Jumat, Desember 13, 2024
28.2 C
Jakarta

Talkshow 60 Tahun Paroki Sanfrades Palembang

PALEMBANG, Pena Katolik – Talkshow menyongsong peringatan 60 tahun Gereja Paroki Santo Fransiskus de Sales ( Sanfrades) Jln Urip Sumoharjo Sungai Buah Palembang yang puncak acaranya akan dilaksanakan pada Januari 2025. Dewan Pastoral Paroki Sanfrades pada Minggu, (17/11/2024) menggelar acara talkshow tentang Kekudusan menurut inspirasi St Fransiskus de Sales dengan narasumber Rm Florentinus Heru Ismadi SCJ, Dr Hendro Setiawan moderator Simon Novianto yang diikuti ratusan umat.

Agar melalui semangat “ Sint Unum” umat Sanfrades agar menjadi satu, bertumbuh mewujudkan semangat Santo Fransiskus de Sales lewat visi paroki “ Umat Allah yang teguh dalam iman, tekun dalam persekutuan, giat dalam pelayanan.” sehingga menjadi landasan untuk senantiasa menghadirkan gereja yang bertahan dan berdaya guna seiring dengan kontek zamannya.

RP Yoseph Sutrisno, SCJ pastor Paroki Sanfrades ketika dibincangi awak media ini mengungkapkan bahwa aneka kegiatan menjelang 60 tahun gereja paroki Santo Fransiskus de Sales banyak dilakukan seperti talkshow, seminar, lomba paduan suara antar lingkungan, bakti sosial, bazaar, jalan santai,dll dan puncaknya akan dirayakan pada 24 Januari 2025.

Rm Yoseph lebih lanjut menjelaskan bahwa Paroki Sanfrades ini bertumbuh dari benih yang ditanamkan oleh para imam misionaris yaitu P Thomas Fix SCJ dan PG Koevoets, SCJ pada tahun 1950-an. Masih sebagai stasi dari Paroki Hati Kudus Palembang, seiring bertambahnya umat pada tahun 1960-an Pastor Johanes Van der Hejden,SCJ mulai menetap di Sungai Buah dan membuka sekolah TK-SD selanjutnya tanggal 1 Januari 1965 wilayah Sungai Buah diresmikan menjadi paroki mandiri dengan nama pelindung St Fransiskus de Sales.

RP Frorentinus Heru Ismadi, SCJ dalam talkshownya mengungkapkan di usia ke 60 tahun ini umat Paroki Sanfrades perlu lebih mendalami semangat Santo Fransiskus de Sales sebagai pelindung Paroki. Maka melalui talkshow yang mengambil tema “ Manis, Tapi baik bagi Kesehatan “ umat paroki Sanfrades diajak belajar dari hidup Santo Fransiskus deSales.

Latar belakang Santo Fransiskus de Sales yang dilahirkan di Chateau (istana) de Sales Perancis 21 Agustus 1567 pada usia 25 tahun telah meraih gelar Doktor pendidikan filsafat, sastra, bidang hukum dan teologi. Dan saat itu sedang berkembang aliran Calvinisme, namun dalam dua tahun saat ditugaskan di Chiablese Fransiskus berhasil mengkonversi lebih dari delapan ribu orang masuk kembali ke Katolik. Fransiskus adalah pribadi yang mempunyai kehidupan doa yang mendalam dan devosi Hati Kudus Yesus yang sangat kuat. Ia menulis doa yang indah “ O, Juru selamat kita akan mengambil hati kita dan menggantikannya dengan hati-NYA sendiri, Namun bukankah dengan demikian membuat hati kita sepenuhnya menjadi hati-Nya- milik hati-Nya secara murni dan tak dapat diubah ? O, semoga Yesus kita yang manis melakukan hal ini ! Aku menyebabkan timbulnya pikiran Yesus untuk melakukan ini oleh hati-Nya dan oleh kasih yang ada dalam hati-Nya itu yaitu kasih di atas segala kasih. Melalui doa dan devosi yang kuat mengalirkeutamaan , iman cinta ksih, kelemahlembutan, kerendahan hati, yang menjiwai seluruh hidup dan karya kegembalaannya. Semoga keutamaa-keutamaan tersebut tercermin bagi umat Paroki Sanfrades Palembang.

Dr Ig Hendro Setiawan narasumber ke dua menyampaikan bahwa tantangan masa ini, Gereja berada ditengah agama-agama lain, budaya materialisme, dll. Paus dalam gaudette et exultate mengingatkan ancaman bidaah gnosisme dan pelagianisme. Dalam dilexit nos mengingatkan kebutuhan akan “hati yang dipenuhi kasih Yesus” yang langka di dunia dewasa ini. Padahal umat kristiani (katolik + kristen) masih agama terbesar di dunia. Roh Kudus mengajarkan proses iman lewat variasi yang sangat beragam. Tulisan ini ditujukan untuk awam dengan variasi pekerjaannya. Proses iman membantu jiwa individu meraih kekudusannya. Banyak orang Kristiani menjalankan devosi yang tidak tepat, sehingga hidupnya tidak menjadi lebih baik. Devosi mensyaratkan kasih pada Tuhan. Sederhananya, devosi berarti : aktivitas spiritual yang dihayati lewat kasih Allah yang bekerja dalam diri kita. Manusia hanya bisa baik, bila dipenuhi oleh kasih Allah. Proses ini berlangsung secara bertahap, tidak bisa instan. Kasih adalah api yang menyalakan devosi. Proses iman adalah sangat manis dan membahagiakan. Walaupun kadang sulit, namun proses iman membuat semua tindakan menjadi menyenangkan dan mudah. Proses dimulai dari membersihkan jiwa dari dosa.

Pembaharuan hati lewat kehadiran Tuhan dalam Sakramen. Hati menjadi lebih bersih dari dosa. Muncul kebutuhan untuk memurnikan diri lagi dari kecenderungan dosa-dosa kecil. Ketika dosa mematikan dan dampaknya sudah disembuhkan dari jiwa, muncul kebutuhan memurnikan sumber kecenderungan dosa kecil: pikiran. Kebutuhan untuk menghilangkan kebiasaan-kebiasaan yang tidak berguna dan berbahaya. Olahraga, pesta, dansa, cara berpakaian, dll, tidak jahat, tetapi punya potensi bahaya kalau kecanduan dan mengganggu devosi. Tidak ada yang lebih memurnikan pikiran dari segala kebodohan dan pengaruh buruk dunia, dari doa. Makin banyak kita mengkontemplasikan Tuhan dalam meditasi, seluruh jiwa makin dipenuhi olehNya. Kemudian hidup makin disinari cahayaNya.

Kita harus menjaga diri terhadap keinginan yang buruk (termasuk dalam hal yang rohani). Kita harus ingin lebih sabar, taat, mahir menyangkal diri, lemah lembut, tahan dalam penderitaan, dll. Kita tidak usah memikirkan rumit bagaimana harus melayani Tuhan, terbuka saja terhadap kehendakNya, Jangan menginginkan salib, jadi martir, dll, kecuali itu memang kehendakNya, Jangan membebani jiwa dengan keinginan macam-macam, Sembunyikan segala keinginan sampai memang waktunya tiba. Kegelisahan pikiran bukan produk cobaan, tapi sumber munculnya cobaan2 yang lain seperti: kesedihan, dll. Ini pertanda jauh dari Tuhan, atau berpusat/mengandalkan diri sendiri. Orang yang mengandalkan Tuhan cenderung sabar, lemah lembut, rendah hati, dan tenang. Kita dapat stabil ditengah perubahan apabila hanya menginginkan Tuhan. Inilah kompas hidup kalau kita tidak ingin dipermainkan gelombang dunia. Devosi menghasilkan penghiburan spiritual ditengah gejolak dunia. Devosi mengatasi gejolak pikiran dan emosi duniawi, dan menggantinya dengan pikiran dan emosi yang berguna. Kemandulan dan kekeringan spiritual. Perjalanan devosi termasuk tahapan ini. Inilah saatnya kita memeriksa kesadaran dan jiwa kita, dengan tenang, jangan gelisah. Kalau kita menemukan penyebabnya, perbaiki dengan pertolongan Tuhan. Kalau tidak menemukan kesalahan, jalani terus dengan sabar, sambil mohon Tuhan memberikan rahmatNya. (Andreas Daris)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini