Home DOMINIKAN Tenang di Tengah Riuh: Doa Taizé di Asrama Putri UNIKA Santo Agustinus...

Tenang di Tengah Riuh: Doa Taizé di Asrama Putri UNIKA Santo Agustinus Hippo Ngabang

Berhenti Sejenak untuk Mendengar Bisikan Tuhan

0

Pena Katolik, Ngabang, 14 Oktober 2025 |  Sore itu, suasana koridor Asrama Putri UNIKA Santo Agustinus Hippo berubah menjadi ruang doa yang hening dan syahdu.

Lampu-lampu dimatikan, digantikan oleh puluhan lilin kecil yang berbaris rapi di sepanjang lantai. Nyala lembutnya menuntun langkah setiap peserta menuju altar sederhana yang diselimuti kain merah — lambang Roh Kudus — dan di atasnya berdiri salib Taizé yang menjadi pusat pandang doa malam itu.

Dalam cahaya temaram dan keheningan yang dalam, doa pun mulai naik perlahan seperti dupa yang membumbung ke surga.

Inilah Meditasi Taizé Time — kegiatan rohani yang digagas oleh Campus Ministry UNIKA Santo Agustinus Hippo, bekerja sama dengan Kapelan Kampus Utama, R.P. Petrus Yuniarto, CP, S.Fil., S.Th.L., serta tim dari Komunitas Mahasiswa Katolik (KMK).

Doa ini diadakan pada Selasa, 14 Oktober 2025, pukul 17.00, di Asrama Putri Kampus Utama, dengan tema sederhana namun menyentuh hati:

“Berhenti sejenak di tengah riuhnya dunia, agar hati belajar mendengarkan Tuhan.”

Sekitar seratus mahasiswa hadir. Mereka duduk bersila di lantai, sebagian menundukkan kepala di depan salib, sementara lagu-lagu Taizé yang lembut mengalun: “Christo, domino Jesu,” “Nada te turbe,” “Dalam Tuhan Aku Bersyukur,” “Jesus, Remember Me,” “Bless the Lord,” dan “Laudate Omnes Gentes.”

Tak ada homili panjang, tak ada seruan keras — hanya irama gitar dan nyanyian berulang yang mengundang setiap hati untuk berdiam.

Dalam doa yang sederhana itu, banyak mahasiswa merasakan kehadiran yang sulit dijelaskan dengan kata-kata: damai yang melingkupi, kasih yang menenangkan, dan kesadaran akan kehadiran Tuhan yang lembut namun nyata.

Dalam pengantar singkatnya, Romo Petrus Yuniarto, CP, mengingatkan:

“Tuhan berbicara di dalam sunyi. Kita hanya perlu berhenti, mendengar, dan membiarkan cinta-Nya menyentuh yang terdalam.”

Doa malam itu juga dipersembahkan secara khusus untuk Suster Cleosa, O.P., sebagai ungkapan kasih dan penghormatan kepada seorang pelayan Tuhan yang sedang sakit di Pontianak. Dalam doa itu, persaudaraan seiman terasa melampaui batas waktu dan tempat — seolah seluruh Gereja hadir dalam satu irama kasih yang sama.

Kegiatan ini merupakan bagian dari inisiatif Campus Ministry UNIKA untuk menyediakan ruang rohani bagi para mahasiswa Katolik — ruang untuk berhenti sejenak dari tugas, ujian, dan kesibukan dunia kampus.

Meski bersifat fakultatif, dengan tagline yang hangat “Santai tapi bermakna,” malam itu jelas meninggalkan jejak rohani yang dalam.

Beberapa mahasiswa tampak meneteskan air mata saat lagu “Stay with Me” dinyanyikan dalam gelap — saat semua suara berhenti, dan hanya hati yang berbicara.

Menjelang akhir, doa penutup dibacakan bersama. Lilin-lilin dipadamkan satu per satu dengan perlahan, menyisakan satu nyala di altar merah — simbol Kristus yang tetap hadir, bahkan ketika cahaya dunia meredup.

Malam itu, keheningan menjadi bahasa yang paling indah.

Dan di koridor kecil asrama itu, lilin-lilin yang padam meninggalkan satu pesan abadi: “Dalam setiap jiwa yang lelah, Tuhan selalu berbisik lembut: Tenanglah, Aku di sini.” *(Sr. Teresa, O.P. & Sr. Tresia, O.P.)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version