“Suster, perkenankanlah saya atas nama Gereja bertanya, apa yang suster harapkan dari Tuhan dan dari Gereja-Nya yang kudus?” tanya Mgr Antonius Subianto Bunjamin OSC yang dijawab oleh Suster Maria Alberta Diliana Ticoalu OP, “Bapak Uskup, saya mengharapkan agar saya diperkenankan mengikuti Kristus dengan hidup sebagai biarawati dalam Kongregasi Suster-Suster Santo Dominikus di Indonesia yang telah saya pilih.”
Uskup Bandung yang juga uskup dari kongregasi itu bertanya dalam Upacara Kaul Kebiaraan dalam Misa Perayaan Syukur Profesi Kekal Suster M Alberta OP dan Hidup Membiara 50 tahun Suster M Assumpta OP dan Suster M Yohana OP, 40 tahun Suster M Chatharina OP dan Suster M Christa OP, serta 25 tahun Suster M Charlie OP, Suster Mariana OP, dan Suster M Vianita OP di Katedral Kristus Raja Purwokerto, 15 Oktober 2017. Suster Assumpta tidak hadir karena kakaknya meninggal dunia.
“Apakah Suster sungguh-sungguh bersedia menerima segala konsekuensi dalam mengikuti Kristus dengan hidup sebagai Perawan Kristus yang miskin dan taat?” Pertanyaan lanjutan itu dijawab oleh Suster Alberta dengan mengatakan, “Dengan bantuan Rahmat Allah saya bersedia menerima segala konsekuensi dari penyerahan diri saya kepada Tuhan.”
Menurut Mgr Subianto, Santo Dominikus memberi contoh berpakaian yang pas dan pantas dalam perjamuan Tuhan dengan menjadikan hidupnya suci dan kudus, maka para pestawati ditanya apakah mereka sudah menyiapkan diri dengan pakaian pas “yaitu berbuat, berkata dan berdoa secara pantas sesuai tuntutan kaul dengan segala konsekuensinya?” karena “Allah akan kecewa kalau kita ucapkan kaul keperawanan, kemiskinan dan ketaatan, tapi pakaian hidup kita, yaitu hati, budi dan aksi, tidak pantas sebagai orang berkaul.”
Setelah homili dan Syahadat Para Rasul, Suster Alberta ditanya kesediaan untuk membaktikan diri lebih penuh kepada Allah dan mengikuti Yesus dan Bunda-Nya dalam keperawanan, kemiskinan dan ketaatan. “Saya Bersedia,” jawab suster yang lalu bertiarap depan altar saat terdengar Litani Para Kudus.
Suster Alberta pun mengikrarkan kaul kekal dalam perayaan yang dihadiri sekitar 400 orang termasuk belasan saudara para pestawati yang beragama Islam, para suster dan awam Dominikan, serta orangtua, kakak-adik dan saudara para pestawati menghadiri Misa.
“Saya Suster Maria Alberta, mengucapkan kaul dan berjanji akan taat kepada Tuhan, kepada Santa Perawan Maria, kepada Santo Dominikus dan kepada Suster Anna Marie Dwiyanti Suprihastuti OP selaku Pemimpin Kongregasi Suster-Suster Santo Dominikus di Indonesia dan para penggantinya, sesuai dengan Regula Santo Agustinus dan Konstitusi Kongregasi ini. Saya mau hidup sebagai Perawan Kristus yang bersikap taat, miskin seperti Kristus sampai waktu ajal saya,” demikian kaul Suster Alberta.
Guna menyatukan diri dengan wafat dan kebangkitan Yesus, mengingatkan ikatan kaul, dan setia pada janji yang diikrarkan, Suster Anna Marie OP menyerahkan salib dan cincin yang diberkati oleh Mgr Subianto kepada Suster Alberta.
Lebih dari 60 suster OP yang sudah kaul kekal kemudian mengelilingi meja altar. Sementara itu, di tengah lagu “Doa Seorang Anak,” Suster Alberta memohon restu orangtuanya. Sesudah mendapat restu, suster itu dibawa masuk ke dalam kelompok lingkaran itu dan Suster Anna Marie OP sebagai pemimpin umum berseru: “Dengan ini saya menyatakan bahwa Suster Maria Alberta diterima secara definitif dalam Kongregasi Suster-Suster Santo Dominikus di Indonesia.”
Dalam Misa dengan tema “Aku Ini Hamba Tuhan, Terjadilah Padaku Menurut Perkataan-Mu” itu, Mgr Subianto ditemani 13 konselebran antara lain Administrator Keuskupan Purwokerto Pastor Tarsisius Puryatno Pr, Kepala Paroki Katedral Kristus Raja Purwokerto Pastor Bonifasius Abbas Pr, Provinsial MSC Pastor Johny Luntungan MSC yang merupakan sepupu dari Suster Alberta OP dan Provinsial Oblat Maria Immaculata Pastor Antonius Rajabana OMI, dan tiga imam lain yang merupakan kakak dari tiga pestawati.
Suster Anna Marie berterima kasih kepada Mgr Subianto dan para imam yang hadir, serta keluarga-keluarga para pestawati yang turut menyemai dan mendukung putri-putrinya dalam kongregasinya.
Menurut Agnes Ticoalu, ibu dari Suster Alberta, dia tak menyangka bahwa Alberta mau menjadi suster. “Itu semua rencana Tuhan. Anak terkecil dari empat bersaudara, yang ketika kecil tomboi, seperti lelaki, dan tak suka pakai rok itu, sudah menyelesaikan studi periklanan di Universitas Indonesia, tiba-tiba mengatakan mau masuk biara,” kata Agnes, yang bersama Suster Angelica OP turut mendirikan TK Boncel di tahun 1983 dan menjadi suami dari seseorang yang pernah aktif sebagai ketua wilayah dan prodiakon di Paroki Jagakarsa, Jakarta.
Suasana persaudaraan yang sudah dimulai dalam acara bersama di malam pesta itu, berlanjut dengan makan siang bersama sesudah Misa, yang diawali dengan pemotongan tumpeng secara bersama oleh para pestawati yang potongan pertama diserahkan oleh Suster Yohana OP kepada Mgr Subianto.(paul c pati)