Kalbar, Pena Katolik | “Adil ka Talino Bacuramin ka Saruga Basengat ka Jubata”_ ‘Betungkaet Ke Adaet, Bepegaet Ke Baso, Besandieh Ke Petaro’ Kuuuuurrr Semungaaet’….
Tahun 2025 akan menjadi momen istimewa bagi masyarakat Dayak di Kalimantan Barat. Pekan Gawai Dayak ke-39, yang akan berlangsung dari tanggal 16 hingga 23 Mei 2025 di Rumah Radakng, Kota Pontianak, siap menghidupkan semangat kebersamaan, memperkenalkan kekayaan budaya, dan mempererat persatuan antar suku Dayak.
Mengusung tema besar “Merawat Budaya, Menjaga Bangsa”, dengan sub-tema “40 Tahun Sekretariat Bersama Kesenian Dayak”, acara itu tidak hanya menjadi ajang perayaan tetapi juga sebagai langkah mengenalkan, mencintai, dan memiliki seni budaya Dayak menuju Indonesia Emas.
Pekan Gawai Dayak adalah salah satu perayaan budaya terbesar yang telah menjadi tradisi masyarakat Dayak di Kalimantan Barat. Setiap tahun, acara ini selalu dinantikan oleh ribuan pengunjung, baik dari dalam maupun luar daerah.
Tahun 2025, Gawai Dayak ke-39 selalu menjadi sebuah perhelatan yang lebih meriah terlebih dalam situasi ‘moderen namun tetap sakral’, karena selain menjadi wadah untuk merayakan budaya, acara Gawai selalu menjadi titik awal untuk mengenang perjuangan dan perjalanan panjang lebih khusus Sekretariat Bersama Kesenian Dayak Kalimantan Barat yang telah menginjak usia 40 tahun.

Merawat Budaya, Menjaga Bangsa
Ketua Panitia Gawai Dayak ke-39, Martinus Sudarno, SH, menjelaskan bahwa tema “Merawat Budaya, Menjaga Bangsa” merupakan sebuah refleksi penting tentang bagaimana masyarakat Dayak harus menjaga dan melestarikan budaya mereka, sekaligus berperan aktif dalam membangun bangsa Indonesia.
Menurut Martinus, budaya Dayak yang kaya dengan tradisi, seni, dan adat istiadat menjadi salah satu kekayaan budaya Indonesia yang harus tetap dilestarikan, bukan hanya untuk masyarakat Dayak, tetapi juga untuk bangsa Indonesia secara keseluruhan.
“Pekan Gawai Dayak ke-39 ini bukan hanya sebagai bentuk perayaan, tetapi juga sebagai pengingat kita semua akan pentingnya merawat warisan budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita,” ujar Martinus dalam rilisan video promosi resmi dari SEKBERKESDA, (01/04).
Pekan Gawai Dayak ke-39 juga akan menjadi tempat untuk mengekspresikan rasa cinta terhadap budaya Dayak, serta mengajak generasi muda untuk lebih peduli terhadap pelestarian seni dan budaya tradisional.
“Melalui kegiatan ini, kita dapat menunjukkan pada dunia bahwa budaya Dayak adalah bagian integral dari identitas bangsa Indonesia, dan kita harus bersama-sama menjaga dan memeliharanya,” tambah Martinus, (01/04).
40 Tahun Sekretariat Bersama Kesenian Dayak
Selain menjadi ajang perayaan budaya, Pekan Gawai Dayak ke-39 juga mengangkat peringatan 40 tahun berdirinya Sekretariat Bersama Kesenian Dayak (Sekberkesda).
Ketua Sekberkesda, E. Yohanes Palaunsoeka dalam kesempatan ini mengajak seluruh masyarakat Kalimantan Barat untuk merayakan perjalanan panjang yang telah dilalui oleh organisasi ini dalam upaya melestarikan seni dan budaya Dayak.
“Sekberkesda telah berperan besar dalam menjaga dan memajukan kesenian Dayak selama 40 tahun terakhir. Kami ingin agar masyarakat semakin mengenal, mencintai, dan merasa memiliki budaya Dayak sebagai bagian dari kekayaan nasional kita,” ujar Yohanes Palaunsoeka, (01/04).
Pekan Gawai Dayak ke-39 menjadi salah satu cara untuk mengenalkan hasil karya seni dari berbagai komunitas Dayak yang ada di Kalimantan Barat. Berbagai kegiatan seni, seperti tarian adat, musik tradisional, serta pameran kerajinan tangan khas Dayak, akan menjadi bagian dari acara tersebut.
“Kami berharap melalui acara ini, masyarakat lebih mengenal dan menghargai seni Dayak. Ini juga merupakan kesempatan bagi generasi muda untuk belajar dan mencintai budaya mereka,” tambahnya, (01/04).
Menguatkan Persatuan Kalimantan Barat
Acara ini bukan hanya sekadar merayakan budaya, tetapi juga menjadi sarana untuk mempererat persatuan di antara masyarakat Kalimantan Barat. Gawai Dayak telah lama menjadi simbol kebersamaan bagi masyarakat Dayak dari berbagai daerah di Kalimantan. Melalui Pekan Gawai Dayak ke-39, persatuan masyarakat Dayak diharapkan semakin mengakar, dan rasa kebanggaan akan identitas budaya mereka semakin kuat.
E. Yohanes Palaunsoeka mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan Gawai di Rumah Radangk Pontianak bulan mendatang.
“Mari kita bergotong royong, datang dan ikut serta dalam setiap rangkaian acara yang ada. Ini adalah waktu yang tepat untuk memperbaharui semangat kita dalam menjaga persatuan, serta merayakan keberagaman yang ada dalam masyarakat Dayak,” pungkasnya, (01/04).
Seruan Bujang dan Dara Gawai 2024
Sebagai bagian dari perayaan, Bujang dan Dara Gawai 2024, Jody dan Bulaan, turut hadir untuk menyapa dan ikut meramaikan Pekan Gawai Dayak. Sebagai duta budaya, mereka akan turut mengenalkan dan menyebarkan semangat budaya Dayak kepada para pengunjung. Keduanya tampil dan turut terlibat aktif dalam kegiatan terlebih salah satu simbol generasi muda yang peduli terhadap kelestarian budaya tradisional.
“Jangan Lewatkan, Saksikan Pekan Gawai Dayak ke-39!” ujar Bujang Dara 2024.
Pekan Gawai Dayak ke-39 di Rumah Radakng, Pontianak, pada Mei 2025 tampaknya menjadi fenomena ‘roh’ pembaharuan yang tak boleh dilewatkan. Bagi masyarakat Kalimantan Barat, Pekan Gawai Dayak alias PGD, merupakan kesempatan untuk kembali merenungkan, menilik dan menggali semangat artefak budaya sebagai sejarah, guna menatap masa depan yang lebih cerah dalam persatuan.
Pekan Gawai Dayak ke-39 adalah ajang yang mempertemukan masyarakat dari berbagai suku dan latar belakang untuk bersama-sama merayakan kekayaan budaya Dayak dan memperkuat semangat kebersamaan di tanah Borneo.
Jangan lewatkan kesempatan untuk merasakan nuansa kearifan lokal yang begitu kaya dan mempesona. Mari kita jaga, cintai, dan banggakan budaya Dayak, karena budaya kita adalah bagian dari kekayaan Indonesia!
Berbagai acara menarik, mulai dari pertunjukan seni tradisional, kompetisi budaya, hingga pameran kerajinan Dayak, akan memanjakan pengunjung yang datang. “Adil ka Talino Bacuramin ka Saruga Basengat ka Jubata”_ ‘Betungkaet Ke Adaet, Bepegaet Ke Baso, Besandieh Ke Petaro’ Kuuuuurrr Semungaaet’…. *Humas Publikasi Dokumentasi.