VATIKAN, Pena Katolik – Pada saat rakyat Amerika Serikat (AS) menyambut presiden mereka yang baru, Donald Trump, Paus Paus menyampaikan doanya untuk rakyat AS.
“‘”Saya memohon berkat ilahi bagi rakyat Amerika tercinta,” ‘
Paus Fransiskus menyampaikan pesan untuk pelantikan Trump sebagai Presiden AS ke-47. Ia menyampaikan berkat ilahi bagi rakyat Amerika tercinta, Presiden Trump, dan keluarganya, serta berdoa agar Tuhan membantu membimbing upaya menuju perdamaian, demikian seperti diberitakan Vatiacan News.
“Saya memohon kepada Tuhan untuk membimbing upaya Anda dalam mempromosikan perdamaian dan rekonsiliasi di antara masyarakat.”
Paus Fransiskus menyampaikan doa ini dalam pesan yang ia kirimkan pada hari Senin, 20 Januari 2025, kepada Trump.
“Saya menyampaikan salam hangat dan doa saya, Tuhan Yang Mahakuasa akan memberikan Anda kebijaksanaan, kekuatan, dan perlindungan dalam menjalankan tugas-tugas tinggi Anda.”
Kemenangan Trump dinilai sangat dipengaruhi oleh pilihan komunitas Katolik di seluruh AS. Trump yang diketahui istrinya merupakan penganut Katolik, dinilai dekat dengan komunitas Katolik. Kehadirannya dalam The Al Smith Charity Dinner dinilai sebagai satu poin yang mengarahkan suara Katolik untuk Trump. Langkah ini tidak diikuti oleh Kamala Harris, yang juga diundang dalam acara amal yang diadakan Gereja Katolik untuk dua kandidat presiden.
Ketidakhadiran Harris kemudian mengulang apa yang terjadi pada pencalonan Walter Mondale yang juga menolak menghadiri The Al Smith Charity Dinner yang berujung pada kekalahan di 49 negara Bagian. Kekalahan Harris memang tidak setelak Mondale, namun keputusan untuk tidak menghadiri acara amal ini sangat mempengaruhi keputusan para penganut Katolik di AS. Tercatata saat ini ada 50-an juta penduduk Katolik di AS, jumlah ini setara dengan 20% penduduk.
Trump sendiri pernah sekali mengunjungi Vatikan pada masa pemerintahan pertamanya. Sementara itu, Paus Fransiskus juga pernah mengunjungi AS pada masa kepresidenan Barack Obama.
Kritik Tajam
Meski menyampaikan berkatnya untuk rakyat dan Presiden AS, pada kesempatan yang hampir bersamaan, Paus Fransiskus juga mengkritik kebijakan terkait imigrasi yang rencananya akan diterapkan Trum. Ia mengkritik rencana untuk deportasi massal di AS di bawah presiden terpilih.
“Jika ini benar, itu adalah aib karena membuat orang miskin yang tidak beruntung yang tidak memiliki apa-apa membayar harga ketidakseimbangan. Ini bukan cara menyelesaikan masalah,” kata Paus dalam program “Che Tempo Che Fa” pada 19 Januari 2025. Paus mengomtari rencana untuk mendeportasi imigran ilegal di AS.
Para uskup AS mengatakan pada bulan November bahwa mereka akan berbicara dengan tegas jika Trump benar-benar memajukan proposal tersebut. Langkah ini selaras dengan sikap Paus tentang imigran. Sejak awal kepausannya, Fransiskus mendorong komunitas Eropa untuk terbuka pada arus imigran ke Eropa, terutama imigran yang berasal dari Timur Tengah dan Afrika. Sikap Paus ini, meski banyak “mempersulit” negara-negara Eropa, namun dinilai sebagai sebagai sikap manusiawi yang menginspirasi keterbukaan masyarakat Eropa pada arus migrasi.
Seperti diketahui, pasca Arab Spring, ada arus imigrasi dari negara-negara Arab dan Afrika ke Eropa. Arus imigrasi ini masih menjadi persoalan hingga saat ini.
Di AS sendiri, diperkirakan ada 11,7 juta imigran tidak berdokumen di AS, menurut statistik Juli 2023 dari Pusat Studi Migrasi. Sama seperti di Eropa, imigrasi juga menjadi persoalan pelik di Amerika.
Atas situasi ini, Paus mendorong gereja lokal (keuskupan/paroki) untuk terbuka pada imigran. Dorongan ini disampaikan Paus sejak masa-masa awal kepausannya. (AES)