Home BERITA TERKINI Sejarah Gereja Katolik Kalvari Lubang Buaya: Sempat Ada Pembatalan Rencana Menjadi Paroki

Sejarah Gereja Katolik Kalvari Lubang Buaya: Sempat Ada Pembatalan Rencana Menjadi Paroki

0

LUBANG BUAYA, Pena Katolik – Paroki Kalvari Lubang Buaya, awalnya adalah salah satu wilayah yang masuk dalam Paroki Santo Robertus Bellarminus, Cililitan. Seiring pertumbuhan umat Katolik di kawasan tersebut, muncul kebutuhan untuk memiliki pusat kegiatan pastoral yang lebih dekat dengan umat.

Agustus 1981-Pembelian Bidang Tanah

Dewan Paroki Cililitan membeli sebidang tanah di kawasan Pondok Gede yang rencananya akan digunakan untuk membangun sekolah. Langkah ini menjadi awal dari perjalanan panjang terbentuknya Gereja Katolik Kalvari.

Oktober 1986-Misa Pertama

Lima tahun kemudian, tepatnya pada Oktober 1986, Panitia Sementara Pembangunan Gereja Pondok Gede dibentuk. Sejak saat itu, Perayaan Ekaristi mulai diselenggarakan di Aula Kologad dan Kapel Santa Catharina.

17 Agustus 1987Nama Kalvari

Romo J. Muji Santara SJ memberi nama umat di Pondok Gede dengan nama Kalvari.

6 Mei 1991-Misa di Sekolah St. Markus II

Setelah beridir Sekolah St. Markus II, Pastor Paroki Cililitan memutuskan Misa Minggu untuk umat di sekitar Pondok Gede dilaksanakan di halaman sekolah ini. Sejak itu, ibadat umat mulai dipusatkan di Sekolah Santo Markus II.

25 Maret 1991-Sempat Ingin Batal

Pembentukan paroki di wilayah Pondok Gede sudah mulai dipikirkan. Namun, rencana ini sempat ingin dibatalkan oleh keuskupan Agung Jakarta. Meski demikian, semangat umat tidak padam.

15 Agustus 1991-Awal Pembangunan Gereja

Rencana pembangunan kembali dimulai. Awalnya, panitia Pembangunan diberi nama dengan Panitia Pembangunan Gereja Pondok Gede. Nama ini diganti menjadi Panitia Pembangunan Gereja Kalvari Pondok Gede.

7 Februari 1993-Pembangunan Gereja Bedeng

Pembangunan gereja permanen masih belum bisa dilakukan karena ketiadaan izin. Sebagai Langkah awal, dibangunlah gereja bedeng di salah satu bagian kompleks Sekolah St. Markus II. Romo Franciscus Xaverius Arko Sudiono, S.J melakukan peletakan batu pertama pembangunan “gereja bedeng” ini. Setelah bangunan selesai, “gereja bedeng” ini diberkati oleh Uskup Agung Jakarta, Mgr. Leo Soekoto, S.J., pada 4 April 1993.

1 Juli 1995-Paroki Mandiri

Proses menuju kemandirian paroki terus bergulir. Paroki Cililitan menyatakan kesiapan menjadikan Pondok Gede sebagai paroki mandiri. Keuskupan Agung Jakarta memutuskan bahwa Kalvari menjadi paroki 15 Mei 1995. Paroki Kalvari menjadi salah satu dari tiga paroki  baru tahun itu. Tonggak resmi berdiri pada 1 Juli 1995, ketika Akta Pendirian Paroki Kalvari ditandatangani, dan 22 Juli 1995 misa perdana sebagai Paroki Kalvari dilaksanakan.

Maret 1995-Pelayanan Imam OMI

Pelayanan pastoral di Kalvari diperkuat dengan kehadiran para imam Oblat Maria Imakulata (OMI). Mereka bertugas dalam rangka mempersiapkan pemekaran menjadi paroki baru. Beberapa imam OMI yang melayani di sini antara lain R.P. Petrus McLaughlin, O.M.I., dan R.P. Peter Kurniawan Subagyo, O.M.I. Akhirnya, pada 1 Juli 1995, berdirilah Paroki Kalvari Lubang Buaya secara resmi.

2006-Imam Diosesan KAJ

Penggembalaan diteruskan oleh para imam diosesan seperti RD Aloysius Hadinugroho (2005–2009), RD M. Hadiwijoyo (2009–2010), hingga RD Yustinus Ardianto (2010–sekarang).

Penandatanganan prsasti dimulainya pembangunan Gereja Kalvari Lubang Buaya oleh Gubernur SKI Jakarta, Anies Baswedan.
Penandatanganan prasastri pembangunan Gereja Kalvari Lubang Buaya Jakarta Timur

21 Desember 2021-Izin Pembangunan Gereja

Perjuangan membangun gereja permanen berlangsung panjang. Apabila dihitung sejak Pembangunan “gereja bedeng” maka umat Paroki Kalvari telah 30 tahun berjuang, bahkan dengan berpindah-pindah tempat ibadat. Namun, umat Kalvari tetap teguh dalam iman.

Akhirnya, pada 21 Desember 2021, izin mendirikan bangunan (IMB) untuk Gereja Kalvari Baru resmi diberikan. Hari bersejarah ini ditandai dengan peletakan batu pertama yang dihadiri oleh Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, serta para imam paroki.

Perjalanan panjang dari bedeng sederhana hingga berdirinya Gereja Kalvari Baru menjadi bukti nyata iman, ketekunan, dan persatuan umat di Lubang Buaya. Sejarah ini mengingatkan bahwa perjuangan membangun rumah Tuhan adalah juga perjuangan membangun iman, harapan, dan kasih dalam kebersamaan.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version