyaannya apakah motivasi mereka untuk bergabung?”
Namun, imam yang diangkat menjadi provinsial tanggal 30 April 2012 di Manaoag, Filipina, menegaskan untuk membangun kehadiran Dominikan di Indonesia, provinsi yang dipimpinnya “benar-benar ingin bahwa semakin banyak orang akan bergabung dengan kami.”
Pastor Gerard juga berbicara dengan PEN@ Indonesia di Biara Pusat Suster-Suster Santo Dominikus di Pejaten Raya, Jakarta, tempat imam itu merayakan ulang tahunnya bersama para suster dan Dominikan awam, tentang Dominikan Awam di Indonesia yang dilihatnya lebih aktif dibandingkan dengan di Filipina. “Mungkin karena populasi Katolik di sini sangat kecil sehingga rasa identitas dan komunitas menjadi kuat, dibandingkan Filipina dengan umat Katolik mayoritas yang menganggap memang sudah harus demikian,” kata imam itu.
Di Filipina, cerita imam itu, dalam perdebatan tentang kesehatan reproduksi wartawan Katolik mengkritik Gereja seperti mereka sendiri bukan anggota Gereja. “Tapi di sini, saya tak mendengar kritik umat Katolik tentang Gereja di depan umum. Mungkin karena umat yang minoritas di sini perlu saling mendukung.”
Percaya bahwa masa depan Ordo Pewarta terletak juga pada Dominikan Awam, Pastor Gerard berharap Dominikan Awam menyadari bahwa mereka bukanlah asosiasi atau klub sosial dan mereka berkumpul bukan karena menyukai pertemuan, “tapi karena tahu ada sebuah pelayanan yang harus dilakukan.”
Tapi, imam itu tidak mengharapkan mereka melakukan banyak hal besar, “karena seringkali mewartakan itu bisa dilakukan hanya dengan hidup bersama dalam damai dan kerukunan.”
Imam itu mengutip teolog Belanda, Pastor Edward Schillebeeckx OP, bahwa “bagi seorang Dominikan hidup dalam komunitas adalah kerasulan pertama.” Namun imam itu memuji kegiatan Dominikan Awam lain seperti pelayanan penjara di Pontianak dan bantuan pelayanan katekis di Surabaya.
Pastor Gerard Francisco Timoner III OP telah kembali ke Filipina. Namun, sebelum pulang imam itu mengatakan kepada PEN@ Indonesia bahwa di negaranya dia akan mengatakan bahwa “Keluarga Dominikan di Indonesia hidup dan bersemangat, dan di Indonesia ada begitu banyak harapan, bahwa kami akan berlanjut terus sehingga bisa lebih banyak lagi mewartakan Injil.”(paul c pati)***