Home BERITA TERKINI Saat ini, Diakon Perempuan Bukan Jawaban untuk Mempromosikan Perempuan dalam Kepemimpinan Gereja

Saat ini, Diakon Perempuan Bukan Jawaban untuk Mempromosikan Perempuan dalam Kepemimpinan Gereja

0

VATIKAN, Pena Katolik – Prefek Dikasteri Ajaran Iman, Kardinal Víctor Fernández menegaskan kembali posisi Paus Fransiskus yang tidak menyetujui akses perempuan ke jabatan diakon. Saat ini, isu ini terus dievaluasi dalam sebuah komisi khusus. Di sisi lain, Sinode Sinodalitas terus merefleksikan peran perempuan dalam Gereja, di luar pelayanan yang ditahbiskan.

Dalam pidatonya di sidang umum pada tanggal 21 Oktober 2024, Kardinal Fernández mengingatkan, pertanyaan tentang jabatan diakon perempuan “belum matang”. Para anggota sinode diminta untuk tidak teralihkan oleh hal ini sekarang.

Namun, Kardinal Fernández mengindikasikan perlu untuk menyelidiki lebih dalam pertanyaan ini. Setiap anggota sinode dapat mengirimkan pertimbangan mereka ke komisi yang dibentuk oleh Bapa Suci pada tahun 2020. Komisi ini mempelajari lebih lanjut subjek tersebut dan diketuai oleh Kardinal Giuseppe Petrocchi.

Kardinal Fernández menekankan bahwa terburu-buru meminta penahbisan diaken wanita bukanlah tanggapan terpenting saat ini untuk memajukan kaum perempuan. Ia menggarisbawahi bahwa Paus “sangat prihatin” tentang peran perempuan di Gereja. Karena itu, Paus menyerukan refleksi lebih lanjut terkait peran perempuan dalam Gereja.

Bentuk-Bentuk Lain Partisipasi

Kardinal Fernández sekali lagi merujuk pada refleksi yang dipimpin oleh kelompok 5, yang selama sinode bertugas untuk mengeksplorasi, antara lain, pertanyaan tentang partisipasi perempuan yang diperlukan dalam kehidupan dan kepemimpinan Gereja.

Kardinal Fernández menunjukkan bahwa kelompok ini telah menganalisis berbagai bentuk seperti pelayanan awam katekis di komunitas tanpa imam, sebuah pilihan yang muncul setelah Querida Amazonia dan tidak diterima secara luas.

Kardinal Fernández mengingat, bahwa Paus Fransiskus telah menunjukkan bahwa kekuasaan imamat, yang terkait dengan sakramen-sakramen, tidak selalu dinyatakan sebagai kekuasaan atau otoritas, dan bahwa ada bentuk-bentuk otoritas yang tidak memerlukan tahbisan suci.

Melanjutkan refleksinya, ia memperbarui undangannya untuk mengirim ke dikasteri kesaksian-kesaksian perempuan yang benar-benar pemimpin komunitas atau yang menjalankan fungsi-fungsi otoritas yang penting.

“Saya terutama meminta para anggota perempuan dari sinode ini untuk membantu mengumpulkan, menjelaskan, dan mengirim ke dikasteri berbagai usulan, yang dapat kita dengar dalam konteksnya, tentang kemungkinan-kemungkinan jalan bagi partisipasi perempuan dalam kepemimpinan Gereja,” tambahnya.

Demikian pula, setelah “kesalahpahaman” yang disebabkan oleh ketidakhadirannya dalam pertemuan delegasi sinode tempat mereka berinteraksi dengan kelompok studi Vatikan tentang masalah ini, kardinal tersebut mengonfirmasi bahwa akan ada pertemuan baru pada hari Kamis, 24 Oktober, pukul 16.30 waktu setempat di mana ia akan mendengarkan gagasan dan usulan.

Ia juga menyampaikan harapannya agar langkah-langkah konkret dapat diambil untuk memahami bahwa “tidak ada sesuatu pun dalam kodrat perempuan yang menghalangi mereka untuk menduduki posisi yang sangat penting dalam kepemimpinan Gereja. Apa yang benar-benar berasal dari Roh Kudus tidak dapat dihentikan.”

Draf dokumen final sudah berada di tangan anggota sinode
Paolo Ruffini, sekretaris jenderal Sekretariat Jenderal Sinode, melaporkan selama konferensi pers hari ini bahwa draf dokumen final telah diserahkan pagi ini kepada para anggota sinode.

Dokumen tersebut, yang akan disampaikan kepada Paus Fransiskus, sedang dipersiapkan oleh sebuah komisi yang terdiri dari seorang presiden, tiga sekretaris, tujuh anggota yang mewakili setiap benua, dan tiga anggota yang ditunjuk oleh Paus.

Hadir dalam pengarahan di Kantor Pers Takhta Suci, kardinal terpilih, Pastor Timothy Radcliffe, OP, mendesak agar tidak mencari “berita utama” dalam dokumen ini, karena menurutnya “ini akan menjadi kesalahan.” Ia juga mencatat bahwa “sinode adalah pembaruan Gereja yang mendalam” dan “cara baru” untuk membayangkannya.

Sementara itu, Suster Nathalie Becquart, wakil sekretaris Sekretariat Jenderal Sinode, menyatakan bahwa sinode juga merupakan “cara baru dalam mengartikulasikan keutamaan” pelayanan Petrus. (AES)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version