Sabtu, Oktober 12, 2024
28.3 C
Jakarta

Perjalanan Panjang Uskup Dayak Pertama di Dunia, ‘Amor Non Amatur’

PONTIANAK, Pena Katolik – Mgr. Hieronymus Herculanus Bumbun, O.F.M. Cap, bukan hanya seorang gembala gereja yang saleh dan penuh pengabdian, tetapi juga merupakan sosok yang bersejarah dalam kehidupan umat Katolik di Kalimantan Barat. Sebagai putra asli Dayak, beliau adalah Orang Dayak pertama yang diangkat menjadi Uskup, sebuah pencapaian monumental yang mengangkat martabat dan peran penting masyarakat Dayak dalam Gereja Katolik di Indonesia.

Dilahirkan pada tanggal 5 Agustus 1937 di Menawai, Belitang Hilir, Sekadau, Kalimantan Barat, perjalanan hidup Mgr. Bumbun penuh dengan dedikasi dan pelayanan yang tiada henti. Ditahbiskan menjadi imam pada 22 Juli 1967, beliau terus menunjukkan komitmen luar biasa dalam pelayanan pastoralnya. Puncaknya, pada tanggal 19 Desember 1975, ketika beliau diangkat sebagai Uskup Auxilier Pontianak dengan gelar Uskup Tituler Capra. Pengangkatan ini menjadi salah satu momen penting dalam sejarah Gereja Katolik di Indonesia, di mana seorang anak Dayak pertama kali menduduki jabatan yang begitu terhormat di kalangan gereja.

Dok. Kapusin Pontianak

Pada tanggal 27 Mei 1976, Mgr. Bumbun ditahbiskan menjadi Uskup, disahkan oleh tokoh-tokoh penting gereja seperti Uskup Agung Semarang, Kardinal Justinus Darmojuwono, Pr, serta Uskup Ketapang dan Uskup Agung Medan. Dalam tugasnya sebagai Uskup, beliau mengemban moto “Amor Non Amatur” yang berarti “Cinta yang Tidak Dicintai”, sebuah frasa yang menggambarkan semangat pengorbanan dan cinta kasih yang tulus kepada sesama, bahkan di tengah tantangan yang besar.

Karir pastoralnya terus berlanjut dengan pengangkatan beliau sebagai Uskup Agung Pontianak pada tanggal 26 Februari 1977, menggantikan Mgr. Herculanus Joannes Maria van der Burgt, OFMCap, yang wafat pada tahun sebelumnya. Mgr. Bumbun menghadapi tugas ini dengan kebijaksanaan dan ketulusan, memimpin Keuskupan Agung Pontianak selama lebih dari tiga dekade. Selain itu, selama delapan tahun, sejak 8 Juni 1982 hingga 22 Januari 1990, beliau juga menjalankan tugas sebagai Administrator Apostolik Keuskupan Sanggau, menunjukkan kepemimpinan yang luar biasa dalam mengelola dua keuskupan.

Setelah hampir 40 tahun melayani sebagai Uskup Agung, pada tanggal 3 Juni 2014, Tahta Suci menerima pengunduran diri Mgr. Bumbun. Pengunduran diri ini menandai akhir dari perjalanan panjang seorang pemimpin yang telah mendedikasikan hidupnya bagi umat. Kepemimpinan Keuskupan Agung Pontianak kemudian diteruskan oleh Mgr. Agustinus Agus, Pr. Namun, meski telah pensiun, Mgr. Bumbun tidak berhenti melayani. Beliau tetap aktif memimpin Misa Tridentin di Pontianak dan menjalani hari-hari di biara Ordo Kapusin, tempat beliau terus hidup dalam doa dan pelayanan.

Mgr. Bumbun bersama saudari-saudarinya. Dok. Kapusin Pontianak

Kehadiran Mgr. Bumbun dalam Gereja Katolik, terutama sebagai Uskup Dayak pertama, tidak hanya menorehkan sejarah bagi masyarakat Dayak, tetapi juga memberikan inspirasi bagi generasi muda Dayak dan Indonesia pada umumnya. Kearifan lokal yang beliau bawa ke dalam pelayanan pastoralnya menunjukkan bahwa siapa pun, dari latar belakang budaya atau suku mana pun, dapat memberikan kontribusi yang besar bagi gereja dan masyarakat. Warisannya akan terus hidup dalam kenangan umat, serta dalam hati banyak orang yang pernah disentuh oleh kehadiran dan pelayanannya. (Samuel/Pena Katolik)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini