Rabu, Desember 25, 2024
27 C
Jakarta

Sebanyak 12.000 Orang di Goa, India, Ikut dalam Presesi Menghormati Relikui Santo Fransiskus Xaverius

GOA, Pena Katolik – Santo Fransiskus Xaverius menjalani kehidupan sebagai misionaris, membaptis puluhan ribu orang di India dan Jepang. Setelah meninggal, ia terus mengabdikan dirinya kepada Gereja Kristus, sementara relikwinya menawarkan penghiburan rohani bagi para peziarah di Italia dan India.

Setidaknya 12.000 orang berkumpul di negara bagian Goa, India, pada hari Kamis, 21 November 2024, untuk pembukaan pameran sepuluh tahun jenazah santo yang sebagian tidak rusak. Hari itu menandai dimulainya acara selama 45 hari, di mana relikui Santo Fransiskus Xaverius, yang biasanya disimpan dalam peti mati di Basilika Bom Jesus, dipajang di Katedral Se.

Uskup Agung Delhi, Mgr. Anil Couto memimpin Misa di Basilika Bom Jesus, diikuti oleh lebih dari 400 imam dan uskup. Setelah itu, umat berjalan melalui jalan-jalan yang dilalui perarakan peti mati kaca berusia empat abad dengan jenazah St. Fransiskus Xaverius, di atas kereta kuda menuju Katedral Se, yang berjarak kurang dari 1.000 kaki.

Untuk acara tersebut, pemerintah negara bagian Goa membangun 33 pondok untuk para peziarah, dengan total kapasitas 400 orang per hari. Mereka memperkirakan 8 juta orang akan mengunjungi relikui St. Fransiskus Xaveius selama periode 45 hari. Pameran sebelumnya pada tahun 2014, mendatangkan peziarah sedikitnya 5,5 juta orang.

Cerita di Balik Relikui

Santo Fransiskus Xaverius (1506–1552) adalah salah satu Jesuit pertama yang menyebarkan Injil ke sebagian besar wilayah Asia. Ia lahir dari keluarga bangsawan, tetapi keluarganya kehilangan segalanya saat ia masih muda. Ia kuliah di universitas, di mana temannya, Santo Ignatius dari Loyola, mendorongnya untuk mempersembahkan hidupnya kepada Tuhan. Awalnya Xaverius menolak panggilan tersebut, tetapi akhirnya menjadi seorang imam dan misionaris Jesuit.

Selama tujuh tahun di India, Xaverius membawa puluhan ribu orang ke Gereja. Saat berada di sana, Xaverius hidup dengan nasi dan air di gubuk berlantai tanah, mengajar anak-anak tentang Tuhan dan mengunjungi tahanan serta orang sakit. Xaverius kemudian berangkat ke Jepang, di mana ia mengajar generasi pertama orang Jepang yang baru bertobat menjadi Katolik.

Ia meninggal karena sakit dalam perjalanannya ke Tiongkok, di Pulau Shangchuan. Ia dimakamkan di pulau itu dengan mengenakan jubah imamatnya. Jasad Xavier ditemukan tidak rusak setelah jenazahnya digali dalam waktu setahun setelah kematiannya di Pulau Shangchuan pada tahun 1552. Jenazahnya dibawa ke Malaka terlebih dahulu, kemudian ke Goa pada tahun 1554.

Perpindahan Lokasi

Jenazah Xaverius telah melalui lebih dari sekadar perubahan lokasi. Pada tahun 1614, lengan kanannya diangkat atas permintaan Paus Paulus V. Relikui lengannya telah disimpan di Roma sejak saat itu, kecuali untuk kunjungan singkat ke Kanada, ketika lengannya diterbangkan dalam sebuah peti di kursi pesawat terbang melintasi Kanada.

Ini bukan pertama kalinya Xaverius “diamputasi”. Pada pameran pertama jasadnya pada tahun 1554, seorang wanita Portugis, Dona Isabel Carom, dilaporkan menggigit salah satu jari kakinya untuk disimpan sebagai relikui. Ceritanya, jari kaki itu mulai mengeluarkan darah. Jari kaki itu sekarang disimpan di Goa. Xaverius dikanonisasi pada tahun 1622. Hari rayanya adalah 3 Desember. (AES)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini