Selasa, September 23, 2025

Bacaan dan Renungan Jumat 26 September 2025, Pekan Biasa XXV (Hijau)

Bacaan I – Hag. 2:1b-10

Dalam bulan yang ketujuh, pada tanggal dua puluh satu bulan itu, datanglah firman TUHAN dengan perantaraan nabi Hagai, bunyinya: “Katakanlah kepada Zerubabel bin Sealtiel, bupati Yehuda, dan kepada Yosua bin Yozadak, imam besar, dan kepada selebihnya dari bangsa itu, demikian: Masih adakah di antara kamu yang telah melihat Rumah ini dalam kemegahannya semula? Dan bagaimanakah kamu lihat keadaannya sekarang? Bukankah keadaannya di matamu seperti tidak ada artinya? Tetapi sekarang, kuatkanlah hatimu, hai Zerubabel, demikianlah firman TUHAN; kuatkanlah hatimu, hai Yosua bin Yozadak, imam besar; kuatkanlah hatimu, hai segala rakyat negeri, demikianlah firman TUHAN; bekerjalah, sebab Aku ini menyertai kamu, demikianlah firman TUHAN semesta alam, sesuai dengan janji yang telah Kuikat dengan kamu pada waktu kamu keluar dari Mesir. Dan Roh-Ku tetap tinggal di tengah-tengahmu. Janganlah takut! Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam: Sedikit waktu lagi maka Aku akan menggoncangkan langit dan bumi, laut dan darat; Aku akan menggoncangkan segala bangsa, sehingga barang yang indah-indah kepunyaan segala bangsa datang mengalir, maka Aku akan memenuhi Rumah ini dengan kemegahan, firman TUHAN semesta alam. Kepunyaan-Kulah perak dan kepunyaan-Kulah emas, demikianlah firman TUHAN semesta alam. Adapun Rumah ini, kemegahannya yang kemudian akan melebihi kemegahannya yang semula, firman TUHAN semesta alam, dan di tempat ini Aku akan memberi damai sejahtera, demikianlah firman TUHAN semesta alam.” Pada tanggal dua puluh empat bulan yang kesembilan, pada tahun yang kedua zaman Darius, datanglah firman TUHAN kepada nabi Hagai, bunyinya:

Demikianlah Sabda Tuhan

U. Syukur Kepada Allah

Mzm. 43:1-4

  • Berilah keadilan kepadaku, ya Allah, dan perjuangkanlah perkaraku terhadap kaum yang tidak saleh! Luputkanlah aku dari orang penipu dan orang curang!
  • Sebab Engkaulah Allah tempat pengungsianku. Mengapa Engkau membuang aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh?
  • Suruhlah terang-Mu dan kesetiaan-Mu datang, supaya aku dituntun dan dibawa ke gunung-Mu yang kudus dan ke tempat kediaman-Mu!
  • Maka aku dapat pergi ke mezbah Allah, menghadap Allah, yang adalah sukacitaku dan kegembiraanku, dan bersyukur kepada-Mu dengan kecapi, ya Allah, ya Allahku!

Bacaan Injil – Luk. 9:18-22

Pada suatu kali ketika Yesus berdoa seorang diri, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Lalu Ia bertanya kepada mereka: “Kata orang banyak, siapakah Aku ini?” Jawab mereka: “Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit.” Yesus bertanya kepada mereka: “Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Jawab Petrus: “Mesias dari Allah.” Lalu Yesus melarang mereka dengan keras, supaya mereka jangan memberitahukan hal itu kepada siapapun. Dan Yesus berkata: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.”

Demikianlah Sabda Tuhan

U. Terpujilah Kristus

***

Siapakah Yesus?

Yesus berdoa seorang diri. Setelah itu, Ia bertanya kepada para murid, “Kata orang banyak, siapakah Aku ini?” Mereka menjawab dengan berbagai pendapat: Yohanes Pembaptis, Elia, atau salah seorang nabi yang dahulu hidup kembali. Lalu Yesus bertanya langsung, “Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Petrus menjawab, “Engkaulah Mesias dari Allah.” Yesus kemudian menegaskan bahwa Ia harus menanggung banyak penderitaan, ditolak, dibunuh, dan bangkit pada hari ketiga.

Perikop ini menyingkapkan inti iman Kristiani. Pertama, iman bukan sekadar pengetahuan umum tentang Yesus berdasarkan kata orang, melainkan pengakuan pribadi: siapa Yesus bagi saya? Pertanyaan Yesus yang ditujukan kepada para murid juga tertuju kepada kita sekarang. Mungkin kita mengenal Yesus melalui keluarga, sekolah, atau tradisi, tetapi Yesus menuntut jawaban pribadi yang lahir dari hati dan pengalaman iman kita sendiri.

Kedua, pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias tidak bisa dilepaskan dari jalan salib. Yesus tidak datang membawa kejayaan duniawi, melainkan keselamatan melalui penderitaan dan kebangkitan. Maka, mengikuti Yesus berarti siap memikul salib: kesetiaan dalam menghadapi cobaan, pengorbanan demi kebaikan, dan keberanian melawan arus dunia yang tidak sesuai dengan Injil.

Petrus dengan berani mengakui Yesus sebagai Mesias, meski ia sendiri kemudian harus belajar arti pengorbanan. Kita pun sering jatuh dalam kelemahan, namun Yesus tetap setia menemani dan menguatkan. Yang terpenting, kita tidak berhenti menjawab pertanyaan itu setiap hari: “Siapakah Aku ini bagimu?”

Semoga kita berani berkata, bukan hanya dengan mulut tetapi dengan seluruh hidup: Engkaulah Mesias, Putra Allah yang hidup, Tuhan dan Juruselamatku.

Doa Penutup

Ya Yesus Kristus, Mesias dan Penyelamat kami, Engkau bertanya kepada para murid-Mu dan juga kepada kami: siapakah Engkau bagi kami? Kami mengakui Engkau sebagai Putra Allah yang hidup, Juruselamat dunia. Teguhkanlah iman kami agar tidak hanya mengenal-Mu dari kata orang, tetapi melalui pengalaman pribadi bersama-Mu dalam doa, sabda, dan sakramen. Berilah kami keberanian memikul salib dan tetap setia meski menghadapi penderitaan. Semoga hidup kami menjadi kesaksian nyata bahwa Engkaulah Mesias yang hidup dan bangkit. Demi Kristus, Tuhan kami, kini dan sepanjang masa. Amin.

***

Santo Kosmas dan Damianus, Martir

Kedua kakak beradik ini berkebangsaan Arabia. Nama mereka tertera pada alat-alat kedokteran, tetapi sedikit saja kisah yang dapat kita peroleh tentang mereka. Konon mereka dibesarkan oleh ibunya yang sudah menjanda sejak masa kecilnya. Dengan kasih sayang yang besar dan kerja keras, ibunya mendidik dan menyekolahkan mereka di Syria hingga berhasil menjadi dokter. Setelah menyelesaikan studinya di Syria, mereka bekerja sebagai dokter di Silisia, Asia Kecil.

Sebagai orang beriman, cintakasih sungguh-sungguh mewarnai hidup mereka. Mereka mengabdikan seluruh kepandaian dan ilmu mereka guna menolong orang orang sakit tanpa memungut bayaran. Semua orang menyanjung dan menghormati mereka sebagai orang-orang Kristen yang benar-benar menghayati ajaran Kristus. Dalam karyanya mereka juga turut mewartakan Injil Kristus kepada orang-orang sekitar.

Dalam bahasa Yunani kedua kakak beradik ini dijuluki “Anarguroi” yang berarti ‘Orang-orang yang tidak menghiraukan uang’. Julukan ini tepat karena pengabdian mereka sebagai dokter tanpa memungut uang dari para pasiennya. Sering sekali mereka menyembuhkan orang sakit bukan karena keahliannya tetapi karena imannya akan Kristus dan perhatiannya yang besar pada kesembuhan orang-orang sakit.

Karena perbuatan cinta kasih mereka itu, mereka ditangkap dan dipenjarakan oleh Prefek Lysias, dan dipaksa menyembah dewa-dewi kafir. Namun mereka tidak gentar sedikit pun menghadapi segala siksaan itu. Kepada Lysias mereka menegaskan bahwa agama Kristen sangat penting untuk keselamatan yang kekal. Setiap siksaan yang dikenakan pada mereka tidak mempan untuk mematahkan iman mereka. Tuhan ada dipihak mereka. Akhirnya Prefek itu memutuskan untuk memenggal saja kepala mereka untuk menghabisi nyawa mereka. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 27 September 303 pada masa pemerintahan Kaisar Diokletianus yang kejam itu.

Kisah lain mengungkapkan peristiwa pembunuhan mereka secara mendetail. Keduanya disalibkan dan dilempari batu serta dipanah. Tetapi batu-batu itu memental dan mengenai para pelempar itu sendiri. Demikian juga para pemanah terkena sendiri panah yang mereka tembakkan. Sesudah kematian mereka, banyak terjadi mujizat penyembuhan. Di antara orang-orang besar yang disembuhkan ialah Raja Yustianus I.

Oleh karena itu raja mendirikan sebuah gerea besar di Konstantinopel untuk menghormati mereka. Paus Felig IV (526-530) mendirikan sebuah gereja lagi bagi mereka di Roma. Nama mereka dimasukkan dalam Doa Syukur Agung Misa. Para dokter menghormati mereka dan menjadikan mereka pelindung para dokter dan alat-alat kedokteran.

Santo Siprianus dan Yustina, Martir

Di Antiokia, Syria, Siprianus dikenal sebagai seorang dukun. Banyak orang datang kepadanya untuk disembuhkan dari penyakitnya.  Tapi praktek kedukunannya tidak mendapat tanggapan baik dari orang-orang Kristen. Ia sendiri tidak berdaya menghadapi orang-orang Kristen. Sekali peristiwa ia menggoda Yustina, seorang gadis Kristen namun ia tidak berhasil. Oleh pengaruh Yustina, ia lalu sadar akan keberdosaannya, bertobat dan dipermandikan. Ia kemudian menikahi Yustina dan menjadi seorang Kristen yang saleh.

Kegiatan-kegiatan iman yang dilakukan kedua suami-isteri ini mengakibatkan kematian mereka sebagai saksi iman. Mereka ditangkap, didera dan dipenjarakan dengan tujuan agar keduanya murtad dari imannya. Tetapi karena mereka tetap pada pendiriannya, maka mereka dibunuh di Nikomedia. Jenazah mereka ditinggalkan saja di tempat pembantaian. Tetapi kemudian diangkut ke Roma oleh beberapa orang pelaut yang beragama Kristen.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini