SIBOLGA, Caritas Indonesia (Yayasan KARINA-KWI) bersama Jaringan Caritas-PSE di keuskupan-keuskupan terdampak, bergerak cepat mengambil bagian membantu korban banjir bandang di wilayah Sumatera. Hanya berselang beberapa hari setelah terjadinya banjir bandang, Caritas Indonesia menginisiasi pos layanan kemanusiaan di Desa Hutagodang, Kecamatan Sungai Kanan, Tapanuli Selatan.
Direktur Eksekutif Caritas Indonesia, Rm. Fredy Rante Taruk menyaksikan langsung lokasi Desa Hutagodang, wilayah yang terdampak cukup parah banjir bandang. Seluruh bangunan di wilayah desa itu hampir rata dengan tanah, bahkan hanya menyisakan sedikit rumah yang masih berdiri, termasuk sebuah bangunan gereja yang penuh dengan lumpur dan kayu-kayu gelondongan. Batu-batu besar, lumpur, kayu-kayu gelondongan dan sampah yang datang bersamaan dengan banjir menghanyutkan hampir seluruh rumah-rumah penduduk.

“Ini rumah saya sudah tidak ada. Kami lari menyelamatkan diri dan hanya tersisa baju di badan,” kata seorang perempuan berkerudung yang menunjukkan lokasi rumahnya sambil mengusap air mata. Saat ini, hanya tumpukan kayu-kayu gelondongan yang tingginya melebihi tinggi badan manusia yang tersebar di mana-mana. Perempuan dan anaknya kehilangan seluruh harta dan rumahnya hingga hanya menyisakan pakaian yang melekat di badan mereka.
Rm. Fredy bersama Keuskupan Sibolga, yang diwakili oleh Pastor Vikjen dan Ketua Komisi PSE Keuskupan Sibolga, menyapa para penyintas dan membagikan 150 paket makanan kepada mereka. Melihat parahnya lokasi, Rm. Fredy menyampaikan akan membuka pos layanan kemanusiaan di Desa Hutagadong bersama Keuskupan Sibolga. “Kami harap layanan ini dapat membantu para penyintas, dengan tersedianya dapur umum, layanan kesehatan, dan berbagai kebutuhan dasar di sini,” kata Rm. Fredy. Melihat dampaknya yang besar, Rm. Freddy juga mengharapkan masyarakat luas ikut memberikan donasi untuk disalurkan kepada mereka yang terdampak.
Tak cuma di wilayah Desa Hutagadong saja, dari Medan, Caritas Keuskupan Agung Medan mengerahkan 11 truk logistik untuk dibagikan ke wilayah terdampak di Keuskupan Padang, Medan, dan Sibolga. Pengiriman bantuan ini merupakan bentuk solidaritas jaringan Caritas yang ada di seluruh keuskupan. Gereja Katolik hadir untuk bahu membahu membantu mereka yang terdampak dengan menggerakkan umat dan lembaga-lembaga kemanusiaan di bawah keuskupan. Segera, tim relawan Caritas bersama keuskupan membuka pos-pos layanan kemanusiaan yang bergerak cepat memenuhi kebutuhan di lokasi-lokasi bencana.
Banjir bandang yang menelan hampir 1.000 warga di tiga provinsi membuat Gereja Katolik di seluruh Indonesia berkoordinasi dan menggalang bantuan dana ke wilayah terdampak, salah satunya Keuskupan Surabaya. Melalui Instagram dan Facebook, Uskup Surabaya Mgr. Agustinus Tri Budi Utomo menyampaikan kepada umatnya untuk bersolidaritas dan menggalang dana kemanusiaan untuk membantu masyarakat di tiga provinsi di Sumatera. Ungkapan solidaritas juga muncul dari keuskupan-keuskupan lainnya dan kelompok-kelompok masyarakat.
Hingga hari ini, dana yang terkumpul dari masyarakat melalui Caritas Indonesia sebesar Rp 1,8 miliar. Untuk mempercepat langkah pemulihan, Caritas Indonesia juga menerima bantuan untuk kebutuhan prioritas, seperti genset air, selimut, terpal, tenda, beras, minyak goreng, sepatu boot, peralatan masak dapur, seragam dan peralatan sekolah, ember dan peralatan mandi, serta pakaian baru. Caritas Indonesia menolak pemberian makanan kadaluarsa, minuman kemasan, makanan instan, dan pakaian bekas.
Data yang dihimpun dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan jumlah korban meninggal dunia akibat bencana banjir bandang dan longsor di tiga provinsi di Pulau Sumatera mencapai 914 jiwa.
“Pada hari ini, 6 Desember 2025 (sore), jumlah korban meninggal secara total mencapai 914 jiwa, bertambah 47 jiwa dari posisi kemarin 867 jiwa,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari di Banda Aceh, Sabtu, (7/12) dikutip dari Antara.
Rincian jumlah korban meninggal tersebut, berada di Provinsi Aceh 359 jiwa, Sumatera Utara (Sumut) 329 jiwa, dan Sumatera Barat (Sumbar) 226 jiwa. Adapun total orang hilang di tiga provinsi yang masih terdata dalam daftar pencarian tim SAR saat ini 389 jiwa.