Saudaraku yang terkasih, dalam hidup ini, sering kali kita terjebak dalam rutinitas dan kecenderungan untuk melihat segala sesuatu hanya dengan mata fisik—yang terbatas dan terpengaruh oleh dunia ini. Namun, di dalam Lukas 6:39-45, Yesus mengajarkan kita untuk melihat dengan mata hati yang penuh kasih, mengingatkan kita bahwa penglihatan rohani jauh lebih penting daripada sekadar apa yang tampak di permukaan.
Ketika kita mampu melihat dunia dan orang lain dengan perspektif yang penuh kasih Kristus, kita tidak hanya melihat potensi dan harapan, tetapi juga mengingat panggilan kita untuk mengasihi dan mengubah dunia ini.
Melihat dengan Mata Hati dan Menghormati Orang Tua
Lukas 6:39-40 mengingatkan kita untuk tidak mengikuti pemimpin yang buta, yang membawa kita kepada kebutaan spiritual. Sebagai anak-anak Tuhan, kita dipanggil untuk melihat dengan mata hati yang dipenuhi kasih Kristus, bukan hanya menghakimi atau menilai orang lain berdasarkan penampilan atau kekurangan mereka. Mata hati yang penuh belas kasih memungkinkan kita untuk menghormati dan menghargai orang tua kita, untuk melihat mereka dengan penuh rasa hormat, bukan sebagai kewajiban semata, tetapi sebagai wujud kasih yang tulus.
Sebagai anak, filial piety, atau bakti kepada orang tua, bukan hanya tentang memberikan materi atau kenyamanan duniawi, tetapi juga tentang memberikan waktu, perhatian, dan kasih yang tulus. Kasih yang sejati tidak mengenal “nanti”—ia hadir dalam setiap tindakan kecil yang menunjukkan penghargaan kita terhadap mereka yang telah lebih dahulu mengasihi kita. Melalui tindakan sederhana seperti mendengarkan, merawat, dan mendampingi orang tua, kita sedang membangun warisan kasih yang mengarah pada kebahagiaan sejati dan kekudusan.
Menghasilkan Buah yang Baik dengan Kasih Sejati
Yesus mengajarkan kita dalam Lukas 6:43-45 bahwa “Setiap pohon dikenal dari buahnya.” Buah kehidupan kita—baik atau buruk—adalah cerminan dari keadaan hati kita. Sebagaimana kita tidak bisa menghasilkan buah yang baik tanpa hubungan yang erat dengan Tuhan, demikian pula, kita tidak bisa mengasihi dengan tulus tanpa berakar pada kasih-Nya. Dalam hidup berkeluarga, buah yang kita hasilkan adalah bukti dari kasih yang kita tanam dalam keluarga kita—kasih yang tidak hanya terlihat dalam kata-kata, tetapi juga dalam tindakan nyata yang menguatkan dan mendukung.
Filial piety, kasih dan bakti anak terhadap orang tua, adalah salah satu buah yang Tuhan kehendaki kita hasilkan. Ketika kita mengasihi orang tua kita dengan tulus, kita tidak hanya menunjukkan penghormatan, tetapi juga membentuk karakter kita dalam iman dan kasih. Ini adalah buah yang abadi, yang memberi dampak jauh lebih besar daripada kekayaan materi atau kenyamanan duniawi.
Kasih Sejati dalam Tindakan Nyata
Ketika kita berbicara tentang kasih yang hidup dalam tindakan nyata, kita diingatkan untuk tidak menunda. Kasih tidak menunggu waktu yang “sempurna” untuk memberi; ia hadir dalam setiap kesempatan yang ada. Sebagai anak, mengasihi orang tua kita adalah pilihan sehari-hari—dalam tindakan sederhana seperti menemani mereka, berbicara dengan mereka, atau merawat mereka dalam masa tua mereka. Begitu pula dalam kehidupan berkeluarga, kasih nyata terlihat dalam kesetiaan untuk tetap berjalan bersama, menguatkan satu sama lain dalam kelemahan, dan merayakan keberhasilan bersama tanpa iri.
Tantangan dan kesulitan dalam hidup sering kali menguji ketulusan kasih kita. Namun, justru dalam momen-momen itulah kasih sejati dimurnikan. Kasih yang kita tunjukkan kepada orang tua, pasangan, dan anak-anak kita akan membawa berkat bukan hanya bagi mereka, tetapi juga bagi kita sendiri—menghasilkan buah yang berakar pada kasih Kristus.
Kesimpulan: Kasih yang Abadi, Keluarga yang Sejahtera
Saudaraku, hidup kita adalah cerminan dari siapa yang kita ikuti. Jika kita ingin menghasilkan buah yang baik, kita harus terlebih dahulu hidup dalam kasih Kristus, baik sebagai anak, pasangan, maupun orang tua. Sebagai anak-anak, kita dipanggil untuk menghormati orang tua kita dengan kasih yang tulus. Sebagai pasangan, kita dipanggil untuk berjalan bersama, saling menopang, dan bertumbuh dalam kebaikan. Sebagai orang tua, kita dipanggil untuk menanamkan nilai-nilai kasih yang sejati dalam kehidupan anak-anak kita.
Kasih sejati dalam keluarga bukan hanya tentang memberikan, tetapi tentang memberi dengan tulus dan setia, melalui tindakan nyata yang menguatkan, menginspirasi, dan mengarahkan kita menuju hidup yang penuh berkat, damai, dan kekudusan. Dalam kasih yang kita berikan, kita menemukan kebahagiaan sejati. Mari kita hidup untuk menghasilkan buah yang abadi, yang memberi terang bagi dunia ini dan membawa kita lebih dekat kepada Tuhan.
Doa Penutup
Tuhan, bukalah mata hati kami untuk melihat dunia dan orang tua kami dengan kasih yang tulus. Ajarkan kami untuk menghasilkan buah yang baik dalam hidup kami, melalui setiap tindakan yang penuh kasih. Biarlah kasih kami menjadi bukti nyata dari hubungan kami dengan-Mu, dan warisan kasih kami membawa dampak yang abadi bagi keluarga kami dan dunia ini. Amin