Jumat, November 22, 2024
31 C
Jakarta

Katedral Sintang Diresmikan: Mgr Samuel Oton Sidin terima kasih kepada Mgr Agus, Gubernur Cornelis

  Katedral Sintang3

Gereja Katedral Sintang yang dipersembahkan kepada Kristus Raja sebagai pelindungnya sudah diresmikan dan konsekrasi minggu lalu, dan dalam perayaan itu Uskup Sintang Mgr Samuel Oton Sidin menyadari akan besarnya belas kasih Allah dan keterlibatan banyak orang dan banyak pihak, khususnya Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus “yang menggagas pembangunan katedral ini dalam kebersamaan dengan Gubernur Kalbar Cornelis.”

Gubernur Gornelis sudah meresmikan Katedral Kristus Raja Sintang tanggal 14 Oktober 2017 dan Mgr Agustinus Agus mengkonsekrasi katedral seluas 780 meter persegi dan dapat menampung 1.200 umat itu tanggal 15 Oktober 2015 dalam Misa yang dipimpinnya bersama konselebran Mgr Samuel Oton Sidin dan Uskup Ketapang Mgr Pius Riana Prapdi dan beberapa imam.

Uskup Sintang menegaskan, Mgr Agus bukan saja menggagas melainkan memproses dan menggiring pembangunan gereja itu sampai selesai, sedangkan Gubernur Cornelis bukan hanya menggagas pembangunan itu bersama Mgr Agus “tetapi juga mengucurkan sumbangan finansial yang sungguh besar bagi pembangunannya.” Peletakan batu pertama berlangsung 21 November 2014 oleh Gubernur Kalbar, pembangun fisik dimulai 31 Januari 2015 serta dan selesai 10 Oktober 2017.

Banyak orang dan pihak yang membantu terbangunnya gereja katedral itu dengan berbagai bentuk dan cara “yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu namanya, kami juga haturkan terima kasih setulus-tulusnya dari sanubari kami yang terdalam,” kata uskup seraya mengatakan bahwa nama-nama para donatur akan dicantumkan pada marmer yang akan dipasang pada salah satu bagian katedral itu. Uskup mohon maaf karena tidak semua nama akan tercantum di situ, “namun kiranya semua tercakup.”

Dalam sambutan, Uskup Sintang paparkan hakikat gereja katedral dan peranannya dalam keuskupan. “Gereja katedral adalah tempat tahta uskup, tanda kekuasaan dan kekuatan gembala dalam Gereja partikular dan tanda kesatuan orang-orang yang percaya dalam iman yang diwartakan Yesus selaku gembala kawanan domba,” kata uskup seraya menegaskan keagungan arsitekturnya menggambarkan kenisah rohani yang dibangun dalam setiap jiwa, sebagai “Bait Suci Allah yang hidup.”

Gereja katedral, lanjut Mgr Samuel Oton Sidin, harus dianggap pusat liturgi keuskupan dan induk gereja di setiap keuskupan. “Dalam hati setiap umat harus ditanamkan cinta dan penghormatan kepada katedral ini. Untuk tujuan itu, sungguh bermanfaat mengadakan perayaan tahunan pembaktian dan peziarahan,” kata uskup seraya menambahkan bahwa katedral juga menjadi contoh bagi gereja-gereja lain di keuskupan tentang tata letak dan ornamen gereja menurut penetapan buku-buku liturgi dan dokumen-dokumen terkait. “Maka tidak bisa diatur hanya menurut selera pribadi.”

Juga ditegaskan, tahta uskup hanya satu dan tetap dan ditempatkan sedemikian rupa agar uskup tampak benar-benar memimpin seluruh umat dalam perayaan. “Karena uskup mengurus Gereja partikular yang dipercayakan kepadanya bukan saja dengan nasihat, ajaran dan teladan tetapi kewibawaan dan kuasa suci yang diterima melalui tahbisannya,” kata Uskup Sintang seraya meminta umat bersatu dengan uskup seperti Gereja menyatu dengan Kristus dan Kristus dengan Bapa agar semua sehati sejiwa demi kemuliaan Allah dan menyadari bahwa manifestasi utama Gereja terdapat dalam peranserta yang penuh dan aktif seluruh umat dalam perayaan-perayaan liturgi terutama dalam Ekaristi dalam doa bersama.

Katedral megah bergaya semi gotik berpadu dengan ornamen suku Dayak kini berdiri di Sintang. “Sudah lama saya bermimpi untuk bisa membangun Katedral Kristus Raja Sintang. Mimpi saya itu, kini terwujud. Lega rasanya. Di akhir masa jabatan sebagai Uskup dan Administrator Apostolik Keuskupan Sintang, saya dapat menyelesaikan dan memenuhi harapan umat Keuskupan Sintang,” kata Mgr Agus yang mengaku sempat meneteskan air mata saat peresmian katedral oleh Gubernur Cornelis.

Kemegahan Katedral Sintang terlihat dengan jelas dari luar. Namun semua itu menjadi lengkap saat memasuki pintu utama dan melihat gambar La Disputa tentang Sakramen Mahakudus di plafon, barisan pilar kiri dan kanan penyangga atap variasi ‘les’ menyerupai ranting dan daun sebagai simbol pohon kehidupan, gambar-gambar pada plafon yang melukiskan peristiwa-peristiwa Penciptaan hingga Kenaikan Yesus, lukisan Jalan Salib, 12 rasul dan orang-orang kudus di ventilasi dan jendela, lukisan tujuh Sakramen di sayap kiri di atas pintu masuk, dan foto uskup-uskup yang pernah bertugas di Keuskupan Sintang.

Selain altar yang dihiasi Anak Domba Allah dan Burung Pelikan, yang keduanya melambangkan pengorbanan sejati, katedral gotik ini nampak tinggi, lebar dan lengkung pada pintu, jendela dan ornamen. Banyaknya jendela membuat cahaya menerangi ruangan gereja di siang hari, ruangan tersebut di kala siang. Ornamen-ornamen khas Dayak nampak menyatu pada pintu dan bagian-bagian lain.

Di depan, di antara jejeran bangku utama yang kiri dan yang kanan ada “titik fokus” yang tegak lurus ke plafon gereja. Titik fokus itu dirancang dengan keramik khusus dan menunjukkan arah pengutusan.

Semua yang ada dalam katedral ini ada maknanya. Mgr Agus menjelaskan semuanya dan memperkenalkan semua yang terlibat dalam pembangunan itu. Demi membangun tanpa melupakan sejarah, candi katedral yang lama masih tetap dipertahankan guna menghargai apa yang dilakukan umat dan pimpinan Gereja zaman dulu.

“Kami mohon kepada-Mu, sudilah Engkau memberkati cathedra dan kursi imam ini. Berilah supaya mereka yang duduk di kursi ini, mewartakan sabda-Mu dengan semangat dan membagi-bagikan misteri-Mu dengan pantas. Semoga melalui mereka yang Kau pilih sebagai rekan pengajar kebenaran Engkau menghidupi umat-Mu …” demikian Mgr Agus ketika memberkati cathedra dan kursi imam.

Setelah Mgr Agus memberkati ambo dan mimbar, serta ruang pengakuan dosa, dia bersama Mgr Samuel Oton Sidin dan Mgr Pius Riana Prapdi memerciki umat di dalam dan luar gereja dan sekeliling tembok gereja, juga pastoran, patung Bunda Maria, gambar-gambar kudus, dan patung Santo Yosef, serta patung Kristus Raja di halaman gereja.

Lagu Vidi Aquam dan Asperges Me terdengar saat pemercikan berlangsung. Dan setelah pemercikan selesai Mgr Agus berdoa, ”Semoga Allah, Bapa yang penuh belaskasihan tinggal di dalam rumah doa ini. Semoga Rahmat Roh Kudus membersihkan kita, karena kita adalah kenisah kehadiran-Nya.”(aop)

Katedral Sintang1Katedral Sintang2Katedral Sintang7Katedral Sintang12Katedral SintangKatedral Sintang11Katedral Sintang18Katedral Sintang22Sintang3Katedral Sintang.23Sintgang5Sintang4SintangKatedral Sintang21Katedral Sintang5Katedral Sintang19Katedral Sintang27Katedral Sintang32

Sintang12Katedral Sintang26Katedral Sintang30

Katedral Sintang25

Katedral Sintang16Katedral Sintang28

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini