Home BERITA TERKINI Anggota Ordo Ketiga Karmelit yang Menjadi Pesepeda Terkenal dan Menyelamatkan Ratusan Nyawa...

Anggota Ordo Ketiga Karmelit yang Menjadi Pesepeda Terkenal dan Menyelamatkan Ratusan Nyawa dari Kamp Konsentrasi Nazi

0

FLORANCE, Pena Katolik – Gino Bartali dikenang sebagai pemenang Tour de France (dua kali) dan juara Giro d’Italia (tiga kali). Keduanya adalah kejuaraan balap sepeda paling prestisius di dunia. Namun, Bartali bukan hanya atlet legendaris, ia adalah anggota Ordo Ketiga Karmelit. Pada satu babak hidupnya, ia membantu menyelamatkan setidaknya 800 orang Yahudi dari kamp konsentrasi Nazi.

Bartali lahir pada tahun 1914 di Kota Ponte a Ema di Tuscany. Ia meraih ketenaran di tahun 1930-an sebagai spesialis tanjakan dengan tekad baja. Di balik stang sepedanya, ia memiliki identitas lain. Ia adalah seorang Katolik dan anggota Ordo Ketiga Karmelit Tak Berkasut. Kehidupan rohaninya yang mendalam, dibentuk oleh doa harian.

Selama Perang Dunia II, Italia berada di bawah rezim Fasis. Saat itu, Bartali menggunakan ketenarannya untuk melawan. Pemerintah Italia yang sekubu dengan Nazi, mulai mendeportasi orang Yahudi dari Italia untuk di kirim ke kam konsetrasi.

Dengan menyamar sebagai pesepeda, Bertali menyelamatkan ratusan nyawa yang terancam dideportasi. Ia membawa dokumen identitas palsu yang disembunyikan di dalam rangka dan sadel sepedanya. Ia bersepeda ratusan kilometer antara Firenze dan Assisi. Ia membantu keluarga-keluarga Yahudi lolos dari deportasi. Saat itu deportasi sudah berarti menuju kematian.

Citra public melindungi Bertali dari kecurigaan. Ia menjadi kurir ideal dalam jaringan bawah tanah yang luas, yang didukung oleh para imam, biarawan, dan kaum awam.

Atas jasa di masa perang ini, Bartali tidak pernah membicarakannya— bahkan kepada keluarganya.

“Beberapa medali lebih melekat pada jiwa, bukan jaket,” katanya suatu kali.

Bertahun-tahun setelah kematiannya pada tahun 2000, perannya dalam menyelamatkan sekitar 800 orang Yahudi terungkap. Peran ini membuatnya mendapatkan pengakuan oleh Yad Vashem pada tahun 2013. Namun, karier bersepedanya saja sudah cukup untuk mengamankan tempatnya dalam sejarah.

Setelah serangkaian kemenangan awal, termasuk Giro 1936 dan 1937, Bartali memenangkan Tour de France 1938. Ia kembali satu dekade kemudian ke Prancis untuk memenangkannya lagi balap sepeda paling bergengsi itu pada tahun 1948, saat itu usianya sudah 34 tahun.

Pemersatu Italia

Hanya beberapa hari setelah upaya pembunuhan yang gagal terhadap pemimpin Komunis Palmiro Togliatti, Italia berada di ambang perang saudara. Namun kemenangan Bartali yang tak terduga di Tour de France menyatukan negara yang di ambang terpecah-belah itu. Para politisi pun sempat mengesampingkan rivalitas mereka.

Ia dianggap sebagai tandingan bagi rivalnya yang lebih muda, Fausto Coppi. Namun, kerendahan hati dan kesetiaan Bartali pada nilai-nilai, pada akhirnya justru menjadi pembeda. Ia terkenal taat beribadah. Selama kejuaraan, ia mendirikan tempat-tempat suci darurat di kamar hotelnya. Ia juga menghindari bahasa kotor dari rekan satu timnya.

Konon, ia mengajari Paus Yohanes XXIII bersepeda dan menjalin persahabatan di seluruh spektrum politik Italia, bahkan di antara kaum komunis yang mengagumi integritasnya.

Setelah pensiun dari dunia balap pada tahun 1950-an, Bartali hidup tenang di Florence bersama istrinya, Adriana, dan anak-anak mereka. Ia meninggal dunia pada tahun 2000, di usia 85 tahun. Di pemakamannya, tidak ada upacara besar, hanya jubah seorang tersier Karmelit dan sebuah nama yang terukir di batu.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version