Selasa, Maret 18, 2025
24.1 C
Jakarta

25 Tahun Tahbisan Episkopal Uskup Agustinus, Perjalanan dari Anak Kampung ke Uskup Agung

Pontianak, Pena Katolik |  Dalam suasana penuh sukacita dan kebersamaan, bertempat di Keuskupan Agung Pontianak merayakan Misa Syukur 25 Tahun Tahbisan Episkopal Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus, di Gereja Santo Yoseph Katedral Pontianak.

Misa yang dihadiri oleh berbagai kalangan umat Katolik ini dimana momen itu bukan hanya menjadi kesempatan Uskup Agustinus untuk bersyukur atas perjalanan panjangnya, tetapi momen refleksi iman bagi seluruh umat yang hadir, termasuk di dalamnya para imam yang turut menyaksikan cerita panjang Uskup Agustinus.

Dalam kesempatan yang penuh makna itu, pada perayaan misa syukur 9 Februari 2025, homili atau kotbah disampaikan oleh Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC.

Dalam homilinya, Uskup Anton, sapaan akrabnya, menggambarkan perjalanan hidup Uskup Agustinus yang penuh dengan tantangan, namun dipenuhi dengan kasih dan rahmat Allah, yang akhirnya membawanya ke posisi yang sangat mulia sebagai Uskup Agung Pontianak.

Uskup Anton membuka homilinya dengan mengajak umat untuk bersama-sama bersyukur kepada Tuhan.

“Saudara-saudari yang terkasih, pertama-tama kita bersyukur kepada Allah karena kita diperkenankan untuk ambil bagian dalam peristiwa iman syukur atas 25 tahun perjalanan tabisan Uskup Agung Mons. Agustinus Agus. Pada hari ini, kita juga berdoa baginya sesuai dengan harapan yang tadi telah disampaikan,” katanya.

Homili, Uskup Anton (Ketua KWI) untuk 25 Tahun Episkopal Uskup Agustinus KAP, (2025)

Dalam momen tersebut, Uskup Anton juga menyinggung suasana sukacita yang menyelimuti seluruh perayaan tersebut, yang salah satunya ditandai dengan sambutan barongsai yang meriah.

“Kita disambut oleh barongsai di luar sana, bersukacita. Saya mendengar pada waktu Misa Imlek ada juga barongsai di dalam gereja ini. Ketika ada yang bertanya apakah barongsai boleh masuk gereja atau tidak, saya jawab, jawabannya gampang, tanya saja barongsainya, sudah dibaptis atau belum. Kalau sudah dibaptis, ya boleh masuk,” ujar Uskup Anton dengan nada humor yang membuat seluruh umat tertawa.

Dengan kegembiraan, Uskup Anton melanjutkan homilinya dengan menceritakan bagaimana Tuhan, yang Maha Kuasa, memilih untuk menggunakan manusia sebagai bagian dari karya keselamatannya.

“Allah itu Maha Kuasa, apa saja bisa dilakukan untuk menyelamatkan umat manusia tanpa bantuan siapapun, sebagaimana Dia menciptakan dunia ini. Namun justru Allah yang Maha Kuasa itu mengundang kita untuk terlibat dalam karya keselamatannya. Yesaya yang najis bibirnya disentuh oleh Serafim dan kesalahannya dihapuskan, menjadi nabi yang luar biasa. Petrus, seorang nelayan biasa yang merasa dirinya berdosa, disentuh oleh kekudusan Yesus dan menjadi rasul yang mengubah banyak hidup. Ini semua adalah tanda bahwa Tuhan dapat memakai siapa saja,” ujar Uskup Anton.

Dia juga melanjutkan dengan menceritakan kisah hidup Uskup Agus, yang lahir di sebuah kampung kecil di Kalimantan Barat, tepatnya di Kampung Lintang, Sanggau, pada 22 November 1949.

Perayaan Misa Syukur, 25 Tahun Episkopal Uskup Agustinus (2025)

Uskup Agustinus, yang berasal dari keluarga sederhana, mengawali perjalanan imannya sebagai seorang imam pada tahun 1977, sebelum kemudian diangkat menjadi Uskup Sintang pada tahun 2000. Pada tahun 2014, beliau terpilih menjadi Uskup Agung Pontianak.

“Anak kampung yang sering menghadapi berbagai kesulitan dalam hidupnya, akhirnya dipilih oleh Tuhan untuk menjadi Uskup Agung Pontianak. Ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak memilih orang hebat, tetapi siapapun bisa dipilih oleh Tuhan. Bahkan seorang anak kampung pun punya kesempatan yang sama,” ungkap Uskup Anton.

Salah satu kutipan yang mengesankan dari homili Uskup Anton adalah saat ia menyampaikan perkataan Uskup Agustinus yang pernah mengatakan, “Saya melihat Tuhan mau memakai siapa saja. Tuhan tidak memilih orang hebat, anak kampung pun punya kesempatan yang sama.”

Perkataan itu mengingatkan umuat bahwa panggilan Tuhan datang kepada setiap orang, tidak peduli dari latar belakang mana mereka berasal. Dalam hal itu Uskup Agustinus adalah contoh hidup yang membuktikan bahwa siapapun yang membuka hatinya untuk Tuhan, akan dipilih dan digunakan oleh-Nya dalam karya keselamatan.

Uskup Anton juga menceritakan mengenai perjalanan hidup Uskup Agustinus yang penuh dengan kesederhanaan, namun juga penuh komitmen yang luar biasa terhadap pelayanan umat.

Dia mengatakan bahwa Uskup Agustinus, yang meskipun datang dari keluarga sederhana, namun tetap menjadi pribadi yang luar biasa dalam pelayanan gereja.

“Seperti Yesaya yang dijamah oleh Tuhan untuk menjadi nabi, seperti Petrus yang dijamah oleh Yesus untuk menjadi rasul, hidup Mgr. Agus juga dipinjam oleh Tuhan untuk karya keselamatan umat. Itulah panggilan kita semua, untuk membiarkan hidup kita dipinjam oleh Tuhan,” ujarnya.

Perjalanan hidup Uskup Agustinus sebagai seorang gembala umat di Keuskupan Agung Pontianak, menurut Ketua KWI, bukanlah perjalanan yang mudah. Dia mengingatkan umat bahwa menjadi seorang pemimpin gereja berarti harus siap untuk menghadapi tantangan, bahkan seringkali harus bertindak dengan berani meskipun mungkin berisiko.

Momen Foto bersama, Uskup dan para imam. (2025)

Uskup Agustinus adalah sosok yang tidak pernah takut untuk berbuat benar, meskipun terkadang itu berarti harus berhadapan dengan situasi yang sulit.

“Dia tidak takut kehilangan harga diri demi kebenaran. Justru, ia merasa dipanggil untuk membereskan sesuatu yang tidak beres, untuk menjadikan segala sesuatunya lebih baik. Dengan semangat yang luar biasa, beliau terus membangun karya keselamatan di tengah umat,” pungkas Uskup Anton penuh kekaguman.

Tidak hanya itu, Uskup Agustinus juga dikenal sebagai seorang pemimpin yang sangat dekat dengan umat. Dia menceritakan bagaimana Uskup Agustinus tidak hanya berbicara tentang kebaikan, tetapi juga melakukan apa yang dia katakan.

“Beliau tidak hanya berbicara, tetapi juga bertindak. Apa yang dikatakan, itu yang dilakukan. Beliau tidak mau menjadi orang setengah-setengah. Itulah yang membuat beliau sangat dihormati dan dicintai umat,” tambahnya.

Dalam penutupan homilinya, dia mengajak umat untuk mengikuti teladan hidup Uskup Agustinus, yang selalu berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, lebih sempurna dalam mengikuti panggilan Tuhan.

“Mari kita membiarkan Allah menyentuh hidup kita, sebagaimana yang dialami oleh Mgr. Agus. Apa yang biasa bisa menjadi luar biasa, apa yang kotor bisa menjadi kudus. Jangan ragu untuk membiarkan hidup kita dipinjam oleh Tuhan, karena dengan begitu kita ikut berpartisipasi dalam karya keselamatan yang besar ini,” tegasnya.

Perayaan Misa syukur 25 tahun tahbisan episkopal ini diakhiri dengan foto bersama dan ramah tamah di baseman Katedral. Umat hadir juga tak lepas dari reflek tepuk tangan sebagai tanda apresiasi atas karya dan pengabdian Uskup Agustinus selama menjadi gembala.

Perayaan itu sebetulnya diperingati pada 6 Februari, namun perayaan misa syukur baru dirayakan pada 9 Februari 2025 sekaligus menjadi momen bersama untuk seluruh umat, terutama bagi Uskup Agustinus, yang merayakan 25 tahun perjalanan panggilan episkopalnya.

Semangat dan cinta Uskup Agustinus bukan sekedar kata, tetapi menjadi inspirasi bagi mereka yang mengenalnya bahkan setiap orang yang pertama kali berjumpa dengannya. (Samuel- San Agustin).

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini