VATIKAN, Pena Katolik – Obrolan tentang Dewan Kardinal Elektor, yaitu mereka yang akan memilih Paus masa depan telah berubah, dengan para kardinal baru yang diumumkan Paus Fransiskus pada hari Minggu 6 Oktober 2024. Saru tanda, Gereja yang sedang bergerak. Sebuah konsistori akan diadakan, untuk melantik 21 kardinal, 20 di antaranya berusia di bawah 80 tahun dan karenanya akan menjadi elektor jika terjadi konklaf.
Dengan kelompok baru ini, jumlah kardinal elektoral akan menjadi 141 pada 8 Desember 2024 mendatang.
Sejak awal September, Paus Fransiskus sangat sibuk. Setelah perjalanan 12 hari ke Asia Tenggara dan Oseania, masih di bulan yang sama diikuti dengan kunjungan yang menantang ke Belgia dan Luksemburg. Selanjutnya, Paus berusia 87 tahun itu tidak menunggu hingga akhir Sinode pada akhir Oktober untuk mengumumkan pengangkatan kardinal baru.
Sebenarnya, Paus Fransiskus tidak terdesak waktu, karena dewan kardinal elektor saat ini terdiri dari 122 anggota. Jumlah ini ini lebih banyak, dari batas maksimum teoritis yang ditetapkan oleh Paulus VI sebanyak 120 kardinal untuk kumpulan kardinal yang bertanggung jawab untuk memilih paus.
Gereja yang bergerak
Dengan masuknya anggota baru ini, Paus Fransiskus telah menunjuk hampir 80% kardinal di dewan tersebut. Hal ini secara alami berubah saat para anggotanya meninggal dunia atau berusia 80 tahun. Hanya mereka yang berusia di bawah batas usia ini yang diizinkan untuk memilih paus di masa mendatang.
Proporsi kardinal yang diangkat oleh tiga paus terakhir ini sebagai tanda gerakan yang ingin dilihat Paus di Gereja Katolik. Sembilan dari 20 kardinal elektor baru saat ini mengambil bagian dalam Sinode tentang Sinodalitas.
Paus Fransiskus telah memilih mengangkat menjadi seorang kardinal, Pastor Timothy Radcliffe OP, pengkhotbah resmi Sinode. Imam asal Inggris berusia 79 tahun itu telah meninggalkan kesan yang sangat kuat dengan katekese-katekesenya. Ia mendesak para anggota, sering kali dengan humor, untuk menyingkirkan diri dari penolakan dan pikiran sempit.
Pada hari Senin 7 Oktober 2024, selama sinode, Pastor Radcliffe mendesak dengan humor agar orang-orang tidak melihat majelis itu terdiri dari “perwakilan partai”.
Afrika menyusut dan Asia bertambah
Dengan kelompok kardinal baru ini, komposisi dewan terus berkembang. Sementara Eropa masih menjadi sumber kardinal terbesar (30%), bobot benua itu sedikit menurun, sementara lebih dari separuh kardinal dalam konklaf 2013 berasal dari Eropa.
Perwakilan dari Asia, benua yang dikunjungi Paus Fransiskus beberapa minggu lalu, terus bertambah. Kurang dari 8% kardinal pada 2013 berasal dari Asia. Pada 8 Desember, mereka akan menjadi 16,3% dari dewan, jumlah ini menjadi 18,4% jika kardinal Timur Tengah disertakan.
Paus Fransiskus memutuskan untuk menunjuk empat kardinal baru dari Asia, termasuk Uskup Paskalis Bruno Syukur OFM, (Uskup Bogor, Indonesia), yang ditemuinya selama kunjungannya ke negara itu pada awal September 2024. Paus juga menunjuk kardinal elektor ketiga untuk Filipina, Uskup Pablo Virgilio David dari Kalookan. Filipina adalah paru-paru Gereja Katolik di Asia, karena merupakan rumah bagi sekitar 90 juta umat Katolik.
Di sisi lain, meskipun Afrika adalah benua tempat Katolikisme tumbuh paling pesat, hal ini belum sepenuhnya tercermin dalam hal kursi kardinal. Dua kardinal Afrika baru, termasuk Uskup Agung Aljazair Jean-Paul Vesco, dimasukkan dalam konsistori ini, yang membuat bobot Afrika di dewan tersebut menjadi di bawah 13%.
Kurangnya representasi ini juga merupakan pengingat bahwa Afrika tidak memiliki kardinal prefek sebagai kepala dikasteri Vatikan selama dua tahun terakhir. Grafik yang menunjukkan proporsi berbagai wilayah yang terwakili dalam kelompok kardinal baru yang akan dibentuk dalam konsistori pada tanggal 8 Desember 2024.

Dalam konsistori ini, ia mengumumkan akan mengangkat Dominique Mathieu, Uskup Agung Teheran-Isfahan, di Republik Islam Iran, sebagai kardinal, tempat sekitar 2.000 umat Katolik merasa sangat sulit untuk menjalankan iman mereka, dan dapat menghadapi diskriminasi atau penganiayaan. Dengan mengangkat kardinal Belgia berusia 61 tahun ini, Paus memperkuat kedudukan uskup Kapusin ini di wilayah yang terancam oleh perang dengan Israel.
Selama 6 tahun terakhir, Paus Fransiskus telah menunjuk 3 kardinal elektor lainnya di Timur Tengah: Kardinal Sako, Patriark Kaldea (Baghdad), Kardinal Mario Zenari (Nuncio Apostolik untuk Suriah), dan Kardinal Pizzaballa, Patriark Latin Yerusalem. Hal ini dapat dilihat sebagai cara untuk menyuarakan umat Katolik di negara-negara ini, yang banyak di antaranya telah mengungsi ke pengasingan.
Kelompok kardinal baru ini, ada juga Mgr. Jean-Paul Vesco OP, yang mengepalai komunitas kecil sekitar 4.000 umat Katolik di Aljir, Aljazair. Paus Fransiskus ingin menyemangati para uskup ini, yang aktif dalam dialog antaragama, khususnya dengan Islam.
Pembaruan di bawah langit Romawi
Konsistori ini juga merupakan kesempatan bagi Paus Fransiskus untuk menggerakkan Kuria Roma dan Keuskupannya di Roma. Ia secara resmi menunjuk Uskup Agung Baldassare Reina sebagai vikaris barunya.
Pria berusia 54 tahun itu akan memimpin Keuskupan Roma atas nama Paus. Salah satu dari banyak tugasnya adalah melaksanakan reformasi yang diumumkan oleh Paus Fransiskus dalam beberapa bulan terakhir.
Kejutan
Paus Fransiskus menimbulkan kejutan ketika dalam daftar kardinal barunya ia mengumumkan nama Pastor George Jacob Koovakad. Pendeta India berusia 51 tahun ini telah mengatur perjalanan Paus Fransiskus selama 3 tahun terakhir. Topi kardinal itu membuat beberapa pengamat berasumsi bahwa ia akan segera diberi lebih banyak tanggung jawab.
Hal yang sama berlaku untuk Pastor Fabio Baggio, Wakil Sekretaris Dikasteri Pembangunan Manusia Integral, yang bertanggung jawab atas bagian migran dan pengungsi. Ia bertanggung jawab atas salah satu isu yang paling diperhatikan oleh Paus Fransiskus. Ia bisa jadi merupakan penerus potensial bagi Kardinal Jesuit asal Kanada, Michael Czerny, yang saat ini mengepalai departemen tersebut.
Paus Fransiskus juga telah memilih untuk menganugerahkan topi kardinal kepada Uskup Agung Rolandas Makrickas (Lithuania), 52 tahun, pendeta pembantu Basilika Kepausan St. Mary Major. Ia terlibat dalam restrukturisasi ekonomi dan keuangan Kuria Roma dan juga memimpin reformasi statuta Basilika St. Maria Maggiore.Di Basilika inilah, Paus Fransiskus ingin dimakamkan ketika ia wafat nanti.
Elemen Mengejutkan
Setiap konsistori menyaksikan peremajaan dewan kardinal elektor. Dengan kelompok baru ini, usia rata-rata dewan ini akan turun lebih dari setahun (dari 71 menjadi 70). Usia rata-rata 20 elektor baru adalah 62 tahun.
Paus Fransiskus memilih untuk menunjuk anggota termuda baru ke dewan tersebut, yaitu Uskup Mykola Bychok dari Eparki Ukraina Santo Petrus dan Paulus di Melbourne (Australia). Pada usia 44 tahun, pemimpin diaspora Ukraina di Oseania ini mengambil alih posisi Kardinal Marengo, seorang misionaris berusia 50 tahun di Mongolia, sebagai elektor kardinal termuda.
Di sisi lain skala usia, Paus Fransiskus juga menunjuk dekan baru ke dewan kardinal. Pada usia 99 tahun, mantan duta besar kepausan Uskup Agung Angelo Acerbi tentu tidak akan memberikan suara jika ada konklaf, tetapi ia mewakili kenangan Gereja yang hidup di bawah Pius XII di dalam dewan tersebut.

Pengumuman konsistori menarik bukan hanya karena isinya, tetapi juga karena ketidakhadirannya. Jadi, sesuai dengan keinginannya untuk Gereja yang berorientasi ke “pinggiran”, Paus Fransiskus masih belum mengisi takhta episkopal tertentu yang secara tradisional diemban oleh seorang kardinal.
Untuk yang terahir ini: Uskup Agung Milan, Uskup Agung Napoli, Uskup Agung Paris, Uskup Agung Lyon, Uskup Agung Los Angeles, Uskup Agung Berlin, Uskup Agung Dakar, Uskup Agung Vilnius, dan Uskup Agung Krakow. Selain itu, beberapa hari setelah kunjungan Paus ke Belgia, di mana ia disambut oleh Uskup Agung Malines-Brussels, Mgr. Luc Terlinden. Beberapa orang mungkin membayangkan bahwa, uskup agung muda itu akan menerima topi kardinal.
Di Kuria Roma, Mgr. Rino Fisichella, wakil prefek Dikasteri Evangelisasi dan penyelenggara utama Yubileum 2025, juga dapat dipandang sebagai calon kardinal di masa mendatang.
Seperti yang telah dilakukannya di masa lalu, Paus Fransiskus mengejutkan semua orang dengan mengangkat tiga imam biasa, bukan uskup, (Pastor Fabio Baggio, Pastor George Jacob Koovakad dan Dominikan Timothy Radcliffe) menjadi kardinal. Perlu dicatat juga bahwa setengah dari kardinal baru berasal dari ordo religius. (AES)