VATIKAN, Pena Katolik – Meskipun berdoa Rosario cukup mudah, Paus Benediktus XVI percaya bahwa ada cara yang “lebih tepat”. Ia menjelaskan pemikirannya dalam pidato yang disampaikannya pada tahun 2008.
Rosario, jika didoakan dengan cara yang autentik, tidak mekanis dan dangkal tetapi mendalam, pada kenyataannya, membawa kedamaian dan rekonsiliasi. Bagi Benediktus XVI, cara berdoa Rosario yang autentik melibatkan “kontemplasi dan meditasi” misteri Rosario.
Dengan Maria, hati diarahkan pada misteri Yesus. Kristus ditempatkan di pusat kehidupan, melalui kontemplasi dan meditasi misteri-misteri suci-Nya berupa sukacita, terang, dukacita, dan kemuliaan.
Santo Yohanes Paulus II, mengutip Santo Paulus VI dalam surat apostoliknya, Rosarium Virginis Mariae, juga melihat kontemplasi sebagai kunci untuk berdoa Rosario dengan cara yang “benar”.
Justru karena dimulai dengan pengalaman Maria sendiri, Rosario adalah doa kontemplatif yang sangat indah. Tanpa dimensi kontemplatif ini, doa ini akan kehilangan maknanya, seperti yang ditunjukkan dengan jelas oleh Paus Paulus VI: “Tanpa kontemplasi, Rosario adalah tubuh tanpa jiwa, dan pendarasannya berisiko menjadi pengulangan rumus-rumus yang mekanis, yang melanggar nasihat Kristus: ‘Dalam berdoa janganlah kamu mengemukakan kata-kata yang hampa seperti kebiasaan orang-orang yang tidak mengenal Allah; sebab mereka menyangka karena banyaknya kata-kata doanya akan didengar’ (Mat 6:7). Berdoa Rosario dengan cara kontemplatif tidak selalu mudah, dan setiap orang dapat dengan mudah jatuh kembali ke kebiasaan lama. Namun, kuncinya adalah untuk selalu bergerak maju dalam kehidupan rohani, melakukan apa yang bisa dilakukan, dengan rahmat Allah, untuk berdoa Rosario sambil merenungkan misteri-misteri kehidupan Yesus.
