Home BERITA TERKINI Paus Leo XIV Menarik Kembali Delegasi Kepausan untuk Gereja Siro-Malabar

Paus Leo XIV Menarik Kembali Delegasi Kepausan untuk Gereja Siro-Malabar

0

INDIA, Pena Katolik – Paus Leo XIV tampaknya telah menyelesaikan “ancaman perpecahan” di Gereja Siro-Malabar. Ia menarik delegasi untuk salah satu komunitas Gereja Ritus Timur itu yang dikirim sejak masa Paus Fransiskus. Kepurusan ini mengakhiri tugas Mgr. Cyril Vasil SJ sebagai delegasi kepausan untuk Gereja Siro-Malabar sejak tahun 2023. Uskup dari Serikat Yesus itu ditugaskan untuk menengahi perselisihan tersebut.

Vatikan menganggap konflik telah berakhir dan oleh karena itu tidak lagi membutuhkan perwakilan kepausan. Kesepakatan yang dicapai di dalam Gereja Siro-Malabar telah diakui Vatikan.

Berita ini muncul setelah langkah-langkah baru untuk menerapkan reformasi liturgi yang disetujui oleh Sinode 2021 mulai berlaku pada 3 Juli, hari raya Santo Thomas Rasul—santo pelindung Gereja Siro-Malabar.

Kesepakatan ini memungkinkan paroki-paroki di Keuskupan Ernakulam-Angamaly untuk merayakan liturgi dengan imam menghadap umat beriman (versus populum), dengan tetap berpegang pada praktik Ritus Romawi. Namun, berdasar kesepakatan tadi, paroki dapat merayakan, Misa sesuai bentuk tradisional, yaitu dengan imam menghadap altar (ad orientem) selama konsekrasi. Bentuk tradisional ini setidaknya dapat dilakukan satu kali pada Misa pada hari Minggu atau hari raya.

Selanjutnya, sinode akan membahas perubahan liturgi di masa mendatang dalam semangat sinodalitas dengan badan kanonik keuskupan agung. Poin-poin lain mencakup penggunaan tempat suci sesuai dengan norma-norma liturgi. Kemudian juga disepakati, setiap konflik internal akan diselesaikan dalam suasana saling menghormati dan persahabatan.

Kesepakatan ini dicapai melalui sinodalitas, yaitu melalui dialog dan saling pengertian, yang memberikan legitimasi dan harapan bagi penerapan praktisnya.

Kasus ini, menurut ahli, merupakan ujian berat bagi otoritas kepausan dan otonomi Gereja-Gereja Timur. Santo Yohanes Paulus II bahkan, pada tahun 1998, memberikan wewenang kepada para uskup Siro-Malabar untuk menyelesaikan konflik liturgis mereka sendiri.

Gereja Siro-Malabar awalnya mencoba menyelesaikan konflik secara internal. Ketika upaya itu gagal, Roma turun tangan, tetapi itu pun tidak terlalu berhasil. Penyelesaian yang dicapai belakangan justru karena ada saling pengertian di anatra pihak yang berkonflik.

Delegasi kepausan, Mgr. Vasil’, yang berasal dari ritus Bizantium dan pernah bekerja di Dikasteri untuk Gereja-Gereja Timur, tampaknya juga kesulitan menemukan nada yang tepat dengan pihak-pihak yang berkonflik.

Titik keberhasilan dicapai saat Vikaris Metropolitan, Mar. Joseph Pamplany berhasil mencapai solusi berkat strategi komunikasi terbuka dan saling mendengarkan secara aktif. Akhirnya, consensus dicapai dalam pertemuan antara Mar. Pamplany dan Uskup Agung Mayor sekaligus Metropolitan Keuskupan Agung Ernakulam-Angamaly, Mar. Raphael Thattil. Kesepakatan ini melonggarkan norma-norma yang sebelumnya wajib diadopsi oleh komunitas ritus ini di Keuskupan Agung Metropolitan Ernakulam-Angamaly setahun yang lalu.

Aturan baru lainnya yang telah melunakkan posisi adalah bahwa diakon dapat ditahbiskan tanpa harus berkomitmen secara tertulis untuk tidak merayakan sesuai dengan bentuk ritus sebelumnya.

Situasi Inti

Awalnya, Sinode tahun 2021 mendorong kembalinya liturgi menghadap altar sebagai bentuk tradisional ritus Siro-Oriental. Namun banyak imam dan umat beriman di Ernakulam-Angamaly membela praktik menghadap umat yang telah menjadi populer setelah Konsili Vatikan II.

Vatikan kemudian meminta 35 keuskupan Gereja Siro-Malabar untuk menghilangkan unsur-unsur ritus Romawi dan kembali ke tradisi asli mereka, dalam hal ini ritus Kaldea murni

Meskipun ancaman skisma telah dikesampingkan untuk saat ini, masih ada pekerjaan yang harus dilakukan. Para imam yang menentang telah menerima kesepakatan, meskipun bukan tanpa syarat. Juru bicara mereka, Pastor Kuriakose Mundadan, menyatakan dalam sebuah surat kesediaannya untuk mendukung kesepakatan tersebut, meskipun ia mengkritik keras cara penerapan reformasi liturgi dan sikap represif beberapa pihak yang sebelumnya berwenang.

Paus Fransiskus terus-menerus menyerukan persatuan, tetapi pada akhirnya tidak berhasil menyelesaikan konflik. Menjadi jelas, bahwa masalah ini tidak dapat diselesaikan hanya dengan otoritas dan disiplin. Sekarang solusi sinode telah ditemukan, yang kami harap akan bertahan lama.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version