MERAUKE, Pena Katolik — Kongres pertama Ikatan Perempuan Papua Selatan berlangsung di Swiss-Belhotel Merauke, 14–16 November 2025, dihadiri perempuan asli dari tiga kabupaten: Merauke, Mappi, dan Asmat. Acara ini menjadi tonggak bersejarah karena untuk pertama kalinya perempuan Papua Selatan berkumpul dalam forum resmi untuk membicarakan peran, identitas, dan masa depan mereka.
Romo Pius Cornelius Manu, imam diosesan Keuskupan Agung Merauke, menyampaikan rasa bangga dan haru atas kehadiran para peserta. Ia menilai peran perempuan sangat besar, terutama dalam keluarga dan masyarakat, sehingga harus diakui secara adil. “Peran gender amat diperlukan. Lelaki sering dengan egonya mengatakan perempuan tidak berguna, padahal keluarga terbentuk dari dua perbedaan yang disatukan,” ujarnya. Romo Pius juga menyoroti budaya Papua yang tidak selalu patrilineal, seperti suku Kamoro yang mengikuti garis keturunan nenek. Ia menilai film dokumenter Perempuan Papua Selatan, Kami Ada menjadi tamparan keras bagi kaum lelaki, karena seluruh proses produksi dilakukan oleh perempuan Papua Selatan, termasuk produsernya, Beatrix Gebze, Direktur eLADDPer. Film ini didukung oleh Amahuta Papua, Foker LSM Papua, dan Samdhana Institute.
Nathalia Teraka, formatur kongres sekaligus ketua demisioner, mengucapkan terima kasih atas kehadiran Gubernur Papua Selatan Apolo Safanpo dan Ketua Majelis Rakyat Papua (MRP-PS) Damianus Katayu. Dengan tema “Perempuan Asli Papua: Merawat Identitas, Bersatu untuk Perubahan, dan Berdaya untuk Masa Depan”, Nathalia menegaskan perlunya menghentikan anggapan adat yang menempatkan perempuan sebagai warga kelas dua. Ia menekankan bahwa perempuan Papua kini berpotensi besar mendidik generasi muda dalam entitas adat yang utuh.
Gubernur Apolo Safanpo menyatakan dukungan penuh, menegaskan bahwa perempuan adalah tiang penyangga ekonomi, penjaga moral, dan penghasil generasi berikutnya. Ia berharap perempuan Papua Selatan semakin giat menunjukkan eksistensinya. Senada, Damianus Katayu menegaskan pemerintah akan selalu mendukung kegiatan perempuan demi menyukseskan program pembangunan di provinsi baru ini.
Musyawarah ditutup dengan pemilihan Ketua Asosiasi Perempuan Papua Selatan, yang menghasilkan Ancelina Ukarop sebagai ketua terpilih. Acara ini menjadi momentum penting bagi perempuan Papua Selatan untuk meneguhkan identitas, memperkuat persatuan, dan membuka jalan bagi peran yang lebih besar dalam masyarakat dan pemerintahan.
