Musik liturgi adalah bagian penting dan utuh dari liturgi. Maka, logislah kalau tujuan musik liturgi sama dengan tujuan liturgi secara umum atau tidak berbeda dengan tujuan liturgi, tegas staf atau anggota ahli Komisi Liturgi KWI Petrus R Somba dalam pembekalan mengenai Musik Liturgi di Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah (KBI), Purwakarta.
Di depan 80 anggota koor lingkungan, dirigen, pemazmur dan organis di paroki termuda dari Keuskupan Bandung itu Petrus Somba menjelaskan, karena merupakan bagian penting dan utuh dari liturgi, musik liturgi tidak bisa berdiri sendiri, tetapi harus menjalankan tugas yang tidak boleh diganti atau dinomorduakan yakni, “berperan atau bertugas melayani liturgi, melayani ibadat kepada Tuhan.”
Seminar pembekalan 12 Mare 2017 itu dilaksanakan oleh Dewan Harian Paroki KBI untuk meningkatkan musik liturgi di paroki yang baru akan berusia dua tahun tanggal 1 Juni 2017 dan dalam rangka 50 tahun Musicam Sacram (MS), instruksi Konsili Vatikan II tentang musik dalam liturgi.
Musik liturgi harus selalu dikaitkan dengan konteks liturgi yang sedang dirayakan. Berarti, yang penting adalah liturgi, bukan hanya musiknya, kata Petrus Somba mengutip MS nomor 11: “Hendaknya dicamkan sungguh-sungguh bahwa kemeriahan sejati liturgi tidak tergantung pertama-tama pada indahnya nyanyian atau bagusnya upacara, tetapi pada makna dan perayaan ibadah yang memperhitungkan keterpaduan perayaan liturgis itu sendiri, dan pelaksanaan setiap bagiannya …”
Paus Benediktus XVI memperkuat hal itu dengan mengatakan dalam Sacramentum Caritatis (SC) nomor 42: “Sebagai unsur liturgi, nyanyian hendaknya sungguh dipadukan dengan seluruh perayaan. Oleh karena itu, segala sesuatu – teks, musik, dan pelaksanaannya – harus sesuai dengan makna misteri yang sedang dirayakan, struktur ritus dan masa liturgi.”
Menurut Petrus Somba, yang harus menjadi pedoman utama para pelayanan musik liturgi dalam menjalankan tugas pelayanan mereka dalam bidang musik adalah bahwa dalam liturgi atau ibadat itu “umat memuji dan memuliakan Allah dan di saat yang sama Allah hadir dan menguduskan umat-Nya.”
Kehadiran dan karya Allah itu, tegasnya, harus sungguh disadari. Dengan demikian, tegasnya, “seyogyanya kegiatan musikal dalam ibadat atau liturgi dilakukan dengan penuh penghormatan dan rasa syukur atas kehadiran Allah yang sedang berkarya menguduskan umat-Nya.”
Maka, kegiatan musikal dalam liturgi harus dilakukan tidak hanya dengan menggunakan musik dan nyanyian yang sesuai dengan kaidah musik, tetapi juga dengan kaidah musik liturgi dan cara membawakan yang pantas untuk menghormati Allah yang hadir dan berkarya, kata Petrus Somba.
Juga diingatkan, liturgi yang baik dan benar harus memenuhi lima kriteria yakni, tindakan (penuh kesadaran), bersama (seluruh gereja bukan perseorangan), suci (ada dasar teologis dan biblisnya), simbolis (ekspresi artistik dan kultural), dan resmi (mengikuti struktur dan tata perayaan yang baku).
Sebagai bagian penting dan utuh dari liturgi, musik liturgi memiliki beberapa fungsi sebagaimana ditegaskan dalam MS nomor 5, agar doa diungkapkan secara lebih menarik, misteri liturgi dinyatakan lebih jelas, kesatuan hati dicapai berkat perpaduan suara, hati lebih mudah dibangkitkan ke arah hal-hal surgawi berkat keindahan upacara kudus, seluruh perayaan lebih jelas mempralambangkan liturgi surgawi yang dilaksanakan di kota suci Yerusalem baru.
Karena demikian pentingnya musik liturgi yang merupakan bagian dari liturgi itu sendiri, Petrus Somba mengutip SC 113 a yang menegaskan: “Liturgi lebih agung bila diiringi dengan nyanyian meriah”. Lebih jauh lagi, SC mengingatkan para seniman music, bahwa mereka “dipanggil untuk mengolah musik liturgi dan memperkaya khazanahnya” (SC 121 a).
Selain Tradisi Musik Liturgi Gereja Katolik, pembicara mengajak pesera juga mendalami Nyanyian dalam Misa, Mazmur Tanggapan, Beberapa Catatan Penting tentang Masa Prapaskah dan Pakan Suci, serta Perayaan Perkawinan.
Dalam pembakalan itu Petrus Somba bukan saja memberikan materi tetapi berdialog dengan peserta serta memberikan beberapa contoh sambil bernyanyi, bermazmur dan bermain organ, dan di akhir pertemuan itu, dia duduk sambil memainkan keyboard mengiringi para pencinta musik liturgi Paroki Santa Maria KBI itu menyanyikan lagu dari Puji Syukur nomor 376: “Tuhan, ambil hidupku dan kuduskan bagi-Mu, waktuku pun pakailah memuji-Mu s’lamanya.”
“Seminar itu sangat bagus untuk menambah pengetahuan tentang musik liturgi. Pembicara sangat bagus pula. Penyampaiannya sederhana bisa dimengerti,” kata seorang anggota koor dan pemazmur dari Paroki KBI Leo Adi Prijama.
Sementara itu, seorang ketua Lingkungan, Joseph Manurung mengatakan bahwa seminar itu sudah terlaksana dengan baik, dan harapan DPP Paroki yang diungkapkan dalam pelaksanaan seminar itu “segera direalisasikan di lingkungan-lingkungan.”(paul c pati)
Trima kasih TUHAN memberkati amin