Romo Tommy Riezky Tiyanto OP mengenang, ketika pada suatu malam, ia sedang menonton video secara random di Youtube. Tak ada agenda khusus, ia sebenarnya hanya melihat satu demi satu video yang terlintas di layar komputernya.
Tommy hampir lupa waktu, ia hanya terpaku dengan melihat pelbagai tayangan di Youtube malam itu. Sampai pada satu saat, cuplikan video yang ia lihat sampai pada sebuah tayangan Misa Tahbisan Imam di Singapura. Melihat tayangan itu, hatinya sedikit bergejolak. Ada perasaan lain yang ia rasakan.
“Malam itu saya klik-klik aja, hingga akhirnya menemukan video orang tahbisan di Singapura,” katanya menceritakan kisah awal panggilannya.
Tommy tersentuh setelah melihat tayangan itu. Selanjutnya, ada yang beda. Terbesit dalam hatinya, apakah perasaan ini sebagai tanda panggilannya. Namun di sisi lain, ia juga menolak gejolak itu.
“Awalnya saya pribadi menolak, saya merasa tidak mungkin, karena saya juga lahir di keluarga yang tidak ada satu pun yang terpanggil,” ujarnya.
Namun, semakin perasaan itu ditolak, perasaan itu terus muncul dan menghantui, satu, dua hingga beberapa bulan kemudian. Romo Tommy mengingat, pengalaman itu sebagai dilema. Ia berusaha menolak sesuatu, namun di saat yang sama, perasaan itu semakin muncul.
“Ada sesuatu yang menarik dan membuat saya ingin tahu, apa sih panggilan menjadi imam,” ujarnya.
Keresahan itu terus berlanjut, sampai ia memutuskan untuk ikut Adorasi Sakramen Maha Kudus lagi di gereja. Pada saat inilah akhirnya ia menyerah pada panggilan tuhan. Di hadapan Sakramen Maha Kudus itu, ia memutuskan untuk mencoba meretas jalan panggilan Tuhan.
“Saya sampai pada keputusan, ya sudah lah saya coba aja,” kata Romo Tommy mengenang saat ia memutuskan memilih jalan panggilan imamat.
Berawal dari saat Adorasi dan akhirnya mencoba-coba. Romo Tommy akhirnya memilih jalan panggilan bersama Ordo Pewarta (Ordo Praedicatorum/OP). Ia bertahan hingga kini, dan ditahbiskan menjadi imam pada 22 Februari 2025.

Bukan dari Kecil
Panggilan menjadi imam dalam hidup Romo Tommy sebenarnya bukanlah panggilan dari kecil. Sebagai seseorang yang lahir di Surabaya, cita-citanya juga umum, seperti anak-anak lain di Kota Pahlawan itu. Ia ingin sekolah, kuliah, dan akhirnya membangun keluarga.
“Itu bukan sebuah cita-cita, karena layaknya anak yang lahir di Surabaya ya sekolah, kuliah, bekerja, menikah, berkeluarga ya sebatas itu,” ujarnya.
Romo Tommy mengenang, setelah lulus kuliah, dari Petra Christian University Surabaya, ia sempat bekerja di sebuah perusahaan ekspor-impor. Satu pekerjaan yang cukup memberinya karier yang menjanjikan. Siang hari kerja, malamnya ia melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Airlangga Surabaya.
Menjalani dua aktivitas ini, ia merasakan ada yang kurang dari hidupnya. Hingga pada akhirnya ia tergerak untuk ke gereja dan mengikuti Adorasi. Di dalam doa ini, ia memohon untuk ditunjukkan apa yang seharusnya ia lakukan untuk masa depannya.
“Ada yang kosong dalam hati, yang berlanjut sekian lama, sebulan, dua bulan. Namun sebenarnya saya juga ga ngerti, kosongnya itu apa,” kenang Romo Tommy.
Romo Tommy mengenang, doa yang ia panjatkan saat itu, rasanya kurang mengena. Semua berjalan seperti biasa, ia pulang ke rumahnya dan seperti tidak terjadi apa-apa. Tidak ada perubahan yang ia rasakan.
Tuhan Yang menang
Perkenalan Romo Tommy kepada Ordo Pewarta berawal dari perjumpaan dengan seorang teman yang berasal dari Paroki Redemptor Mundi, Surabaya. Ketika tahu bahwa Tommy ingin mengenal dan mendalami panggilannya, sang teman menyarankan untuk datang dan mengenal imam Ordo Pewarta yang saat itu sudah berkarya di sana.
“Ketika sudah memutuskan ingin menjadi imam ini, saya sebenarnya tidak tahu, apa bedanya satu dengan yang lain,” kenangnya.
Dari waktu ke waktu Tommy mengunjungi Gereja Redemptor Mundi dan mengenal satu-per-satu imam yang berkarya di sana. Seiring waktu, ia semakin mengenal mereka dan tertarik untuk bergabung.
Romo Tommy menceritakan, ketertarikannya pada Ordo Pewarta salah satunya karena tradisi intelektualnya. Ia sadar, tidak mudah untuk mewartakan iman. Menurutnya, tugas pewartaan adalah tugas semua imam juga semua orang. Ia meyakini, untuk menjadi pewarta, maka harus memiliki sesuatu yang diwartakan. Pada titik ini, tradisi intelektual Dominikan ini dapat menjadi bekal untuk mewarta kepada sesama. Mewarta juga harus sesuai dengan ajaran Gereja dan sadar akan kebutuhan Gereja.
“Semua imam, semua orang Kristiani punya kewajiban untuk mewartakan,” ujarnya.
Romo Tommy juga merasa cocok dengan Ordo Pewarta karena tradisi Panjang Devosi Kepada Bunda Maria yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan para Dominikan. Menurutnya, Devosi kepada Maria adalah kekayaan dan dukungan yang menjadi kekuatan bagi setiap dominikan untuk dapat mewartakan Kabar Gembira. Ketertarikan ini selaras dengan kehidupan pribadinya yang juga sangat dekat dengan ibunya.
“Yang membuat saya terpesona pada Dominikan adalah Devosi kepada Bunda Maria,” ujarnya.
Ketika akhirnya masuk dan mulai meniti panggilan sebagai Biarawan Dominikan, Romo Tommy melihat komunitas memainkan peran penting.
“Saya harus belajar menurunkan ego, sehingga segala sesuatu tidak tentang apa yang saya mau, namun apa yang baik bagi komunitas.
Romo Tommy adalah anak ketiga dari tiga bersaudara Robby Agustiyanto dan Lauw Mei Ling. Ia adalah umat Paroki Kristus Raja Surabaya, Keuskupan Surabaya.
Panggilan selalu menjadi misteri. Dalam perjalanan ini, Tuhan selalu menjadi pihak yang menang. Meski seseorang berusaha menolak, ketika panggilan itu berasal dari Tuhan, maka ia tidak akan bisa lari. Demikian yang diyakiniRomo Tommy. Dari yang awalnya coba-coba, ia bertahan.
“Saya masuk pun dengan ragu-ragu, kalau ga cocok ya setelah tiga bulan tinggal keluar aja. Namun kalau Tuhan yang panggil, seberapapun kita menolak, pada akhirnya Tuhan yang menang,” ujar Romo Tommy.
Kini, perjalanan imamat Romo Tommy tinggal menunggu beberapa saat lagi. Mengenang perjalanan panggilannya. Ia bersyukur karena dukungan dan terutama doa dari keluarganya. Ia bersyukur atas dukungan dari keluarganya. Sejak awal memilih panggilan ini, keluarga sangat mendukung. Ia merasa perjalanan panggilannya, ia yakini karena ada dukungan dari keluarga.
“Saya rasa mereka menyadari, kalau itu jalan hidup anaknya, maka mereka menyerahkan keputusan kepada saya sendiri secara pribadi.
Happy, Hamble, Holy
Ketika nanti telah ditahbiskan dan menjalani penugasan di sebuah karya pastoral. Romo Tommy ingin menjadi imam yang happy, humble, holy. Ia ingin menjadi imam yang “Bahagia”, kebahagian ini penting. Menjadi imam hendaknya dapat dihidupi dengan kebahagiaan. Ia juga ingin menjadi imam yang “rendah hati”. Saat Tahbisan, seorang imam dielu-elukan, dihormati, dll. Namun, sejatinya menjadi imam adalah menjadi pelayanan.
“Karakter utama seorang pelayan adalah kerendahan hati, maka saya ingin menjadi imam yang rendah hati, ke mana saja saya diutus.
Pada akhirnya, semua panggilan akan berakhir pada kekudusan. Untuk itu, menjadi imam menurutnya adalah perjalanan untuk meraih kekudusan. Pada akhirnya, setiap orang dipanggil untuk menjadi kudus, setiap orang memiliki jalan dan caranya masing-masing.
“Karena pada akhirnya aku percaya semua panggilan berakhir kepada kekudusan,” pungkasnya.
Romo Riezky akan ditahbiskan di Gereja St. Helena Curug, Tangerang pada 22 Februari 2025. Ia akan ditahbiskan oleh Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo bersama empatRomo Dominikan lain dari lintas angkatan. (AES)
***
Profil: Romo Tommy Riezky Tiyanto, OP
Tempat Tanggal Lahir: Surabaya, 30 Januari 1991
Perjalanan Formasi
Aspiransi : 2015-2016 (Surabaya, Indonesia)
Postulansi : 2016-2017 (Calamba, Filipina)
Novisiat : 2017-2018 (Manaoag, Filipina)
Kaul Pertama (OP) : 5 Juni 2018 (Manaoag, Filipina)
Kaul Kekal (OP) : 24 Mei 2022 (Quezon City, Filipina)
Penerimaan Lektor : 20 Agustus 2021 (Quezon City, Filipina)
Penerimaan Akolit : 24 September 2022 (Quezon City, Filipina)
Tahbisan Diakon : 19 Maret 2024 (Quezon City, Filipina)
Riwayat Pendidikan
S1 Petra Christian University – Manajemen Bisnis (Tahun Lulus, 2012)
S2 Universitas Airlangga – Akuntansi (Tahun Lulus, 2015)
Sertifikat Filosofi dari The Philippine Dominican Center of Institutional Studies (Tahun Lulus, 2019)
S1 Teologi Universitas Santo Tomas (Tahun Lulus, 2022)
S2 Hukum Gereja Universitas Santo Tomas (2022-Sekarang)
Moto Panggilan: “Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, kemanapun engkau pergi” (Yosua 1:9)