VATIKAN, Pena Katolik — Paus Leo XIV menerima Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam sebuah audiensi resmi di Istana Apostolik Vatikan pada Kamis, hampir sebulan setelah kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza mulai berlaku. Pertemuan ini menjadi momen penting dalam diplomasi kemanusiaan dan perdamaian, sekaligus menandai pertemuan langsung pertama antara Paus Leo XIV dan pemimpin Palestina berusia 90 tahun tersebut.
Menurut Kantor Pers Takhta Suci, dalam pertemuan tersebut “diakui bahwa ada kebutuhan mendesak untuk memberikan bantuan kepada warga sipil di Gaza dan mengakhiri konflik dengan mengejar solusi dua negara.” Pernyataan ini menegaskan kembali komitmen Vatikan terhadap pendekatan damai yang menjamin keamanan Israel dan martabat rakyat Palestina, sejalan dengan hukum internasional.
Pertemuan ini berlangsung di tengah intensitas diplomasi global terkait isu Palestina, menyusul lebih dari dua tahun perang di Gaza dan meningkatnya kekerasan di Tepi Barat. Beberapa negara Eropa, termasuk Prancis, baru-baru ini memperbarui pengakuan mereka terhadap Negara Palestina, memperkuat momentum internasional menuju penyelesaian konflik yang berkeadilan.
Takhta Suci sendiri telah secara resmi mengakui Negara Palestina sejak tahun 2015, dan terus menyuarakan dukungan terhadap solusi dua negara. Paus Leo XIV secara konsisten menyampaikan keprihatinannya atas situasi kemanusiaan di Gaza, di mana warga sipil terus menderita akibat konflik berkepanjangan.
Audiensi ini juga bertepatan dengan peringatan 10 tahun penandatanganan perjanjian bilateral antara Takhta Suci dan Negara Palestina pada 26 Juni 2015, yang mengatur kehidupan dan aktivitas Gereja Katolik di wilayah Palestina.
Sebelum audiensi, Abbas melakukan kunjungan pribadi ke makam Paus Fransiskus di Basilika Santa Maria Maggiore, Roma, pada 5 November. Ia datang bersama rombongan dan Pastor Ibrahim Faltas, mantan vikaris Penjaga Tanah Suci. Dalam suasana hening, Abbas berdoa selama sekitar 15 menit dan meletakkan setangkai mawar putih di atas makam paus asal Argentina tersebut.
“Saya datang untuk melihat Paus Fransiskus karena saya tidak bisa melupakan apa yang telah beliau lakukan untuk Palestina dan rakyatnya. Saya tidak bisa melupakan bahwa beliau mengakui Palestina tanpa diminta,” ujar Abbas kepada para wartawan di luar basilika.
Pertemuan ini menjadi simbol kuat dari harapan akan perdamaian yang adil dan berkelanjutan, serta komitmen Gereja Katolik untuk terus hadir dalam dialog lintas bangsa demi kemanusiaan dan rekonsiliasi.
Abbas tercatat menjadi presiden yang paling sering bertemu dengan seorang Paus. Ia setidaknya tiga kali bertemu Paus Fransiskus. Perjumpaannya dengan Paus Leo XIV adalah yang pertama keda pemimpin ini bertemu.
