ROMA, Pena Katolik – Roma menjadi saksi momen penuh haru dalam rangkaian terakhir Yubileum Harapan 2025, yang kali ini didedikasikan bagi para narapidana di seluruh dunia. Sejumlah tahanan berkesempatan merasakan kebebasan sementara dan memenuhi impian mereka: bertemu Paus Leo XIV.
Víctor Aguado, direktur pelayanan pastoral penjara di Valencia, Spanyol, memimpin rombongan berjumlah 13 orang yang terdiri dari narapidana, relawan, dan seorang kapelan. Beberapa di antara mereka telah menghabiskan lebih dari 12 tahun di balik jeruji. Berkat izin khusus dari berbagai lembaga, mereka dapat melakukan perjalanan ke Kota Abadi dan menjadi saksi hidup bahwa “harapan mampu meruntuhkan tembok dan martabat manusia tak dapat dirampas.”
Aguado menggambarkan perjalanan itu sebagai pengalaman yang “intens, emosional, dan spiritual” yang akan selamanya membekas dalam hidup para peserta.
Enam narapidana yang ikut serta berasal dari sistem penjara tingkat dua dan tiga, yang menggabungkan masa tahanan dengan kegiatan di luar secara terbatas. Mereka harus melalui proses birokrasi panjang, termasuk persetujuan dari Treatment Board, General Secretariat, dan lembaga pengawas. “Prosesnya memang panjang, tetapi tidak ada kendala berarti,” jelas Aguado.
Pemilihan peserta dilakukan dengan hati-hati. Narapidana yang dipilih adalah mereka yang telah lama dikenal oleh tim pelayanan penjara, aktif mengikuti Misa, serta menunjukkan sikap kooperatif. “Kami tahu mereka membutuhkan kesempatan ini dan tidak akan menolaknya,” tambahnya.
Salah satu pengalaman paling menyentuh adalah saat mereka melewati Holy Door dalam perayaan jubilee. Aguado menekankan bahwa momen itu menjadi simbol awal perjalanan baru. “Dengan ziarah ini, para narapidana memikul tanggung jawab baru, menapaki jalan baru, dan merasakan panggilan untuk hidup benar,” ujarnya.
Selain itu, pertemuan dengan Paus Leo XIV menjadi puncak kebahagiaan. Bagi mereka, sang Paus adalah “representasi Tuhan di bumi.” Misa Minggu bersama Bapa Suci berlangsung sederhana, namun tetap dapat dipahami meski menggunakan bahasa Italia.
Perjalanan ini bukan sekadar pelepasan sementara dari penjara, melainkan sebuah tanda bahwa harapan mampu menembus batas. Para narapidana kembali dengan semangat baru, membawa pesan bahwa iman dan martabat manusia tetap hidup meski dalam keterbatasan.
