Home BERITA TERKINI St. Gertrude: Satu-Satunya Santa yang Disebut “Agung”

St. Gertrude: Satu-Satunya Santa yang Disebut “Agung”

0

ROMA, Pena Katolik – St. Gertrude Agung adalah satu-satunya perempuan yang secara tradisi disebut “Agung” dalam daftar santo Katolik. Gelar ini berkembang lewat tradisi untuk menandai pengaruh luar biasa seorang santo, bukan melalui upacara resmi.

Gelar “agung” diberikan secara tradisional kepada santo yang pengaruhnya besar bagi Gereja dan dunia. Gelar ini merupakan julukan popular yang berkembng di kalangan umat, bukan melalui proses kanonik formal.

Gelar ini sering muncul untuk membedakan santo dengan nama yang sama dan menyorot mereka yang memiliki dampak paling luas. Beberapa orang kudus yang memiliki gelar ini di antarnya: St. Gregorius Agung, St. Leo Agung, dan St. Albertus Agung. Dalam praktiknya, gelar ini berkembang lewat tradisi dan penilaian sejarah terhadap karya teologis, kepemimpinan gerejawi, atau pengaruh liturgis seorang santo

Aatu-satunya Perempuan

St. Gertrude dari Helfta (1256–c.1302) diakui sebagai St. Gertrude Agung, gelar yang pertama kali dikaitkan kepadanya oleh Paus Benedict XIV pada abad ke-18 untuk membedakannya dari St. Gertrude dari Hackeborn. Paus Benediktus XIV mengakui pengaruh mistiknya dalam spiritualitas Kristen. Paus Benediktus XVI kemudian menegaskan statusnya sebagai mistikus besar yang memberi sumbangan unik bagi kehidupan rohani, menyoroti karakternya yang rendah hati, bersemangat demi keselamatan sesama, dan kedekatannya dengan Tuhan dalam kontemplasi serta pelayananWikipedia. Pernyataan ini menegaskan alasan historis dan spiritual di balik gelar yang langka itu.

Gelar “Agung” kadang dipakai secara tidak resmi untuk tokoh modern; misalnya, beberapa orang menyebut St. Yohanes Paulus II sebagai “Agung”, meski gelar itu tidak tercantum dalam dokumen resmi Vatikan. Demikian pula, ada yang menyebut St. Teresa of Avila sebagai St. Teresa “Agung”, tetapi penggunaan itu tidak seumum untuk St. Gertrude dan belum pernah dipakai secara publik oleh seorang paus. Penggunaan semacam ini sering berfungsi untuk membedakan nama-nama populer dan mengakui kontribusi besar seorang santo terhadap Gereja.

Mengingat gelar ini lahir dari tradisi dan penilaian historis, mungkin saja lebih banyak perempuan suci akan menerima sebutan “Agung” di masa depan, terutama bila karya dan pengaruh mereka diakui secara luas oleh umat dan para sejarawan Gereja. Gelar tersebut tetap menjadi tanda kehormatan yang mencerminkan pengaruh budaya, teologis, dan pastoral seorang santo—bukan sekadar formalitas—sehingga ruang untuk pengakuan lebih luas tetap terbuka.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version